Tiada siapa dapat menafikan bahawa ilmu itu sangat penting. Kalau hendak dunia perlu pada ilmu, kalau hendak Akhirat juga perlu pada ilmu. Menuntut ilmu itu terutama yang berbentuk fardhu ain adalah wajib bagi setiap orang Islam yang berbentuk fardhu kifayah pula wajib ke atas masyarakat Islam.
Allah mengangkat orang yang berilmu itu beberapa darjat. Tidak sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Orang yang takutkan Allah itu adalah dari kalangan orang-orang yang berilmu. Orang jahil itu adalah musuh Allah. Rasulullah menganjurkan supaya menuntut ilmu walaupun sampai ke Negara China dan bermula menuntut ilmu dari buaian hingga ke liang lahad.
Walaupun ilmu itu sangat berharga dan penting, namun sama ada ilmu itu dapat memberi manfaat atau tidak, adalah satu perkara yang lain. Ramai yang mempunyai ilmu terutama ilmu agama tetapi ibadah, akhlak dan cara hidup mereka sama sahaja dengan orang yang tidak mempunyai ilmu. Ramai orang mempunyai banyak ilmu agama tetapi pada masa yang sama masih menolong system dan fahaman yang sangat bertentangan dengan Islam.
Namun ingat, bahwa ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu yang membuahkan amalan, itulah ilmu yang bermanfaat. Syaikh Abdurrahman bin Qasim rahimahullah mengatakan, “Amal adalah buah dari ilmu. Ilmu itu ada dalam rangka mencapai sesuatu yang lainnya. Fungsi ilmu diibaratkan seperti sebuah pohon, sedangkan amalan adalah seperti buahnya. Maka setelah mengetahui ajaran agama Islam seseorang harus menyertainya dengan amalan. Sebab orang yang berilmu akan tetapi tidak beramal dengannya lebih jelek keadaannya daripada orang bodoh. Di dalam hadits disebutkan, “Orang yang paling keras siksanya adalah seorang berilmu dan tidak diberi manfaat oleh Allah dengan sebab ilmunya”. Orang semacam inilah yang termasuk satu diantara tiga orang yang dijadikan sebagai bahan bakar pertama-tama nyala api neraka. Di dalam sebuah sya’ir dikatakan,
Orang alim yang tidak mau
Mengamalkan ilmunya
Mereka akan disiksa sebelum
Disiksanya para penyembah berhala
(lihat Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, hal. 12)
Ancaman bagi orang yang berilmu tapi tidak beramal
Syaikh Nu’man bin Abdul Karim al Watr mengatakan, “Di dalam Al Qur’an Allah ta’ala sering sekali menyebutkan amal shalih beriringan dengan iman. Dan Allah juga mencela orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan. Dan Allah mengabarkan bahwa perbuatan seperti itu sangat dimurkai-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Sungguh besar kemurkaan di sisi Allah karena kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan” (QS. Ash Shaff [61] : 2-3) Di dalam shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadits Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan ada seseorang yang didatangkan kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Isi perutnya terburai, sehingga ia berputar-putar sebagaimana berputarnya keledai yang menggerakkan penggilingan. Maka penduduk neraka pun berkumpul mengerumuninya. Mereka bertanya, “Wahai fulan, apakah yang terjadi pada dirimu? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?”. Dia menjawab, “Dahulu aku memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kemungkaran sedangkan aku sendiri justru melakukannya”. Oleh sebab itu ilmu harus diamalkan, shalat harus ditegakkan, zakat juga harus ditunaikan dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya Allah tidak memiliki tujuan lain dalam menciptakan makhluk kecuali supaya mereka beribadah kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyaat [51] : 56)” (lihat Taisirul Wushul, hal. 10)
Mempunyai banyak ilmu itu tidak menjamin apa-apa. Yang penting ilmu itu difahami, dihayati dan diamalkan. Hadis ada menyebut:
"Kalau Alah mahukan kebaikan itu ke atas seseorang itu, akan diberiNya orang itu faham tentang agama."
Hadis ini tidak menyebut akan diberiNya ilmu tetapi menyebut akan diberi 'faham' tentang agama. Jelas sekali bahawa mempunyai ilmu itu lain dan faham tentang agama itu satu perkara yang lain pula.
Ilmu jangan dibuat seperti pakaian. Pakaian bukan sebahagian daripada tubuh badan kita. Kadang-kadang kita pakai dan kadang-kadang kita buka. Itu sebabnya kita lihat sesetengah orang yang berilmu, kalau bercakap tentang Islam di atas pentas, di dalam forum atau ceramah, sungguh kagum kita mendengar apa yang mereka perkatakan. Keluar dari mulut berbagai-bagai istilah Islam yang hebat-hebat. Iman, taqwa, muqarrobbin, siddiqin, muhasabah, musyahadah, muraqobah, murabahah, khusyuk, khuduk dan sebagainya. Tetapi apabila turun pentas, cakap- cakap sudah jadi lain. Bila berjumpa dia di kedai, dia cakap pasal politik. Bila jumpa di restoran dia cakap pasal main bola. Bila jumpa di pejabat, dia cakap pasal gaji dan elaun. Cakap pasal pinjaman rumah dan pinjaman kereta. Cakap-cakap Islam sudah tidak ada lagi. Bila naik ke pentas semula, mula balik cakap pasal Islam.
Ilmu mesti mendarah daging. Tidak cukup hanya dihafal sahaja. Ilmu mesti mengisi dan mengalir di seluruh pelosok hati dan jiwa kita. Ilmu mesti dirasakan dan dihayati. Barulah ilmu itu dapat diamalkan dan diperjuangkan. Barulah ilmu itu dapat jadi penyuluh dalam hidup kita. Barulah ilmu itu dapat membentuk akhlak dan peribadi kita. Segala perbuatan dan percakapan kita jangan terlepas dari dipandu oleh ilmu yang tersemat di hati kita. Apa pun yang kita buat, kita buat Islam. Apa pun yang kita cakap, Islam tidak kira di mana dan dengan siapa. Barulah akan terpancar ilmu Islam itu di dalam kehidupan kita seharian.
Ilmu mesti disertakan dengn taqwa. Barulah ilmu itu boleh dirasai oleh hati dan diterjemahkan sebagai akhlak lahir dan batin. Bila akhlak sudah sesuai dan selari dengan ilmu Islam, maka bolehlah dikatakan kita sudah berakhlak Islam. Ketika itu kita tidak perlu bercakap banyak. Akhlak kita sudah cukup untuk menarik manusia kepada Islam.
Sayidatina Aisyah r.ha pernah ditanya oleh seorang sahabat bagaimanakah akhlak Rasulullah SAW? Beliau menjawab: "Akhlak Rasulullah ialah seperti Al Quran."
Wednesday, April 29, 2009
Monday, April 27, 2009
Kekuasaan Allah itu Pelajaran Bagi Manusia
Allah subhanahu wa ta`ala Maha Kaya, Dia tidak perlu kepada makhluk-Nya agar mereka menyembah-Nya. Dialah Zat yang sempurna sifat-Nya yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun. Dia tidak akan mati binasa, tidak akan pernah lemah, dan tidak pernah mengantuk. Dia tidak akan pernah jatuh miskin sehingga memerlukan bantuan makhluk-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
Maksudnya: Wahai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji
(Surah Fatir, ayat 15)
Allah tidak dapat dilihat oleh makhluk-Nya, sedangkan pada hari akhirat nanti orang-orang mukmin akan dapat melihat Allah. Di dunia Allah subhanahu wa ta`ala telah berbicara dan bercakap-cakap dengan Musa `alaihi salam. Allah subhanahu wa ta`ala telah mengambil Ibrahim sebagai Khalilullah (teman Allah). Allah subhanahu wa ta`ala mengajarkan ilmu hukum kepada Nabi Sulaiman `alaihi salam dan mengajarkan ilmu kepada Nabi Muhammad sollallahu `alaihi wasallam. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
Maksudnya: Tuhan menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya
(Surah al-Qasas, ayat 68)
Sesungguhnya Allah-lah tempat bergantungnya segala sesuatu, maka orang-orang yang sedang kesusahan bergantung kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
Maksudnya: Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan
(Surah ar-Rahmaan, ayat 29)
Allah Maha Penyabar, dan tiada yang dapat menandingi kesabaran-Nya. Allah Maha Dermawan tiada yang dapat menandingi kedermawanan-Nya. Sesungguhnya tiada orang yang lebih penyayang daripada Allah dan tiada yang paling cepat dalam mengazab melainkan Allah. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
Maksudnya: Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat seksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Surah al-A'raaf, ayat 167)
Maksudnya: Wahai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji
(Surah Fatir, ayat 15)
Allah tidak dapat dilihat oleh makhluk-Nya, sedangkan pada hari akhirat nanti orang-orang mukmin akan dapat melihat Allah. Di dunia Allah subhanahu wa ta`ala telah berbicara dan bercakap-cakap dengan Musa `alaihi salam. Allah subhanahu wa ta`ala telah mengambil Ibrahim sebagai Khalilullah (teman Allah). Allah subhanahu wa ta`ala mengajarkan ilmu hukum kepada Nabi Sulaiman `alaihi salam dan mengajarkan ilmu kepada Nabi Muhammad sollallahu `alaihi wasallam. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
Maksudnya: Tuhan menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya
(Surah al-Qasas, ayat 68)
Sesungguhnya Allah-lah tempat bergantungnya segala sesuatu, maka orang-orang yang sedang kesusahan bergantung kepada-Nya. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
Maksudnya: Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan
(Surah ar-Rahmaan, ayat 29)
Allah Maha Penyabar, dan tiada yang dapat menandingi kesabaran-Nya. Allah Maha Dermawan tiada yang dapat menandingi kedermawanan-Nya. Sesungguhnya tiada orang yang lebih penyayang daripada Allah dan tiada yang paling cepat dalam mengazab melainkan Allah. Allah subhanahu wa ta`ala berfirman:
Maksudnya: Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat seksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Surah al-A'raaf, ayat 167)
Sunday, April 26, 2009
Syafaat Al-Quran
Di dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda yang bermaksud:
"Pada hari Kiamat nanti, di hadapan Allah swt tidak akan ada syafaat yang mempunyai taraf yang lebih tinggi daripada Al-Quran, bukan Nabi, bukan malaikat dan sebagainya".
Melalui hadis di atas kita dapat mengetahui bahawa Al-Quran adalah pemberi syafaat yang mana syafaatnya akan diterima Allah.
Terdapat satu riwayat menyatakan bahawa, “Apabila seseorang itu meninggal dunia dan keluarganya sibuk melakukan upacara pengebumian, seorang yang kacak akan berdiri di bahagian kepalanya. Apabila mayat itu di kafankan, orang itu akan datang mendiami antara dadanya dan kain kafan itu. Bila selesai dikebumikan, orang ramai akan pulang ke rumah dan datanglah dua malaikat, Munkar dan Nakir cuba untuk memisahkan orang yang kacak itu supaya mereka dapat membuat pertanyaan mengenai iman orang yang meninggal dunia itu tanpa sebarang gangguan. Tetapi orang yang kacak itu akan berkata, “ Dia adalah kawanku. Aku tidak akan meninggalkannya berseorangan walau dalam keadaan apa sekalipun. Jalankanlah tugas kamu tetapi aku tidak akan meninggalkannya sehigga aku membawanya masuk ke syurga!” Selepas itu dia berpaling ke arah mayat sahabatnya dan berkata, “Akulah Al-Quran yang mana engkau telah membacanya kadang kala dengan suara yang perlahan dan kadang kala dengan suara yang kuat. Janganlah engkau bimbang. Selepas pertanyaan Munkar dan Nakir ini , engkau tidak akan berasa dukacita lagi.” Bila pertanyaan selesai, orang yang kacak itu akan mengadakan untuknya satu hamparan sutera yang penuh dengan kasturi dan malaikat-malaikat dari syurga.
