Wednesday, December 30, 2009

Membina Hati yang Lembut dan Penyantun

Rasulullah memaklumkan kepada kita bahawa di dalam diri manusia ada segumpal daging, yang jika baik daging itu maka baik pula manusia tersebut. Sebaliknya jika buruk daging itu, maka buruk pula kualiti orang tersebut. Daging itu adalah Hati.

Rasulullah juga mengajarkan kepada kita bahawa setiap amalan bergantung kepada niatnya. Jika niatnya buruk, maka buruk pula amalannya. Dan jika niatnya baik, maka baik pula amalannya.
Kedua pelajaran ini sebetulnya mengajarkan hal yang sama, bahwa kualiti keagamaan kita sebagai muslim boleh dilihat dari niathati kita pada saat melakukan perbuatan itu.

Hati adalah 'cermin' dari segala perbuatan kita. Setiap kita melakukan perbuatan, maka hati kita akan mencerminkan niat yang sesungguhnya dari perbuatan itu. Katakanlah, kita memberi duit kepada seorang miskin. Kelihatannya itu adalah perbuatan mulia. Tetapi jika niat kita untuk menyombongkan diri kepada orang lain bukan kerana belas kasihan kepada si miskin maka
perbuatan itu sebenarnya tidak mulia lagi.

Jadi, hati lebih menggambarkan kualiti yang sesungguhnya dari perbuatan kita. Sedangkan amalan, lebih sulit untuk dinilai kualitinya.kerana itu, agama Islam lebih condong 'menggarap' hati daripada perbuatan. Kalau hatinya sudah baik, maka perbuatannya pasti baik. Sebaliknya meski perbuatannya kelihatan 'baik', belum tentu hatinya baik. boleh saja ada niat buruk yang tersembunyi.

Seluruh jenis amal ibadat yang diajarkan Rasulullah kepada kita sebenarnya dimaksudkan untuk menggarap hati kita agar menjadi baik, seperti puasa. Puasa ini tujuan akhirnya adalah kemampuan mengendalikan diri. Atau disebut Takwa dalam terminologi Islam. Takwa adalah kualiti hati. Orang yang bertakwa memiliki keteguhan hati untuk selalu berbuat baik dan menjauhi yang buruk.

Demikian juga solat. Tujuan utama solat adalah membuka kepekaan hati. Orang yang solatnya baik, memiliki kepekaan hati untuk membedakan mana yang baik, mana yang buruk Mana yang bermanfaat, mana yang membawa mudharat. Kerana itu,solat yang baik boleh menyebabkan kita jauh dari hal hal yang keji dan munkar.

Juga zakat. Tujuan utama zakat adalah melatih hati kita untuk peduli kepada orang-orang yang lemah dan tidak berdaya. Hidup harus saling menolong, supaya tidak terjadi kezaliman yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Itu secara sosial. Tetapi secara pribadi, kebiasaan menolong orang lain dengan zakat akan
menyebabkan hati kita menjadi lembut dan penyantun.

Demikianlah, seluruh aktiviti ibadah kita termasuk haji yang menjadi bahasan utama kita kali ini, semuanya menuju kepada pelembutan hati kita. Kenapa hati yang lembut ini perlu?

kerana hati yang lembut itulah yang akan menyelamatkan kita ketika hidup di akhirat nanti. Hati yang lembut adalah hati yang terbuka dan peka terhadap sekitarnya.Sedangkan hati yang kasar dan keras adalah hati yang tertutup terhadap sekitarnya.

Allah berfirman dalam firman Alah berikut ini.

"Dan barangsiapa di dunia ini buta hatinya, maka di akhirat nanti juga akan buta,dan lebih sesat lagi jalannya."QS. Al Israa (17) : 72

Ayat tersebut di atas memberikan gambaran yang sangat jelas kepada kita bahwa hati menjadi sasaran utama peribadatan kita. kerana itu Al Quran memberikan informasi yang sangat banyak tentang hati ini. Tidak kurang dari 188 kali informasi tentang hati ini diulang-ulang oleh Allah di dalam Al Quran.

Ada beberapa tingkat kualiti hati yang diinformasikan Allah di dalam Quran. Hati yang buruk dikategorikan dalam 5 tingkatan.

Yang pertama adalah hati yang berpenyakit. Orang-orang yang di hatinya ada rasa iri, benci, dendam, pembohong, munafik, kasar, pemarah dan lain sebagainya, disebut memiliki hati yang berpenyakit, sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat diantaranya,


"Di dalam hati mereka ada Penyakit, lala ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta" QS. Al Baqarah (2) : 10


"Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleb syaitan itu, sebagai cubaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar batinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar benar dalam permusuhan yang sangat."QS Al Hajj (22) : 53

Tingkatan kedua hati yang buruk adalah hati yang mengeras. Hati yang berpenyakit, jika tidak segera diubati akan menjadi mengeras. Mereka yang terbiasa melakukan kejahatan, hatinya tidak lagi peka terhadap keburukan perbuatannya. Mereka menganggap bahawa apa yang mereka kerjakan adalah benar adanya.


"Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan syaitan pun 
menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. QS. Al An'aam (6) : 43

Tingkatan ketiga, adalah hati yang membatu. Hati yang keras kalau tidak segera disedarkan akan meningkat kualiti keburukannya. Al Quran menyebutnya sebagai hatiyang membatu semakin mengeras dari sebelumnya.


"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, kerana takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu 
kerjakan." QS. Al Baqarah (2) : 74

Tingkatan keempat, adalah hati yang tertutup. Pada bahagian berikutnya akan kita membicara, bahawa hati kita itu bagaikan sebuah tabung . Jika tertutup, maka hati kita tidak boleh lagi menerima getaran petunjuk dari luar. Allah mengatakan hal itu di dalam firmanNya.