Keterangan hadis ini menunjukkan bahawa al-Quran mempunyai fadilat yang amat besar sebagai jaminan serta pelindung bagi pembaca yang mengamalkan segala kandungannya.
Alangkah indahnya dan bahagianya sekiranya orang itu adalah kita. Kita tahu tentang tingginya syafaat Al-Quran, tetapi dengan mengetahuinya sahaja tanpa berusaha untuk mendekati dan merebut syafaat itu kita adalah orang-orang yang rugi. Cuba kita renungkan sejenak diri kita sendiri. Ajal dan maut adalah ketentuan Allah. Bila ia telah datang kita tidak akan mampu memperlambat atau mempercepatkannya walaupun untuk tempoh sesaat. Dan apabila berada di dalam kubur siapakah lagi yang akan menemani kita jauh sekali memberi bantuan kecuali amalan-amalan kita sewaktu di dunia. Allah telah menjanjikan Al-Quran sebagai pemberi syafaat terulung dan janji Allah itu adalah benar. Dekatilah Al-Quran dan jadikanlah ia teman di dunia dan pemberi syafaat di akhirat. Semoga Allah memberi kita restu dan hidayahNya…. AMIN!!!
Friday, April 24, 2009
15 Hikmah Imam Ghazali
Berkata Iman Ghazali (ra) dalam kitabnya, Minhajul A’bidin,
”Kelebihan yang disegerakan Allah Taala terhadap hambaNya apabila melakukan ketaatan kepada-Nya, yang sentiasa berkhidmat kepadaNya, dan menghabiskan usia hidupnya pada jalan ini”
1.Allah Taala sentiasa menyebut dan memuji namanya, dan semulia-mulia hamba itu apabila Tuhan sekalian alam sentiasa menyebut dan memujinya.
2. Tuhan sendiri mengucapkan terimakasih dan meninggikan kedudukannya. Kalau diri diucapkan terima kasih oleh makhluk yang dhaif dan membesar-besarkan dirinya, nescaya diri menjadi mulia kerananya, apalagi Tuhan Yang Awal dan Akhir.
3. Allah Taala sangat mengasihinya dan kiranya manusia dicintai, oleh seorang Penghulu Kampung atau seorang raja dalam sesebuah negeri, sudah tentu dirinya berasa megah dan mendapat manfaat daripadanya. Betapa pula kasih yang diberi oleh Tuhan sekalian alam.
4. Allah Taala sendiri menjadi wakil kepadanya untuk mentadbirkan segala urusannya.
5. Allah Taala memeliharakan rezekinya dan ke mana saja ia pergi, maka di situ terdapat rezeki yang tidak perlu berasa susah payah pun.
6. Allah Taala sendiri menolong dan mengawal dirinya daripada musuh seteru dan menolak apa saja orang yang berniat untuk menyakiti hatinya dan melakukan kejahatan.
7. Allah Taala sendiri yang menjinakkan hatinya hingga tidak berasa keliaran hati terhadap sesuatu perkara yang baru datang, malah ia tidak berasa takut jika berlaku perubahan dan penggantian.
8. Dirinya sentiasa dipermuliakan dan tidak mendapat kehinaan sekalipun membuat kerja-kerja yang hina pada pandangan mata orang ramai. Tetapi ia tidak rela berkhidmat kepada raja-raja di dunia ini dan pembesar-pembesar negeri.
9. Tinggi hemah sekira-kira tidak ingin melumurkan diri dengan kecemaran dunia atau menjadi ahli dunia dan tidak pula ingin berpaling kepada perhiasan dan permainannya seperti permainan budak-budak yang olok-olok belaka.
10. Kaya hati, dan dirasa dirinya sekaya-kaya manusia dalam dunia. Nafsunya sentiasa tenang lega dan riang hati, malah tidak kisahkan kelaparan dan menyusahkan hatinya kalau ketiadaannya
11.Bersinar-sinar cahaya nur hati sehingga dapat memberi petunjuk dengan sinaran itu kepada orang ramai mengenai hal-hal ilmu pengetahuan, rahsia-rahsia, dan hikmah-hikmah yang tidak dapat diberi oleh manusia biasa, kecuali dengan ijtihad yang bersungguh-sungguh dan usia yang berpanjangan.
12. Lapang dada dan tidak berasa susah hati terhadap sesuatu bala yang menimpanya di dunia dan tidak berasa sakit hati dan susah hati atas apa yang diumpat dan diperkatakan oleh manusia.
13. Kelihatan hebat dan menakutkan nafsu dan hati orang ramai hingga terpaksa dihormati oleh kawan dan lawan dan amat ditakuti oleh orang yang sombong dan takbur juga orang yang berkepala batu, sekalipun ia seorang penguasa yang zalim.
14. Dicintai oleh hati manusia, sepertimana firman Allah Taala:
Ertinya, “Tuhan Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Surah Maryam: 96). Oleh itu, anda lihatlah segala hati bersikap sayang kepadanya, dan semua nafsu bertabiat suka membesar-besarkan dan mempermuliakan dirinya.
15. Allah Taala menganugerahkannya keberkatan yang am, samada pada percakapan, perbuatan, pakaian, tubuh badan, dan sebagainya.
———————————————–
Ad-Darun Nafis
Sheikh Muhammad Nafis Idris Al Banjari
”Kelebihan yang disegerakan Allah Taala terhadap hambaNya apabila melakukan ketaatan kepada-Nya, yang sentiasa berkhidmat kepadaNya, dan menghabiskan usia hidupnya pada jalan ini”
1.Allah Taala sentiasa menyebut dan memuji namanya, dan semulia-mulia hamba itu apabila Tuhan sekalian alam sentiasa menyebut dan memujinya.
2. Tuhan sendiri mengucapkan terimakasih dan meninggikan kedudukannya. Kalau diri diucapkan terima kasih oleh makhluk yang dhaif dan membesar-besarkan dirinya, nescaya diri menjadi mulia kerananya, apalagi Tuhan Yang Awal dan Akhir.
3. Allah Taala sangat mengasihinya dan kiranya manusia dicintai, oleh seorang Penghulu Kampung atau seorang raja dalam sesebuah negeri, sudah tentu dirinya berasa megah dan mendapat manfaat daripadanya. Betapa pula kasih yang diberi oleh Tuhan sekalian alam.
4. Allah Taala sendiri menjadi wakil kepadanya untuk mentadbirkan segala urusannya.
5. Allah Taala memeliharakan rezekinya dan ke mana saja ia pergi, maka di situ terdapat rezeki yang tidak perlu berasa susah payah pun.
6. Allah Taala sendiri menolong dan mengawal dirinya daripada musuh seteru dan menolak apa saja orang yang berniat untuk menyakiti hatinya dan melakukan kejahatan.
7. Allah Taala sendiri yang menjinakkan hatinya hingga tidak berasa keliaran hati terhadap sesuatu perkara yang baru datang, malah ia tidak berasa takut jika berlaku perubahan dan penggantian.
8. Dirinya sentiasa dipermuliakan dan tidak mendapat kehinaan sekalipun membuat kerja-kerja yang hina pada pandangan mata orang ramai. Tetapi ia tidak rela berkhidmat kepada raja-raja di dunia ini dan pembesar-pembesar negeri.
9. Tinggi hemah sekira-kira tidak ingin melumurkan diri dengan kecemaran dunia atau menjadi ahli dunia dan tidak pula ingin berpaling kepada perhiasan dan permainannya seperti permainan budak-budak yang olok-olok belaka.
10. Kaya hati, dan dirasa dirinya sekaya-kaya manusia dalam dunia. Nafsunya sentiasa tenang lega dan riang hati, malah tidak kisahkan kelaparan dan menyusahkan hatinya kalau ketiadaannya
11.Bersinar-sinar cahaya nur hati sehingga dapat memberi petunjuk dengan sinaran itu kepada orang ramai mengenai hal-hal ilmu pengetahuan, rahsia-rahsia, dan hikmah-hikmah yang tidak dapat diberi oleh manusia biasa, kecuali dengan ijtihad yang bersungguh-sungguh dan usia yang berpanjangan.
12. Lapang dada dan tidak berasa susah hati terhadap sesuatu bala yang menimpanya di dunia dan tidak berasa sakit hati dan susah hati atas apa yang diumpat dan diperkatakan oleh manusia.
13. Kelihatan hebat dan menakutkan nafsu dan hati orang ramai hingga terpaksa dihormati oleh kawan dan lawan dan amat ditakuti oleh orang yang sombong dan takbur juga orang yang berkepala batu, sekalipun ia seorang penguasa yang zalim.
14. Dicintai oleh hati manusia, sepertimana firman Allah Taala:
Ertinya, “Tuhan Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Surah Maryam: 96). Oleh itu, anda lihatlah segala hati bersikap sayang kepadanya, dan semua nafsu bertabiat suka membesar-besarkan dan mempermuliakan dirinya.
15. Allah Taala menganugerahkannya keberkatan yang am, samada pada percakapan, perbuatan, pakaian, tubuh badan, dan sebagainya.
———————————————–
Ad-Darun Nafis
Sheikh Muhammad Nafis Idris Al Banjari
Wednesday, April 22, 2009
Mengapa Doa Tidak Makbul
Agama Islam menyuruh penganutnya supaya selalu bermohon kepada Allah swt. Setiap doa yang terbit dari hati yang tulus ikhlas akan diperkenankan oleh Allah Yang Maha Pemurah.
Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 186 yang bermaksud:
Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang aku (Allah) maka (jawablah) bahawa aku ini hampir. Aku memperkenankan doa orang yang memohon apabila dia (sungguh-sungguh) bermohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, semoga mereka selalu mendapat panduan yang baik .
Ramai manusia mengeluh bahawa doanya masih belum diperkenankan Tuhan. Setiap pagi dan malam dia menadahkan tangan bermohon kepada Allah tetapi apa yang dimintanya tidak kunjung tiba.
Timbul pertanyaan di dalam hatinya : Kenapakah permohonannya itu masih belum dikabulkan Tuhan? Jarang orang yang berusaha untuk melakukan penelitian apakah sebab-sebabnya.
Pada hakikatnya sebab-sebabnya itu banyak terletak pada diri si pemohon itu sendiri. Kerana salah satu syarat yang penting untuk mendapat pengkabulan doa dari Ilahi haruslah doa itu disertai denagn hati yang khusyuk, bukan berdoa hanya di mulut sahaja. Tidak ada ertinya mulut yang kumat kamit sehingga kering tekak tetapi hati menerawang ke alam lain, jiwa tidak khusyuk mengadap Ilahi.
Dalam salah satu hadis dijelaskan bagaimana sifat dan bentuk doa yang diperkenankan Allah.
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud : Apabila kamu meminta kepada Allah bermohonlah dalam keadaan kamu yakin sepenuhnya akan dikabulkan Tuhan. Allah tidak memperkenankan doa seorang hamba yang hatinya lalai.
Dari hadis tersebut, ditegaskan oleh Rasulullah saw supaya setiap orang yang berdoa harus yakin bahawa doanya akan diperkenankan Tuhan sama ada segera atau lambat. Yakin itu akan timbul apabila seluruh jiwa dan raga dipusatkan mengadap Ilahi.
Salah seorang ulama sufi yang terkemuka iaitu Ibrahim Bin Adham yang hidup pada abad kelapan, pernah memberikan huraian tentang sebab-sebab doa seseorang tidak diperkenankan Tuhan. Tatkala berkunjung ke Basrah, beliau menerima pertanyaan dari sebahagian penduduk : Kenapakah nasib kami masih belum berubah, pada hal kami selalu berdoa, sedangkan Allah menjanjikan dalam al-Quran akan memperkenankan doa setiap orang yang bermohon? Ibrahim Bin Adham memberikan jawapan bahawa sebab-sebabnya ada 10 macam, iaitu:
Yang pertama : Kamu tidak menunaikan hak-hak Allah. Kamu kenal Allah tetapi tidak memenuhi hak-haknya. Hak Allah swt yang paling utama ialah untuk disembah. Setiap orang wajib mensyukuri nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya dengan jalan menyembahnya dengan sebenar-benar erti ibadah.Bagaimanakah Tuhan akan memperkenankan doa seseorang hamba kalau Tuhan mengatakan supaya dia berjalan ke kanan tapi masih ditempuhnya jalan ke kiri.
Kedua : Kamu tidak mengamalkan isi al-Quran. Kamu senantiasa membaca al-Quran tapi tidak kamu amalkan isi-isinya. Kitab Suci al-Quran senantiasa dibaca, dilagukan dengan bermacam-macam lagu tetapi isinya tidak dipelajari dan dihayati. Kalau pun ada satu dua ayat yang dapat difahamkan tidak pula diamalkan bahkan kadang-kadang sengaja dilanggar.
Ketiga : Kamu tidak mengamalkan sunnah Rasulullah saw. Kamu selalu mendakwa cinta kepada Rasulullah saw tapi kamu tinggalkan sunnahnya. Rasulullah saw menunjukkan jalan yang lurus tapi tidak sedikit manusia yang memilih jalan yang bengkok. Kadang-kadang ada juga yang katanya mengikuti Sunnah Rasul tapi apa yang dikerjakannya itu bertentangan dengan apa yang dilakukan atau digariskan oleh Rasulullah saw, masih lagi mengikuti perkara-perkara khurafat yang bukan dari al-Quran atau as-Sunnah yang sahih.
Keempat : Kamu patuh kepada syaitan. Kamu sentiasa menyatakan bermusuh dengan syaitan tapi kamu patuhi dia. Syaitan itu adalah musuh manusia yang selalu berusaha menjatuhkan anak Adam ke lembah kehinaan dengan jalan mempengarohi nafsu manusia yang jelik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari kebanyakkan manusia berlutut kepada syaitan dengan memperturutkan hawa nafsu yang buruk. Seharusnya manusialah yang menguasai nafsunya dan dengan sikapnya itu dia akan berjaya mengalahkan godaan syaitan.
Kelima : Kamu menerjunkan diri sendiri ke jurang kebinasaan. Kamu selalu berdoa supaya terhindar dari api neraka tapi kamu limparkan dirimu sendiri ke dalamnya. Iaitu kebanyakkan manusia ingin memasuki pintu kebahgiaan tapi sebaliknya dia sendiri seolah-olah mengunci pintu itu. Dia tidak mahu mengerjakan kebajikan tapi selalu bergelumang dengan perbuatan dosa dan maksiat.
Keenam : Ingin masuk Syurga tapi tidak beramal. Iaitu kamu berdoa untuk masuk Syurga tapi kamu sendiri tidak beramal untuknya.
Ketujuh : Sedar akan mati tapi tidak bersiap-siap untuk menghadapinya. Kamu mengatakan bahawa kematian itu pasti datang tapi tidak pula mempersiapkan diri menghadapinya. Kamu mengakui dan insaf bahawa hidup di dunia ini hanya sementara sahaja sedangkan hidup yang abadi ialah di akhirat kelak, namun demikian kamu tidak mengerjakan amal saleh yang akan menjadi anak kunci membuka pintu kehidupan yang abadi itu.
Kelapan : Kamu melihat cacat orang lain, cacat sendiri tidak nampak. Kamu sibuk memikirkan dan mengurus aib saudara-sudaramu, tapi kamu tidak melihat aib kamu sendiri . Orang yang demikian selalu menuding jari kepada orang lain tapi amat jarang menghadapkan telunjuknya ke dadanya sendiri.
Kesembilan : Kamu mengecap nikmat tetapi tidak bersyukur. Kamu makan nikmat Ilahi tapi kamu tidak bersyukur atas kurnia itu. Sejak kecil manusia menikmati nikmat Ilahi dan beratus-ratus kurniaan yang lainnya tapi tidak berterima kasih, malah kadang-kadang membangkang menunjukkan sikap bongkak dan lupa daratan.
Kesepuluh : Kamu menguburkan jenazah tapi tidak menginsafkan diri. Kamu turut menguburkan orang yang mati tapi kamu sendiri tidak mengambil iktibar dari peristiwa itu. Iaitu kalau ada orang yang meninggal dunia kamu selalu tidak ketinggalan turut menghantar jenazah itu sampai ke kubur, tapi malang sekali jarang kamu mengambil pelajaran dari kejadian itu, bahawa apabila hari ini kita turut menghantar orang ke kubur, mungkin esok lusa kita sendiri akan dihantar orang.
Demikianlah sepuluh sebab doa seseorang tidak diperkenankan Allah menurut butir-butir hikmah Ibrahim bin Adham. Ini seharusnya mengetuk pintu hati setiap mukmin untuk membuat penilaian dan mengenal diri sendiri. Moga-moga Allah menjadikan kita orang-orang mukmin yang melaksanakan kewajipan-kewajipan kita dengan ikhlas dan yakin.
Monday, April 20, 2009
Kisah Masyitah dan Bayinya.
Fir’aun, raja zalim yang memerintah Mesir ribuan tahun lalu, mengaku dirinya Tuhan. Dia meminta setiap rakyatnya mengakui dan menyembahnya. Mereka yang ingkar dibunuh.
Seorang sahabat baiknya yang juga penjaga perbendaharaan negara, Hazaqil, tidak setuju Fir’aun mengakui dirinya Tuhan.
Pada suatu hari, ketika Fir’aun menjatuhkan hukuman mati ke atas 40 orang ahli sihir yang telah beriman kepada Allah, Hazaqil sangat tidak setuju.
Hazaqil menghadap Fir’aun dan membantah hukuman itu.
“Tuanku, patik tidak setuju dengan hukuman mati ke atas 40 ahli sihir itu. Walaupun mereka beriman kepada Allah, mereka sudah berjasa kepada negara kita ini,” Hazaqil mempertikaikan hukuman yang dijatuhkan oleh Fir’aun.
“Mereka dihukum mati kerana tidak mengakui beta sebagai Tuhan mereka!” tegas Fir’aun dengan nada marah, sambil menambah:
“Kalau kamu mempertahankan nasib ahli-ahli sihir itu, itu bermakna kamu juga seorang daripada mereka yang beriman kepada Allah.”
Fir’aun mula berfikir mengapa Hazaqil mempertahankan nasib 40 ahli sihir yang dihukum mati itu.
“Oleh kerana kamu salah seorang daripada mereka, beta jatuhkan hukuman mati ke atas kamu,” kata Fir’aun tanpa teragak-agak menjatuhkan hukuman mati ke atas sahabat yang juga pegawai kerajaannya itu.
Hazaqil dibawa keluar dari istana. Dia diikat pada sebatang pohon kurma. Dia kemudian dipanah pengawal Fir’aun sehingga mati.
Isteri Hazaqil, iaitu Siti Masyitah, yang bertugas sebagai pendandan puteri Fir’aun, berasa sangat sedih dan kecewa atas pembunuhan suaminya itu.
Dia semakin benci melihat wajah Fir’aun dan keimanannya kepada Allah semakin teguh.
Pada suatu pagi, ketika Siti Masyitah menyikat rambut puteri Firaun, dia teringatkan suaminya. Tumpuan kepada tugasnya hilang. Tiba-tiba sikat yang digunakan menyikat rambut puteri Fir’aun jatuh ke lantai.
“Allahu Akbar,” kata Siti Masyitah lalu mengambil sikat itu.
“Masitah, kamu akan dihukum kerana berkata begitu. Apakah ada Tuhan lain selain ayahandaku?” tanya puteri Fir’aun.
“Ya. Memang ada Tuhan yang patut disembah, bukan ayahanda tuan puteri,” kata Masyitah dengan tegas dan berani.
Puteri sangat marah, lalu mengadu hal itu kepada bapanya. Darah Fir’aun menyirap mendengar kata-kata anaknya. Dia lalu meminta Masyitah menghadapnya.
“Siapakah Tuhan kamu?” Tanya Fir’an dengan marah.
“Allah, itulah Tuhan saya,” jawab Masyitah dengan tegas.
“Biadab! Kamu akan dihukum sebab menghina beta,” tegas Fir’aun lalu memerintahkan pengawal memasak minyak dalam kuali yang sangat besar untuk dihumbankan Masyitah ke dalamnya.
“Dengar rakyat semua, inilah hukuman kepada orang yang tidak mengaku beta sebagai Tuhan.”
Fir’aun terus memandang Siti Masyitah. Dia berkata: “Beta beri satu peluang terakhir kepada kamu, adakah kamu mengaku beta sebagai Tuhan kamu?”
Siti Masyitah tidak peduli. Baginya, biarpun dia dihukum, keimanannya kepada Allah tidak akan berubah.
Tiba-tiba, anaknya yang masih bayi, dengan izin Allah, berkata:
“Wahai ibu, janganlah terpedaya dengan kata-kata syaitan yang dilaknat Allah. Kematian kita akan mendapat rahmat daripada Allah dan pintu syurga sentiasa terbuka menanti kedatangan kita.”
Siti Masyitah terkejut mendengarkan bayinya boleh berkata-kata. Dia bersyukur kepada Allah lantas dengan hati tabah, menuju ke kuali besar berisi minyak panas itu.
“Allahu Akbar!” teriak Siti Masyitah lalu terjun bersama dua orang anaknya ke dalam kuali itu.
Orang ramai yang hadir dan melihat kejadian itu berasa terkejut dan sedih melihat Siti Masyitah dan dua anaknya menjadi korban Fir’aun demi mempertahankan agama Allah.
Tiba-tiba mereka terhidu bau yang sangat harum keluar daripada kuali besar berisi minyak mendidih yang telah ‘memasak’ Masyitah dan anak-anaknya itu.
Seorang sahabat baiknya yang juga penjaga perbendaharaan negara, Hazaqil, tidak setuju Fir’aun mengakui dirinya Tuhan.
Pada suatu hari, ketika Fir’aun menjatuhkan hukuman mati ke atas 40 orang ahli sihir yang telah beriman kepada Allah, Hazaqil sangat tidak setuju.
Hazaqil menghadap Fir’aun dan membantah hukuman itu.
“Tuanku, patik tidak setuju dengan hukuman mati ke atas 40 ahli sihir itu. Walaupun mereka beriman kepada Allah, mereka sudah berjasa kepada negara kita ini,” Hazaqil mempertikaikan hukuman yang dijatuhkan oleh Fir’aun.
“Mereka dihukum mati kerana tidak mengakui beta sebagai Tuhan mereka!” tegas Fir’aun dengan nada marah, sambil menambah:
“Kalau kamu mempertahankan nasib ahli-ahli sihir itu, itu bermakna kamu juga seorang daripada mereka yang beriman kepada Allah.”
Fir’aun mula berfikir mengapa Hazaqil mempertahankan nasib 40 ahli sihir yang dihukum mati itu.
“Oleh kerana kamu salah seorang daripada mereka, beta jatuhkan hukuman mati ke atas kamu,” kata Fir’aun tanpa teragak-agak menjatuhkan hukuman mati ke atas sahabat yang juga pegawai kerajaannya itu.
Hazaqil dibawa keluar dari istana. Dia diikat pada sebatang pohon kurma. Dia kemudian dipanah pengawal Fir’aun sehingga mati.
Isteri Hazaqil, iaitu Siti Masyitah, yang bertugas sebagai pendandan puteri Fir’aun, berasa sangat sedih dan kecewa atas pembunuhan suaminya itu.
Dia semakin benci melihat wajah Fir’aun dan keimanannya kepada Allah semakin teguh.
Pada suatu pagi, ketika Siti Masyitah menyikat rambut puteri Firaun, dia teringatkan suaminya. Tumpuan kepada tugasnya hilang. Tiba-tiba sikat yang digunakan menyikat rambut puteri Fir’aun jatuh ke lantai.
“Allahu Akbar,” kata Siti Masyitah lalu mengambil sikat itu.
“Masitah, kamu akan dihukum kerana berkata begitu. Apakah ada Tuhan lain selain ayahandaku?” tanya puteri Fir’aun.
“Ya. Memang ada Tuhan yang patut disembah, bukan ayahanda tuan puteri,” kata Masyitah dengan tegas dan berani.
Puteri sangat marah, lalu mengadu hal itu kepada bapanya. Darah Fir’aun menyirap mendengar kata-kata anaknya. Dia lalu meminta Masyitah menghadapnya.
“Siapakah Tuhan kamu?” Tanya Fir’an dengan marah.
“Allah, itulah Tuhan saya,” jawab Masyitah dengan tegas.
“Biadab! Kamu akan dihukum sebab menghina beta,” tegas Fir’aun lalu memerintahkan pengawal memasak minyak dalam kuali yang sangat besar untuk dihumbankan Masyitah ke dalamnya.
“Dengar rakyat semua, inilah hukuman kepada orang yang tidak mengaku beta sebagai Tuhan.”
Fir’aun terus memandang Siti Masyitah. Dia berkata: “Beta beri satu peluang terakhir kepada kamu, adakah kamu mengaku beta sebagai Tuhan kamu?”
Siti Masyitah tidak peduli. Baginya, biarpun dia dihukum, keimanannya kepada Allah tidak akan berubah.
Tiba-tiba, anaknya yang masih bayi, dengan izin Allah, berkata:
“Wahai ibu, janganlah terpedaya dengan kata-kata syaitan yang dilaknat Allah. Kematian kita akan mendapat rahmat daripada Allah dan pintu syurga sentiasa terbuka menanti kedatangan kita.”
Siti Masyitah terkejut mendengarkan bayinya boleh berkata-kata. Dia bersyukur kepada Allah lantas dengan hati tabah, menuju ke kuali besar berisi minyak panas itu.
“Allahu Akbar!” teriak Siti Masyitah lalu terjun bersama dua orang anaknya ke dalam kuali itu.
Orang ramai yang hadir dan melihat kejadian itu berasa terkejut dan sedih melihat Siti Masyitah dan dua anaknya menjadi korban Fir’aun demi mempertahankan agama Allah.
Tiba-tiba mereka terhidu bau yang sangat harum keluar daripada kuali besar berisi minyak mendidih yang telah ‘memasak’ Masyitah dan anak-anaknya itu.
Sunday, April 19, 2009
Mencintai Dan Mengamalkan Sifat Malu
Orang yang mempunyai sifat malu dikatakan sebagai orang yang mencintai Allah. Kerana orang yang malu melakukan maksiat bererti dia malu kepada Allah. Bila dia malu kepada Allah bererti dia mencintai Allah.
Perlu kita ketahui bahawa malu itu ada dua macam:
Pertama, malu yang tumbuh sebagai pembawaan dan tabiat yang tidak melalui proses pembentukan. Ini merupakan satu dari bentuk-bentuk akhlak yang paling mulia yang dikurniakan Allah kepada hamba-hamba dan yang sengaja Ia ciptakan untuk hamba-hamba-Nya itu. Kerana itulah Rasulullah bersabda: "Malu itu tidak akan terwujud kecuali untuk kebaikan."
Malu dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan hina, mendorong untuk berbuat sesuai dengan ukuran-ukuran akhlak mulia. Dengan itu malu termasuk karakter keimanan.
Diriwayatkan dari Umar radhiAllahu `anhu yang berkata: "Barangsiapa yang malu maka ia akan menutupi diri, dan barangsiapa yang menutupi diri maka ia telah menjaga diri, dan barangsiapa menjaga diri maka ia mendapatkan perlindungan."
Sedangkan Al-Jarrah bin Abdullah al-Hukmy -- salah seorang pasukan berkuda dari Syam -- mengatakan: "Aku meninggalkan dosa-dosa itu empat puluh tahun kerana malu, baru kemudian muncul sikap warak kepada diriku." Selain dia juga ada mengatakan: "Aku melihat kemaksiatan itu sebagai keburukan, maka aku pun meninggalkannya kerana pertimbangan harga diri, dan kerananya terhindarlah nilai agama yang ada."
Kedua, yang melalui proses pembentukan kerana pengaruh bermakrifat kepada Allah. Maksud dari bermakrifat kepada Allah di sini adalah mengetahui keagungan-Nya, kedekatan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, daya jangkauan-Nya atas mereka, dan daya penglihatan-Nya terhadap apa yang tidak tertembus pandangan mata dan yang tersembunyi rapi di dalam dada. Inilah karakter keimanan yang tertinggi itu. Bahkan inilah darjat ihsan yang paling tinggi. Malu juga boleh terlahir dari bagaimana cara seseorang itu melihat nikmat-nikmat-Nya dan bagaimana pula ia lalai untuk mensyukuri-Nya.
Jika sahaja sikap malu ini terbuang maka setelah itu tidak ada lagi yang dapat merintangi keinginan dirinya untuk berbuat kejelekan dan kehinaan, yang pada akhirnya ia seakan-akan menjelma menjadi orang yang tanpa memiliki iman.
Malu tidak boleh disamakan dengan ketidakmampuan hati, yang jelas-jelas akan melahirkan sikap meremehkan hak-hak Allah mahupun hak-hak hamba-Nya. Sikap ini bukan malu yang dimaksud dalam pembahasan ini, namun ianya lebih merupakan sebuah kelemahan, cacat dan kehinaan.
Perlu kita ketahui bahawa malu itu ada dua macam:
Pertama, malu yang tumbuh sebagai pembawaan dan tabiat yang tidak melalui proses pembentukan. Ini merupakan satu dari bentuk-bentuk akhlak yang paling mulia yang dikurniakan Allah kepada hamba-hamba dan yang sengaja Ia ciptakan untuk hamba-hamba-Nya itu. Kerana itulah Rasulullah bersabda: "Malu itu tidak akan terwujud kecuali untuk kebaikan."
Malu dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan hina, mendorong untuk berbuat sesuai dengan ukuran-ukuran akhlak mulia. Dengan itu malu termasuk karakter keimanan.
Diriwayatkan dari Umar radhiAllahu `anhu yang berkata: "Barangsiapa yang malu maka ia akan menutupi diri, dan barangsiapa yang menutupi diri maka ia telah menjaga diri, dan barangsiapa menjaga diri maka ia mendapatkan perlindungan."
Sedangkan Al-Jarrah bin Abdullah al-Hukmy -- salah seorang pasukan berkuda dari Syam -- mengatakan: "Aku meninggalkan dosa-dosa itu empat puluh tahun kerana malu, baru kemudian muncul sikap warak kepada diriku." Selain dia juga ada mengatakan: "Aku melihat kemaksiatan itu sebagai keburukan, maka aku pun meninggalkannya kerana pertimbangan harga diri, dan kerananya terhindarlah nilai agama yang ada."
Kedua, yang melalui proses pembentukan kerana pengaruh bermakrifat kepada Allah. Maksud dari bermakrifat kepada Allah di sini adalah mengetahui keagungan-Nya, kedekatan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, daya jangkauan-Nya atas mereka, dan daya penglihatan-Nya terhadap apa yang tidak tertembus pandangan mata dan yang tersembunyi rapi di dalam dada. Inilah karakter keimanan yang tertinggi itu. Bahkan inilah darjat ihsan yang paling tinggi. Malu juga boleh terlahir dari bagaimana cara seseorang itu melihat nikmat-nikmat-Nya dan bagaimana pula ia lalai untuk mensyukuri-Nya.
Jika sahaja sikap malu ini terbuang maka setelah itu tidak ada lagi yang dapat merintangi keinginan dirinya untuk berbuat kejelekan dan kehinaan, yang pada akhirnya ia seakan-akan menjelma menjadi orang yang tanpa memiliki iman.
Malu tidak boleh disamakan dengan ketidakmampuan hati, yang jelas-jelas akan melahirkan sikap meremehkan hak-hak Allah mahupun hak-hak hamba-Nya. Sikap ini bukan malu yang dimaksud dalam pembahasan ini, namun ianya lebih merupakan sebuah kelemahan, cacat dan kehinaan.
Friday, April 17, 2009
Kisah Rabi'ah Al-Adawiyah
Abdul Wahid Amir mengisahkan bahawa ia bersama Sufyan ats-Tsauri menziarahi Rabi'ah ketika sakit tetapi kerana segan mereka tidak berani menegurnya.
"Engkaulah yang berkata," kataku kepada Sufyan.
"Jika engkau berdoa nescaya penderitaanmu ini akan hilang."
Rabi'ah menjawab: "Tidakkah engkau tahu siapa yang menghendaki aku menderita seperti ini? Bukankah Allah?" "Ya," Sufyan membenarkan.
"Betapa mungkin, engkau menyuruhku untuk memohonkan hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya? Bukankah tidak baik apabila kita menentang Sahabat kita sendiri?"
"Apakah yang engkau inginkan, Rabi'ah?" Sufyan bertanya pula.
"Sufyan, engkau adalah seorang yang terpelajar! Tetapi mengapa engkau bertanya demikian? Demi kebesaran Allah, telah dua belas tahun lamanya aku menginginkan buah kurma segar. Engkau tentu tahu bahawa di kota Basrah buah kurma sangat murah harganya, tetapi hingga saat ini aku tidak pernah memakannya. Aku ini hanyalah hamba-Nya dan apakah hak seseorang hamba untuk menginginkan sesuatu? Jika aku menginginkan sesuatu sedang Allah tidak menginginkannya, maka kafirlah aku. Engkau harus menginginkan segala sesuatu yang diinginkan-Nya semata-mata agar engkau dapat menjadi hamba-Nya yang sejati. Tetapi lainlah persoalannya jika Tuhan sendiri yang memberikannya."
Sufyan terdiam. Kemudian ia berkata kepada Rabi'ah: "Kerana aku tidak dapat berbicara mengenai dirimu, maka engkaulah yang berbicara mengenai diriku."
"Engkau adalah manusia yang baik kecuali dalam satu hal: Engkau mencintai dunia. Engkau pun suka membacakan hadith-hadith." Yang terakhir ini dikatakan Rabi'ah dengan maksud bahawa membacakan hadith-hadith tersebut adalah suatu perbuatan yang mulia.
Sufyan merasa sangat susah hati dan memohon: "Ya Allah, kasihilah aku!"
Tetapi Rabi'ah mencelanya dengan berkata: "Tidak malukah engkau mengharapkan kasih Allah sedangkan engkau sendiri tidak mengasihi-Nya?"
"Engkaulah yang berkata," kataku kepada Sufyan.
"Jika engkau berdoa nescaya penderitaanmu ini akan hilang."
Rabi'ah menjawab: "Tidakkah engkau tahu siapa yang menghendaki aku menderita seperti ini? Bukankah Allah?" "Ya," Sufyan membenarkan.
"Betapa mungkin, engkau menyuruhku untuk memohonkan hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya? Bukankah tidak baik apabila kita menentang Sahabat kita sendiri?"
"Apakah yang engkau inginkan, Rabi'ah?" Sufyan bertanya pula.
"Sufyan, engkau adalah seorang yang terpelajar! Tetapi mengapa engkau bertanya demikian? Demi kebesaran Allah, telah dua belas tahun lamanya aku menginginkan buah kurma segar. Engkau tentu tahu bahawa di kota Basrah buah kurma sangat murah harganya, tetapi hingga saat ini aku tidak pernah memakannya. Aku ini hanyalah hamba-Nya dan apakah hak seseorang hamba untuk menginginkan sesuatu? Jika aku menginginkan sesuatu sedang Allah tidak menginginkannya, maka kafirlah aku. Engkau harus menginginkan segala sesuatu yang diinginkan-Nya semata-mata agar engkau dapat menjadi hamba-Nya yang sejati. Tetapi lainlah persoalannya jika Tuhan sendiri yang memberikannya."
Sufyan terdiam. Kemudian ia berkata kepada Rabi'ah: "Kerana aku tidak dapat berbicara mengenai dirimu, maka engkaulah yang berbicara mengenai diriku."
"Engkau adalah manusia yang baik kecuali dalam satu hal: Engkau mencintai dunia. Engkau pun suka membacakan hadith-hadith." Yang terakhir ini dikatakan Rabi'ah dengan maksud bahawa membacakan hadith-hadith tersebut adalah suatu perbuatan yang mulia.
Sufyan merasa sangat susah hati dan memohon: "Ya Allah, kasihilah aku!"
Tetapi Rabi'ah mencelanya dengan berkata: "Tidak malukah engkau mengharapkan kasih Allah sedangkan engkau sendiri tidak mengasihi-Nya?"
Thursday, April 16, 2009
Kaedah Mengenal Tuhan
Mengenal Tuhan tidak cukup kalau terhenti setakat akal sahaja. Walaupun kita sudah belajar sifat 20 sehingga faham dan alim, ia belum menjamin kita "kenal" Tuhan. Kita sebenarnya baru "tahu" tentang Tuhan dengan akal. Sedangkan mengenal Tuhan ialah dengan hati, bukan dengan akal.
Hati yang arif dan kenal Tuhannya mampu untuk mengawal diri dari kemungkaran. Jika akal yang 'tahu' tentang Tuhan, ia tidak mampu mengawal tuannya dari kemungkaran dan dosa. Dia juga payah untuk berubah dan meningkatkan diri.
Keseluruhannya sifat-sifat Tuhan itu adalah lambang kasih sayang Tuhan terhadap hamba-hamba- Nya. Antara tanda kasih sayang Tuhan itu ialah nikmatNya yang diberikan terlalu banyak dan luas, bahkan tidak terhitung. Jika satu nikmat sahaja kita hurai, sudah cukup untuk menunjukkan betapa baiknya Tuhan kepada kita. Contohnya, cuba kita tutup hidung selama 5 minit. Tentu kita akan mati kerana tidak boleh bernafas. Begitulah besarnya nikmat Tuhan. Maha Besar Tuhan! Kita patut berterima kasih kepada Tuhan. Kalau Tuhan tidak beri kita udara, kemudahan dan keselesaan hidup yang canggih pun tidak bermakna kerana kita tidak dapat mengecapinya.
Rasa-rasa hati seperti inilah yang menguatkan hubungan hati seorang hamba dengan Tuhannya. Hubungan hati dan rasa inilah yang menundukkan manusia agar patuh kepadaNya dengan hati yang penuh kecintaan pada Tuhan.
Jadi, kita perlu sentiasa ingat betapa Pengasih dan Penyayangnya Tuhan yang menjadikan kita. Kita ini hanya seorang hamba yang hina-dina. Diri kita yang hina dan banyak dosa ini pun Allah masih sayang dan beri berbagai nikmat seperti penglihatan, pendengaran, kesihatan dan sebagainya.
Kalau begitulah kasih sayang Tuhan kepada manusia, kenapa kita tidak boleh berkasih sayang sesama insan? Kita selalu menyebut Allah itu Pengasih dan Penyayang melalui kalimah Bismillah namun kita masih ada kesombongan di hati. Kita hina orang dan sebagainya kerana selama ini kita belajar mengenal Tuhan dengan hujah akal semata-mata. Hati kita tidak tersentuh pun jika disebut tentang kehebatan Tuhan.
Justeru itu kita mesti ubah cara kita belajar atau mengajar Tauhid tentang Tuhan supaya dapat mengenal Tuhan dan memiliki rasa-rasa bertuhan. Rasa-rasa bertuhan itulah yang hendak dibawa ke mana-mana.
Rasa bertuhan itu kalau hendak dikiaskan adalah seperti berhadapan dengan seekor harimau. Harimau tersebut sedikit pun tidak mengusik kita. Jika kita dihidangkan makanan di waktu itu, beranikah kita terus makan rezeki yang sedap-sedap terhidang di depan kita? Tentu tidak, sebab kita terasa kehebatan harimau itu. Rasa takut kepada harimau itu yang boleh menerkam bila-bila masa.
Begitu juga dengan Tuhan. Hati yang kenal Tuhan tidak tunggu-tunggu dan berfikir malah dia benar-benar faham dan terasa kehebatan Tuhan setiap masa.
Kehebatan Tuhan itu jauh lebih dari seekor harimau. Jika Allah hendak bertindak ke atas kita, Allah tidak akan bertangguh. Dia boleh buat dalam sekelip mata. Mengapa kita tidak terasa kehebatan Tuhan yang amat jauh lebih hebat dari harimau itu?
Seandainya kita sentiasa merasakan kehebatan Tuhan di dalam hati, dan perasaan bertuhan itu kita bawa ke mana-mana, kita tidak akan makan rasuah, jatuhkan orang lain dan lain-lain. Sebagaimana kalau harimau ada di depan kita, apakah masih sempat untuk bergaduh? Tentu tidak. Segala-galanya hilang, yang ada dalam hati ialah perasaan takut akan 'kehebatan' harimau itu.
Mengapa tidak rasakan Tuhan begitu? Tuhan yang nyawa kita kalau Dia tarik satu urat pun, kita sudah tidak mampu hendak hidup. Sebab itulah dikatakan Tuhan itu Maha Besar. Di hari ini, orang yang ikut Islam pun sudah kehilangan Tuhan, sebab itu Tuhan biarkan umat Islam seluruh dunia diratah-ratah oleh musuh. Manusia sudah terlalu longgar hubungannya dengan Tuhan, sekalipun dalam solat. Sedangkan ketika solatlah sepatutnya rasa bertuhan itu benar-benar dihayati dan dirasai.
Rasulullah bersabda: "Cukup 2 rakaat solat sunat tapi memberi kesan pada peribadi daripada beribu-ribu rakaat tetapi tidak memberi kesan."
Tuesday, April 14, 2009
Yakin Dengan Pertolongan Allah
Para ulama yang mengenal Allah lalu mereka mencintai-Nya, maka merekalah orang-orang yang berbahagia. Mereka tidak memikirkan kecuali tentang berbagai ilmu yang diberikan Allah kepadanya.
Contohnya, Abu al-Hasan az-Zahid, kerana keberaniannya menentang penguasa zalim Mesir di masanya, Ahmad Toulun, maka beliau dimasukkan ke dalam kandang singa. Seketika itu juga, singa yang lapar itu meraung dan mendekat.
Abu al-Hasan tetap tenang duduk, tidak bergerak dan tidak berundur sedikit pun. Orang-orang yang menyaksikan nampak tegang dan gementar.
Ada yang ketakutan kerana pemandangan yang amat mengerikan itu, bahkan ada yang sampai menangis. Singa itu maju mundur mendekatinya, kadang meraung lalu diam. Sesudah itu, ia mengangguk-anggukkan kepalanya, mendekat kepada Abu al-Hasan lalu menciumnya dan pergi tanpa berbuat apa-apa. Orang ramai pun berteriak dengn takbir dan tahlil.
Apa yang lebih hebat daripada itu? Tatkala Ibnu Toulon bertanya kepada Abu al-Hasan tentang apa yang ada di dalam fikirannya, ketika itu dia menjawab: "Aku berfikir tentang air liur singa tersebut, seandainya mengenaiku. Apakah najis atau tidak?"
"Apa kamu tidak takut kepada singa?" tanya Ibnu Toulon.
Abu al-Hasan menjawab: "Tidak, kerana sesungguhnya Allah melindungiku."
Inilah kebahagiaan yang nyata, yang dihasilkan oleh iman dan ilmu yang bermanfaat. Inilah kelapangan yang selalu diburu oleh setiap manusia.
Contohnya, Abu al-Hasan az-Zahid, kerana keberaniannya menentang penguasa zalim Mesir di masanya, Ahmad Toulun, maka beliau dimasukkan ke dalam kandang singa. Seketika itu juga, singa yang lapar itu meraung dan mendekat.
Abu al-Hasan tetap tenang duduk, tidak bergerak dan tidak berundur sedikit pun. Orang-orang yang menyaksikan nampak tegang dan gementar.
Ada yang ketakutan kerana pemandangan yang amat mengerikan itu, bahkan ada yang sampai menangis. Singa itu maju mundur mendekatinya, kadang meraung lalu diam. Sesudah itu, ia mengangguk-anggukkan kepalanya, mendekat kepada Abu al-Hasan lalu menciumnya dan pergi tanpa berbuat apa-apa. Orang ramai pun berteriak dengn takbir dan tahlil.
Apa yang lebih hebat daripada itu? Tatkala Ibnu Toulon bertanya kepada Abu al-Hasan tentang apa yang ada di dalam fikirannya, ketika itu dia menjawab: "Aku berfikir tentang air liur singa tersebut, seandainya mengenaiku. Apakah najis atau tidak?"
"Apa kamu tidak takut kepada singa?" tanya Ibnu Toulon.
Abu al-Hasan menjawab: "Tidak, kerana sesungguhnya Allah melindungiku."
Inilah kebahagiaan yang nyata, yang dihasilkan oleh iman dan ilmu yang bermanfaat. Inilah kelapangan yang selalu diburu oleh setiap manusia.
Monday, April 13, 2009
Islamnya Umar
Umar radhiAllahu `anhu, selepas memeluk agama Islam, menjadi kebanggaan orang-orang Islam dan musuh ketat kafir-kafir musyrikin. Tetapi sebelum itu, dia sering menentang Nabi dan mengganggu orang-orang yang menganuti Islam. Dalam suatu mesyuarat orang-orang Quraish, pada suatu hari, mereka telah memutuskan hendak meminta salah seorang daripada mereka supaya membunuh Rasulullah. Umar telah tampil ke hadapan sebagai sukarelawan yang ingin mengusahakan pembunuhan itu. Tiap-tiap Quraish yang menghadiri mesyuarat itu berkata serentak:
"Ya, engkaulah yang dapat melakukannya, Umar!" Dengan pedang yang bergantungan di lehernya, Umar pun mengarahkan langkah menuju ke tempat kediaman Nabi. Dalam perjalanannya, dia telah menemui Sa'ad bin Abi-Waqqas.
Sa'ad: "Ke mana kau, Umar?"
Umar: "Aku hendak pergi menamatkan riqayat hidup Muhammad."
Sa'ad: "Kalau begitu Banu Hashim, Banu Zuhrah dan Banu Abdi Manaf akan membunuh kamu sebagai tindak balas."
Umar (gelisah dengan amaran ini) berkata: "Eh, nampaknya kau juga telah meninggalkan agama nenek moyang kau. Biarlah aku kerjakan kau dahulu."
Umar dengan serta-merta menghunuskan pedangnya. Sambil mengisytiharkan pengislamannya, Sa'ad juga berbuat demikian. Sebelum bertarungan dengan Umar, sempat juga Sa'ad berkata:
"Lebih baik engkau menguruskan rumah tangga kau dahulu. Saudara perempuan kau dan ipar kau, kedua-duanya telah memeluk Islam."
Kemarahan Umar tatkala mendengar berita itu tidak dapat diceritakan lagi. Meninggalkan Sa'ad, dia menggerakkan langkahnya ke arah rumah saudara perempuannya. Setibanya di rumah itu, ia dapati rumah itu telah dikunci dari dalam. Sambil mengetuk-getuk pintu, ia menjerit sekuat tenaga kepada saudaranya supaya pintu itu dibuka. Mendengar suara Umar, Khabbab telah lari bersembunyi meninggalkan masyaf-masyaf Qur'an yang sedang mereka baca. Apabila pintu dibuka, Umar dengan cepatnya menempeleng saudara perempuannya sambil berkata:
"Hai pengkhianat dirimu sendiri, engkau juga telah meninggalkan agamamu."
Tanpa menghiraukan kepala saudaranya yang berdarah, dia masuk ke dalam dan bertanya: "Apakah beliau sedang buat tadi dan siapa dia orang yang suaranya aku dengar dari luar?"
Iparnya menjawab: "Kami hanya berbual-bual sahaja."
Umar bertanya kepada iparnya: "Adakah kamu juga telah meninggalkan agama nenek moyang kamu dan telah memeluk agama baru?"
Dia menjawab: "Bagaimana pula kalau agama baru ini lebih baik dari agama kita yang lama itu?"
Jawapan ini menyebabkan Umar memukulnya dengan kejam dan menarik-narik janggutnya. Saudaranya yang datang hendak meleraikan mereka juga dipukul sehingga mukanya berlumuran dengan darah. Sambil menangis saudara perempuannya berkata:
"Umar! Kami dipukul hanya kerana kami memeluk agama Islam. Kami berazam hendak mati sebagai orang-orang Islam. Kau bebas melakukan apa saja yang kau suka atas diri kami."
Apabila hatinya sejuk sedikit dia berasa malu atas perbuatannya terhadap saudara perempuannya itu . Tiba-tiba ia terpandang akan masyaf-masyaf yang ditinggalkan oleh Khabbab tadi. Katanya, "Baiklah, unjukkan masyaf-masyaf ini."
"Tidak," kata saudaranya. "Badan kau tidak bersih dan orang yang tidak bersih tidak seharusnya memegang masyaf-masyaf ini."
Umar akhirnya membersihkan badannya dan mula membaca masyaf-masyaf tadi. Surah yang dibacanya ialah surah Taha. Dia membaca dari permulaan surah itu. Seluruh sikap dan pandangannya berubah apabila ia sampai ke ayat yang berikut:
Kata Umar: Baiklah, bawa aku bertemu dengan Muhammad."
Mendengar kata-kata Umar ini Khabbab pun keluarlah dari tempat persembunyiannya sambil berkata:
"Ya Umar! Ada berita baik bagi kamu. Semalam (iaitu malam Juma'at) Nabi telah berdoa kepada Allah: 'Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar atau Abu Jahal, sesiapa yang Engkau suka.' Nampaknya Allah telah memilih engkau sebagai menunaikan permintaan Nabi."
Umar telah menemui Nabi dan pada pagi Juma'at dia telah memeluk agama Islam. Pengislaman Umar merupakan suatu pukulan hebat kepada puak musyrikin. Sungguhpun begitu bilangan orang-orang Islam terlalu kecil kalau dibandingkan dengan bilangan pihak musuh. Kafir-kafir musyrikin telah memperhebatkan usaha-usaha mereka mereka untuk menghapuskan orang-orang Islam serta agama mereka. Dengan Islamnya Umar, kaum Muslimin telah bertambah berani dan sekarang mereka mendirikan sembahyang di Baitul Haram. Kata Abdullah bin Mas'ud:
"Pengislaman Umar merupakan suatu kejayaan besar kepada kaum Muslimin, perpindahannya menguatkan kami dan perlantikannya sebagai Khalifah merupakan suatu keberkatan bagi kami."
"Ya, engkaulah yang dapat melakukannya, Umar!" Dengan pedang yang bergantungan di lehernya, Umar pun mengarahkan langkah menuju ke tempat kediaman Nabi. Dalam perjalanannya, dia telah menemui Sa'ad bin Abi-Waqqas.
Sa'ad: "Ke mana kau, Umar?"
Umar: "Aku hendak pergi menamatkan riqayat hidup Muhammad."
Sa'ad: "Kalau begitu Banu Hashim, Banu Zuhrah dan Banu Abdi Manaf akan membunuh kamu sebagai tindak balas."
Umar (gelisah dengan amaran ini) berkata: "Eh, nampaknya kau juga telah meninggalkan agama nenek moyang kau. Biarlah aku kerjakan kau dahulu."
Umar dengan serta-merta menghunuskan pedangnya. Sambil mengisytiharkan pengislamannya, Sa'ad juga berbuat demikian. Sebelum bertarungan dengan Umar, sempat juga Sa'ad berkata:
"Lebih baik engkau menguruskan rumah tangga kau dahulu. Saudara perempuan kau dan ipar kau, kedua-duanya telah memeluk Islam."
Kemarahan Umar tatkala mendengar berita itu tidak dapat diceritakan lagi. Meninggalkan Sa'ad, dia menggerakkan langkahnya ke arah rumah saudara perempuannya. Setibanya di rumah itu, ia dapati rumah itu telah dikunci dari dalam. Sambil mengetuk-getuk pintu, ia menjerit sekuat tenaga kepada saudaranya supaya pintu itu dibuka. Mendengar suara Umar, Khabbab telah lari bersembunyi meninggalkan masyaf-masyaf Qur'an yang sedang mereka baca. Apabila pintu dibuka, Umar dengan cepatnya menempeleng saudara perempuannya sambil berkata:
"Hai pengkhianat dirimu sendiri, engkau juga telah meninggalkan agamamu."
Tanpa menghiraukan kepala saudaranya yang berdarah, dia masuk ke dalam dan bertanya: "Apakah beliau sedang buat tadi dan siapa dia orang yang suaranya aku dengar dari luar?"
Iparnya menjawab: "Kami hanya berbual-bual sahaja."
Umar bertanya kepada iparnya: "Adakah kamu juga telah meninggalkan agama nenek moyang kamu dan telah memeluk agama baru?"
Dia menjawab: "Bagaimana pula kalau agama baru ini lebih baik dari agama kita yang lama itu?"
Jawapan ini menyebabkan Umar memukulnya dengan kejam dan menarik-narik janggutnya. Saudaranya yang datang hendak meleraikan mereka juga dipukul sehingga mukanya berlumuran dengan darah. Sambil menangis saudara perempuannya berkata:
"Umar! Kami dipukul hanya kerana kami memeluk agama Islam. Kami berazam hendak mati sebagai orang-orang Islam. Kau bebas melakukan apa saja yang kau suka atas diri kami."
Apabila hatinya sejuk sedikit dia berasa malu atas perbuatannya terhadap saudara perempuannya itu . Tiba-tiba ia terpandang akan masyaf-masyaf yang ditinggalkan oleh Khabbab tadi. Katanya, "Baiklah, unjukkan masyaf-masyaf ini."
"Tidak," kata saudaranya. "Badan kau tidak bersih dan orang yang tidak bersih tidak seharusnya memegang masyaf-masyaf ini."
Umar akhirnya membersihkan badannya dan mula membaca masyaf-masyaf tadi. Surah yang dibacanya ialah surah Taha. Dia membaca dari permulaan surah itu. Seluruh sikap dan pandangannya berubah apabila ia sampai ke ayat yang berikut:
"Akulah ALLAH. Tidak ada Tuhan melainkan Aku.
Maka sembahlah Aku dan dirikan solat buat mengingati Aku."
(Taha: 14)
Maka sembahlah Aku dan dirikan solat buat mengingati Aku."
(Taha: 14)
Kata Umar: Baiklah, bawa aku bertemu dengan Muhammad."
Mendengar kata-kata Umar ini Khabbab pun keluarlah dari tempat persembunyiannya sambil berkata:
"Ya Umar! Ada berita baik bagi kamu. Semalam (iaitu malam Juma'at) Nabi telah berdoa kepada Allah: 'Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar atau Abu Jahal, sesiapa yang Engkau suka.' Nampaknya Allah telah memilih engkau sebagai menunaikan permintaan Nabi."
Umar telah menemui Nabi dan pada pagi Juma'at dia telah memeluk agama Islam. Pengislaman Umar merupakan suatu pukulan hebat kepada puak musyrikin. Sungguhpun begitu bilangan orang-orang Islam terlalu kecil kalau dibandingkan dengan bilangan pihak musuh. Kafir-kafir musyrikin telah memperhebatkan usaha-usaha mereka mereka untuk menghapuskan orang-orang Islam serta agama mereka. Dengan Islamnya Umar, kaum Muslimin telah bertambah berani dan sekarang mereka mendirikan sembahyang di Baitul Haram. Kata Abdullah bin Mas'ud:
"Pengislaman Umar merupakan suatu kejayaan besar kepada kaum Muslimin, perpindahannya menguatkan kami dan perlantikannya sebagai Khalifah merupakan suatu keberkatan bagi kami."
Sunday, April 12, 2009
Kenapa Aku Diuji?
KENAPA AKU DIUJI?
Adakah patut kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cubaan) seperti yang telah berlaku kepada orang orang yang terdahulu daripada kamu? Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan hartabenda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?" Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah).
(Al-Baqarah: 214)
Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."
(Al-Ankabut: 2-3)
Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya orang-orang yang berjuang dari kalangan kamu dan orang-orang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami); dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu. (Muhammad: 31)
Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
(at-Taghaabun: 11)
Dan janganlah engkau menujukan pandangan kedua matamu dengan keinginan kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka yang kafir itu menikmatinya, yang merupakan keindahan kehidupan dunia ini, untuk Kami menguji mereka padanya; sedang limpah kurnia Tuhanmu di akhirat lebih baik dan lebih kekal.
(Taha: 131)
Sesungguhnya Tuhanmu tetap mengawas dan membalas, (terutama balasan akhirat)
(Dalam pada itu manusia tidak menghiraukan balasan akhirat), oleh yang demikian, maka kebanyakan manusia apabila diuji oleh Tuhannya dengan dimuliakan dan dimewahkan hidupnya, (ia tidak mahu bersyukur tetapi terus bersikap takbur) serta berkata dengan sombongnya: "Tuhanku telah memuliakan daku!"
Dan sebaliknya apabila ia diuji oleh Tuhannya, dengan disempitkan rezekinya, (ia tidak bersabar bahkan ia resah gelisah) serta merepek dengan katanya: "Tuhanku telah menghinakan daku!"
Jangan demikian, (sebenarnya kata-kata kamu itu salah). Bahkan (perbuatan kamu wahai orang-orang yang hidup mewah, lebih salah lagi kerana) kamu tidak memuliakan anak yatim, (malah kamu menahan apa yang Ia berhak menerimanya);
(Al-Fajr: 14-17)
Maka apabila manusia disentuh oleh sesuatu bahaya, ia segera berdoa kepada Kami; kemudian apabila Kami memberikannya sesuatu nikmat (sebagai kurnia) dari Kami, berkatalah ia (dengan sombongnya): "Aku diberikan nikmat ini hanyalah disebabkan pengetahuan dan kepandaian yang ada padaku". (Tidaklah benar apa yang dikatakannya itu) bahkan pemberian nikmat yang tersebut adalah ujian (adakah ia bersyukur atau sebaliknya), akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat itu).
(Az-Zumar: 49)
KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN?
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
(Al-Baqarah: 216)
KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(Al-Baqarah: 286)
BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA?
Wahai sekalian orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan (untuk menghadapi susah payah dalam menyempurnakan sesuatu perintah Tuhan) dengan bersabar dan dengan (mengerjakan) sembahyang; kerana sesungguhnya Allah menyertai (menolong) orang-orang yang sabar.
(Al- Baqarah :153)
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk
(Al-Baqarah: 45)
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar
(Al- Baqarah:155)
Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan).
(Al-Imran: 200)
(Sebenarnya) apa yang ada pada kamu akan habis dan hilang lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal; dan sesungguhnya Kami membalas orang-orang sabar dengan memberikan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan.
(Al-Nahl: 96)
KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
Sesiapa yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah, maka dia lah yang berjaya mencapai kebahagiaan; dan sesiapa yang disesatkanNya maka engkau tidak sekali-kali akan beroleh sebarang penolong yang dapat menunjukkan (jalan yang benar) kepadanya.
(Al-Kahf: 17)
Cukuplah bagiku Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; kepadaNya aku berserah diri, dan Dia lah yang mempunyai Arasy yang besar.
(At-Taubah: 129)
AKU DAH TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!
... ..dan jgnlah kamu berputus asa drp rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.
(Yusuf: 87)
Adakah patut kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cubaan) seperti yang telah berlaku kepada orang orang yang terdahulu daripada kamu? Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan hartabenda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?" Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah).
(Al-Baqarah: 214)
Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."
(Al-Ankabut: 2-3)
Dan demi sesungguhnya! Kami tetap menguji kamu (wahai orang-orang yang mengaku beriman) sehingga ternyata pengetahuan Kami tentang adanya orang-orang yang berjuang dari kalangan kamu dan orang-orang yang sabar (dalam menjalankan perintah Kami); dan (sehingga) Kami dapat mengesahkan (benar atau tidaknya) berita-berita tentang keadaan kamu. (Muhammad: 31)
Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.
(at-Taghaabun: 11)
Dan janganlah engkau menujukan pandangan kedua matamu dengan keinginan kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka yang kafir itu menikmatinya, yang merupakan keindahan kehidupan dunia ini, untuk Kami menguji mereka padanya; sedang limpah kurnia Tuhanmu di akhirat lebih baik dan lebih kekal.
(Taha: 131)
Sesungguhnya Tuhanmu tetap mengawas dan membalas, (terutama balasan akhirat)
(Dalam pada itu manusia tidak menghiraukan balasan akhirat), oleh yang demikian, maka kebanyakan manusia apabila diuji oleh Tuhannya dengan dimuliakan dan dimewahkan hidupnya, (ia tidak mahu bersyukur tetapi terus bersikap takbur) serta berkata dengan sombongnya: "Tuhanku telah memuliakan daku!"
Dan sebaliknya apabila ia diuji oleh Tuhannya, dengan disempitkan rezekinya, (ia tidak bersabar bahkan ia resah gelisah) serta merepek dengan katanya: "Tuhanku telah menghinakan daku!"
Jangan demikian, (sebenarnya kata-kata kamu itu salah). Bahkan (perbuatan kamu wahai orang-orang yang hidup mewah, lebih salah lagi kerana) kamu tidak memuliakan anak yatim, (malah kamu menahan apa yang Ia berhak menerimanya);
(Al-Fajr: 14-17)
Maka apabila manusia disentuh oleh sesuatu bahaya, ia segera berdoa kepada Kami; kemudian apabila Kami memberikannya sesuatu nikmat (sebagai kurnia) dari Kami, berkatalah ia (dengan sombongnya): "Aku diberikan nikmat ini hanyalah disebabkan pengetahuan dan kepandaian yang ada padaku". (Tidaklah benar apa yang dikatakannya itu) bahkan pemberian nikmat yang tersebut adalah ujian (adakah ia bersyukur atau sebaliknya), akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (hakikat itu).
(Az-Zumar: 49)
KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN?
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
(Al-Baqarah: 216)
KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(Al-Baqarah: 286)
BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA?
Wahai sekalian orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan (untuk menghadapi susah payah dalam menyempurnakan sesuatu perintah Tuhan) dengan bersabar dan dengan (mengerjakan) sembahyang; kerana sesungguhnya Allah menyertai (menolong) orang-orang yang sabar.
(Al- Baqarah :153)
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk
(Al-Baqarah: 45)
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar
(Al- Baqarah:155)
Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan).
(Al-Imran: 200)
(Sebenarnya) apa yang ada pada kamu akan habis dan hilang lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal; dan sesungguhnya Kami membalas orang-orang sabar dengan memberikan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan.
(Al-Nahl: 96)
KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?
Sesiapa yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah, maka dia lah yang berjaya mencapai kebahagiaan; dan sesiapa yang disesatkanNya maka engkau tidak sekali-kali akan beroleh sebarang penolong yang dapat menunjukkan (jalan yang benar) kepadanya.
(Al-Kahf: 17)
Cukuplah bagiku Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; kepadaNya aku berserah diri, dan Dia lah yang mempunyai Arasy yang besar.
(At-Taubah: 129)
AKU DAH TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!
... ..dan jgnlah kamu berputus asa drp rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.
(Yusuf: 87)
Friday, April 10, 2009
Kisah Hasan Al-Basri Dan Penyembah Api
Hasan mempunyai jiran yang bernama Simeon, seorang penyembah api. Suatu hari Simeon jatuh sakit dan ajalnya hampir tiba. Sahabat-sahabat meminta agar Hasan sudi mengunjunginya. Akhirnya Hasan pun mendapatkan. Simeon yang terbaring di tempat tidurnya dan badannya telah hitam disebabkan api dan asap.
"Takutlah kamu kepada Allah," Hasan menasihat. "Engkau telah mensia-siakan seluruh usiamu di tengah-tengah api dan asap."
"Ada tiga perkara yang telah menghalangku untuk menjadi seorang muslim. Pertama adalah kenyataan walaupun kamu semua membenci dunia tapi Siang dan malam mengejar harta kekayaan.
Kedua, kamu semua mengatakan bahawa mati adalah suatu kenyataan yang harus dihadapi namun tidak bersedia untuk meng hadapinya.
Ketiga, kamu semua mengatakan bahawa wajah Allah akan dilihat, namun hingga saat ini masih melakukan segala yang tidak diredhai-Nya," jawab Simeon penyembah api.
"Inilah ucapan dari manusia-manusia yang sungguh sungguh mengetahui. Jika setiap muslim berbuat begitu, apakah yang sepatutnya engkau katakan? Mereka mengakui keesaan Allah sedangkan engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, dan aku tidak pernah berbuat seperti itu. Jika kita sama-sama terseret ke neraka, api neraka akan membakar dirimu dan diriku.
Tetapi jika diizinkan Allah, api tidak akan berani menghanguskan walau sehelai rambut pada tubuhku. Ini disebabkan api diciptakan Allah dan segala ciptaan-Nya tunduk kepada perintah-Nya. Walaupun engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, marilah kita bersama-sama menaruh tangan kita ke dalam api agar engkau dapat menyaksikan sendiri betapa api itu sesungguhnya tidak berdaya dan betapa Allah itu. Maha Kuasa," jawab Hasan.
Tetapi jika diizinkan Allah, api tidak akan berani menghanguskan walau sehelai rambut pada tubuhku. Ini disebabkan api diciptakan Allah dan segala ciptaan-Nya tunduk kepada perintah-Nya. Walaupun engkau menyembah api selama tujuh puluh tahun, marilah kita bersama-sama menaruh tangan kita ke dalam api agar engkau dapat menyaksikan sendiri betapa api itu sesungguhnya tidak berdaya dan betapa Allah itu. Maha Kuasa," jawab Hasan.
Setelah berkata demikian Hasan memasukkan tangannya ke dalam api. Namun sedikit pun tidak cedera atau terbakar. Melihatkan hal itu Simeon merasa hairan. Suatu ilmu telah diketahuinya.
"Selama tujuh puluh tahun aku telah menyembah api, kini hanya dengan satu atau dua helaan nafas saja yang tinggal, apakah yang harus kulakukan?" Simeon mengeluh.
"Jadilah seorang muslim," jawab Hasan.
"Jika engkau memberiku jaminan bahawa Allah tidak akan menghukum diriku, barulah aku menjadi muslim. dengan jaminan itu aku tidak mahu memeluk agama Islam," kata Simeon.
Hasan segera membuat satu surat jaminan.
Ramai orang-orang yang jujur di kota Basrah memberi kesaksian mereka di atas surat jaminan tersebut. Simeon menitiskan air mata dan menyatakan dirinya sebagai seorang muslim. Kepada Hasan ia berwasiat, "Setelah aku mati, mandikanlah aku dengan tanganmu sendiri, kuburkanlah aku dan selitkan surat jaminan ini di tanganku. Surat ini akan menjadi bukti bahawa aku adalah seorang muslim."
Setelah berwasiat demikian, ia mengucap dua kalimah syahadat dan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Mereka memandikan mayat Simeon, men solatkannya dan menguburkannya dengan surat jaminan di tangannya. Di malam harinya Hasan berbaring sambil merenungi apa yang telah di lakukannya itu. "Bagaimana aku dapat menolong seseorang yang sedang tenggelam sedang aku sendiri dalam keadaan yang serupa. Aku sendiri tidak dapat menentukan nasibku, tetapi mengapa aku berani me mastikan apa yang akan dilakukan oleh Allah?"
Dalam keadaan memikirkan hal itu, Hasan terlena. Ia bermimpi bertemu dengan Simeon, wajah cerah dan bercahaya seperti sebuah pelita; di kepalanya ada sebuah mahkota. Ia memakai sebuah jubah yang indah dan sedang berjalan-jalan di taman syurga.
"Bagaimana keadaanmu Simeon?" Tanya Hasan kepadanya.
"Mengapakah engkau bertanya padahal kau menyaksikan sendiri? Allah Yang Maha besar dengan segala kemurahan-Nya telah menghampirkan diriku kepada-Nya dan telah memperlihatkan wajah-Nya kepadaku. Pemberian yang dilimpahkan-Nya kepada ku melebihi segala-galanya. Engkau telah memberi ku surat jaminan,terimalah kembali surat jaminan ini kerana aku tidak memerlukannya lagi," jawab Simeon.
Ketika Hasan terbangun ia mendapati surat itu telah berada di tangannya. Hasan berseru, "Ya Allah, aku menyedari bahawa segala sesuatu Engkau lakukan adalah tanpa sebab kecuali kerana kemurahan-Mu semata. Siapakah yang akan tersesat di pintu-Mu? Engkau telah mengizinkan seseorang yang telah menyembah api selama tujuh puluh tahun lamanya untuk menghampiri-Mu, semata-mata kerana sebuah ucapan. Betapakah Engkau akan menolak seseorang yang telah beriman selama tujuh puluh tahun?"
Semoga kita dapat ambil iktibar daripada apa-apa yang baik dalam artikel ini, dan jika terdapat mana-mana kesilapan fakta, jutaan maaf di pohon, dan sama-sama kita perbaiki, inyshaa Allah. Dan segala yang baik itu datangnya daripada Allah, dan yang tidak baik itu hakikatnya dari Allah jua tetapi atas kelemahan saya sebagai makhlukNya. Wallahua'lam...
Wednesday, April 8, 2009
Wasiat Nabi Muhammad S.A.W kepada Saidina Ali Karamallah Wajhah
Wahai Ali, Bagi orang mukmin ada 3 tanda-tandanya
1) Tidak terpaut hatinya pada harta benda dunia
2) Tidak terpesona dengan pujuk rayu wanita
3) Benci terhadap perbualan dan perkataan sia-sia
Wahai Ali, Bagi orang alim itu ada 3 tanda-tandanya
1) Jujur dalam berkata-kata
2) Menjauhi segala yang haram
3) Merendahkan diri
Wahai Ali, Bagi orang yang takwa itu ada 3 tanda-tandanya
1) Takut berlaku dusta dan keji
2) Menjauhi kejahatan
3) Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman
Wahai Ali, Bagi orang yang jujur itu ada 3 tanda-tandanya
1) Merahsiakan ibadahnya
2) Merahsiakan sedekahnya
3) Merahsiakan ujian yang menimpanya
Wahai Ali, Bagi ahli ibadah itu ada 3 tanda-tandanya
1) Mengawasi dirinya
2) Menghisab dirinya
3) Memperbanyakkan ibadah kepada ALLAH s.w.t.
Wahai Ali, aku melarangmu dengan 4 perkara
1) irihati
2) bohong
3) loba
4) pemarah
Wahai Ali, segala sesuatu ada penyakitnya
1) Penyakit bicara adalah bohong
2) Penyakit ilmu adalah lupa
3) Penyakit ibadah adalah riak
4) Penyakit budi pekerti adalah memuji diri sendiri
5) Penyakit berani adalah agresif
6) Penyakit pemurah adalah menyebut-nyebut pemberian
7) Penyakit cantik adalah sombong
8) Penyakit bangsawan adalah bangga
9) Penyakit malu adalah lemah
10) Penyakit mulia adalah menonjolkan diri
11) Penyakit kaya adalah kikir
12) Penyakit royal (mewah) adalah berlebih-lebihan
13) Penyakit agama adalah hawa nafsu
Monday, April 6, 2009
Mengendali Hawa Nafsu
Imam Al-Ghazali dalam bukunya Tentang Mengendalikan Hawa Nafsu menguraikan tentang pengendalian hawa nafsu ini.
Nafsu dibagi menjadi empat bahagian, iaitu
1.keserakahan nafsu terhadap harta benda.
2.nafsu amarah akan membakar dan membutakan hati,
3. kesenangan duniawi mendorong nafsu
4. nafsu syahwat.
1. Imam Al-Ghazali mengajak orang yang sudah kaya mensyukuri kekayaannya. Jika engkau menjadi orang kaya, maka syukurilah. Jika dirimu berkedudukan, manfaatkanlah kekuasaan dan kedudukanmu untuk memakmurkan rakyat. Jangan sekali-kali memanfaatkan kuasa untuk mengumpul harta benda sampai tak habis dimakan tujuh keturunan.
2. Mengendalikan nafsu amarah yang ada dalam diri sendiri juga tidak kurang pentingnya. Namun, yang lebih penting adalah menghadapi amarah dan kezaliman orang lain. Oleh sebab itu, berusaha sabar dalam menghadapi kemarahan dan kezaliman orang lain.
Cara yang paling baik dalam hal ini ialah berusaha sabar dan berlapang dada, suka memaafkan dan bermurah hati. Sesungguhnya ada tiga akhlak yang sangat terpuji dan harus engkau miliki. Yaitu, memaafkan kezaliman orang lain, bermurah hati terhadap orang yang bakhil dan menolong orang yang menyalahi peribadimu.
Betapa pentingnya menahan rasa dendam dan amarah. Marah itu adalah nafsu dan nafsu itu dimasuki syaitan, sehingga akibat dari kemarahan selalu buruk dan merugikan. Oleh karena itu, jika suatu ketika engkau menjumpai seseorang dan marah dengan zalim, maka janganlah engkau balas dengan kemarahan pula. Api tak boleh dilawan dengan api. Jika engkau lawan dengan kemarahan pula, maka petaka yang terjadi, api nafsu semakin berkobar. Walaupun engkau perlakukan dengan zalim dan dengan kemarahannya, maka untuk sementara waktu engkau hadapi dengan tenang.
3. Manusia selalu diingatkan agar tidak terjerumus akan kesenangan duniawi, karena hal itu akan mendorong nafsu menjadi liar. Kesenangan duniawi itu racun pembunuh yang mengalir dalam urat. Ke luar dari hati, ketakutan, kegundahan, ingat kepada mati dan huru-hara di hari kiamat. Inilah yang dinamakan hati mati.
Syaitan selalu menggoda setiap manusia setiap masa dan ketika. Ini sesuai dengan janjinya di hadapan Allah, ketika Iblis keluar dari Surga.
Syaitan itu pandai, diwarnainya dunia ini dengan harta, kuasa dan wanita. Dengan cara apa pun dilakukan orang mengejar kuasa. Orang berlumba mengejar kuasa, tanpa memeperdulikan kaedah yang di ajarkan agama, apalagi norma-norma pekerjaan yang sebenarnya.
Setelah menduduki kuasa, seseorang akan mudah memperoleh kekayaan. Dengan wang dan kekayaan itu seseorang pun akan mudah hidup bersenang-senang dengan perempuan yang bisa "dibelinya".
Bagi orang yang lemah iman dan akalnya dapat dikalahkan dengan nafsu, meskipun ilmunya banyak dan ia sebagai ulama, tetap saja hatinya sibuk memikirkan harta duniawi. Dan -- maaf saja -- dengan menjual syariat, menjual ayat-ayat Al Quran lalu memutar-balikkan kebenaran dilakukannya demi harta dan kenikmatan duniawi.
4. Imam Al-Gazhali mengingatkan bahwa syaitan menggoda manusia di dunia ini melalui seribu cara. Dan yang paling berbahaya ialah harta dan wanita. Setan telah memasang perangkap godaannya melalui harta dan wanita. Tidak sedikit manusia yang hancur kehidupannya hanya karena memburu harta dan gagal. Banyak orang yang rosak hidupnya hanya karena mencari kesenangan dan memburu wanita.
Dalam ajaran Islam, nafsu itu bukan untuk dibunuh, melainkan untuk dijaga dan di kawal.
1 . Banyakkan berpuasa
2. Jangan melihat sesuatu yang boleh menaikkan nafsu
3. Amlakan sifat sabar dan berlapang dada,
4. Jangan berada di tempat atau situasi yang boleh membantu nafsu
5. Jangan lah makan terlalu kenyang
6. Lakukanlah amalan kebajikan seperti sedekah jariah serta belajar ilmu agama.
7 Lakukan sesuatu denagan ikhlas dan dengan bacaan Bismillah.
Saturday, April 4, 2009
Kelebihan Ibadat Disaat-saat Hura Hara
Daripada Ma’qil bin Yasar ra. berkata Rasulullah bersabda: "Beribadat di saat-saat huru hara (dunia kacau bilau) adalah seperti berhijrah kepadaku". (Riwayat Muslim)
Keterangan:
Orang yang mampu beribadat dan menunaikan kewajipan agamanya di saat-saat yang penuh dengan huru hara dan gangguan dari segenap penjuru, dan mampu mengingati Allah swt. di saat-saat orang lain lupa dan di sibukkan dengan perkara-perkara yang melalaikan. Mereka akan diberikan pahala seperti pahala hijrah yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin di zaman Rasulullah saw. Mudah-mudahan kita termasuk di kalangan mereka yang mampu beribadat walaupun di dalam keadaan dan suasana yang sangat menyibukkan, dan mudah-mudahan kita mendapatkan pahala besar yang telah dijanjikan oleh Rasulullah saw. tadi.
Seperti Memegang Bara Api
Daripada Anas r.a. bekata, Rasulullah saw. bersabda, "Akan datang kepada umat ku suatu zaman di mana orang yang berpegang kepada agamanya laksana menggenggam bara api”. (Riwayat Tirmizi)
Keterangan:
Yang dimaksudkan di sini ialah zaman yang sangat mencabar sehingga sesiapa yang hendak mengamalkan ajaran agamanya ia terpaksa menghadapi kesusahan dan tentangan yang sangat hebat. Kalau ia tidak bersungguh-sungguh, nescaya agamanya terlepas dari genggamannya. Ini adalah disebabkan suasana disekelilingnya tidak membantu untuk ia menunaikan kewajiban agamanya, bahkan apa yang ada disekelilingnya mendorong untuk membuat kemaksiatan dan perkara-perkara yang dapat meruntuhkan aqidah dan keimanan atau paling kurang menyebabkan kefasiqan. lni juga bermaksud, orang Islam tersepit dalam melaksanakan tuntutan agamanya di samping tidak mendapat kemudahan.
Wednesday, April 1, 2009
Lelaki Dan Kepompong Kupu-kupu
Seorang lelaki telah menemui kepompong kupu-kupu di tengah jalan. Ada lubang kecil pada kepompong itu. Dia duduk mengamati lubang itu dan melihat ada kupu-kupu cuba berjuang untuk membebaskan diri melalui lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti mencuba. Ia kelihatan telah berusaha sedaya upaya dan kini tidak mampu untuk melakukan lebih jauh lagi. Akhirnya lelaki tersebut mengambil keputusan untuk membantu kupu-kupu tersebut. Dia mengambil gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu.
Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya berkeriut. Lelaki tersebut terus mengamatinya sambil berharap sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menampung tubuh kupu-kupu itu, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Namun, harapannya hanya tinggal harapan.
Hakikatnya, kupu-kupu itu terpaksa menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap berkeriut dan tidak sempurna. Dia tidak pernah mampu terbang.
Lelaki yang membantu kupu-kupu tersebut tidak mengerti bahawa kupu-kupu tersebut perlu berjuang dengan daya usahanya sendiri untuk membebaskan diri dari kepompongnya. Lubang kecil yang perlu dilalui kupu-kupu tersebut akan memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sehingga dia akan siap terbang dan memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita.Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa ranjau dan perjuangan, kita mungkin akan jadi lemah dan tak tahan ujian. Kita mungkin tidak kuat untuk menghadapi rintangan bagi mencapai cita-cita dan harapan yang kita idamkan.
Kita mungkin tidak akan pernah dapat....terbang... jauh. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kita memohon kekuatan dan keteguhan hati.Dan Tuhan memberi kita dugaan dan ujian untuk membuat kita kuat dan cekal..
Kita memohon kebijaksanaan; Dan Tuhan memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana dan matang.
Kita memohon kemakmuran; Dan Tuhan memberi kita akal dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya bagi mencapai kemakmuran.
Kita memohon cinta; Dan Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.
Kita memohon kemurahan rezeki dan kebaikan hati; Dan Tuhan memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.
Begitulah cara Tuhan membimbing Kita
Adakah jika saya tidak memperoleh apa yang saya idamkan, bererti bahawa saya tidak mendapatkan segala yang saya inginkan ?
Kadang-kadang Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta, tapi dengan pasti Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak dapat melihat hikmah disebaliknya, bahkan tidak mahu menerima rencana Tuhan, padahal itulah yang terbaik untuk kita.