"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." QS Al Muthaffiffin : 14

Dan yang kelima, adalah hati yang dikunci mati. Jika hati sudah tertutup, maka tingkatan berikutnya adalah hati yang terkunci mati. Sama saja bagi mereka diberi petunjuk atau tidak. Hal ini 
diungkapkan Allah berikut ini.


"Sesungguhnya orang-orang kafir itu, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglibatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat." Al Baqarah : 6-7

Sebaliknya hati yang baik adalah hati yang gampang bergetar, sebagaimana difirmankan oleh Allah,

"(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-
orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka." QS. Al Hajj (22) : 35

Hati orang-orang yang demikian itu lembut adanya. Mereka pantang melihat penderitaan orang lain. Suka menolong. Tidak suka kekerasan. Penyantun dan penuh kasih sayang kepada
siapapun. Itulah nabi Ibrahim yang dijadikan teladan oleh Allah serta menjadi kesayangan Allah. Sebagaimana diinformasikan dalam firman berikut.

"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun" At Taubah (9) : 114


Saturday, December 26, 2009

Sikap Yang Baik

Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:
“Manusia yang paling dikasihi Allah ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain dan amalan yang paling disukai oleh Allah ialah menggembirakan hati orang-orang Islam atau menghilangkan kesusahan daripadanya atau menunaikan keperluan hidupnya di dunia atau memberi makan orang yang lapar. Perjalananku bersama saudaraku yang muslim untuk menunaikan hajatnya, adalah lebih aku sukai daripada aku beriktikaf di dalam masjid ini selama sebulan, dan sesiapa yang menahan kemarahannya sekalipun ia mampu untuk membalasnya nescaya Allah akan memenuhi keredhaannya di dalam hatinya pada hari Qiamat, dan sesiapa yang berjalan bersama-sama saudaranya yang Islam untuk menunaikan hajat saudaranya itu hinggalah selesai hajatnya nescaya Allah akan tetapkan kakinya(ketika melalui pada hari Qiamat) dan sesungguhnya akhlak yang buruk akan merosakkan amalan seperti cuka merosakkan madu.” (Riwayat Ibnu Abid Dunya)

Huraian
i) Berbuat baik dan memberi keselesaan kepada orang lain akan diganjari Allah dengan balasan yang berlipat ganda sama ada berupa pahala, kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
ii) Semua ini akan dapat dilakukan sekiranya seseorang itu mempunyai keimanan dan keikhlasan di hatinya sehingga segala tindakan-tindakan yang dilakukannya sentiasa melahirkan kebaikan pada dirinya dan dalam hubungannya dengan orang lain serta masyarakat di sekelilingnya.
iii) Demikian juga kita dilarang agar jangan membalas kejahatan orang lain dengan kejahatan juga tetapi hendaklah membalasnya dengan kebaikan seperti api yang menyala dan membakar nescaya akan terpadam apabila disirami air. Maka begitulah dengan kebaikan, lambat laun akan melembutkan hati yang keras dan menghapuskan kejahatan yang melanda.
iv) Sebaliknya jika kecenderungan berbuat perkara-perkara yang jahat terus dibiarkan menguasai diri maka akan rosaklah segala kebaikan yang pernah dilakukan kerana lazimnya kejahatan itu biarpun hanya sekali dilakukan ia mudah dilihat (diketahui) berbanding dengan banyaknya kebaikan yang pernah dilakukan oleh seseorang itu. Bak kata pepatah Melayu “ Buat baik berpada-pada, buat jahat jangan sekali”.
v) Sesungguhnya keimanan itu sentiasa terbuka untuk ditingkatkan sebaliknya iman akan merosot sekiranya kita melakukan perbuatan maksiat.

Tuesday, December 22, 2009

Dosa-Dosa Besar Yang Tak Disedari

Terima kasih Tuhan, kerana dengan rahmatMu banyak peringatan-peringatan yang Kau beri untuk dapat kami membaiki diri kami. Kami rasa ini satu hadiah yang besar dari Engkau berkat bulan Muharam ini. Selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhamad s.a.w, kerana engkaulah ya Rasulullah kami dapat meneruskan kuliah kali ini. Moga-moga kami pandai bersyukur dan dapat membanyakkan selawat kepada nabi kami.

Kerana ilmu kita tak banyak, tak halus, banyak benda silap yang kita tak tahu, banyak ilmu yang seni-seni kita tak faham. Kita telah buat kesalahan tanpa kita sedar. Kita telah buat dosa-dosa besar tapi tak tahu. Kita banyak buat kesalahan dengan Tuhan tapi tak sedar. Jadi yang kurang pada kita ialah ilmu-ilmu seni. Bila ilmu-ilmu seni itu kita tak faham, pada saya, pada orang lain saya tak tahulah, makin banyak kita ibadah makin banyak kita tipu diri. Makin kita nak jadi orang baik dah jadi tak baik. Makin banyak kita beribadah makin jahat kita dengan Tuhan, kerana ilmu kita tak boleh menyuluh diri kita, sebab ilmu Tuhan itu sangat seni. Sangat tersirat.

Yang sebenarnya ilmu yang seni-seni, ilmu yang tersirat itulah yang boleh mengubat hati. Ilmu lain tak boleh, kadang-kadang dia tipu kita, ilmu lahir tak terasa apa-apa. Bila tak terasa apa-apa, makin banyak kita buat, kita dah rasa luar biasa, kita kurang ajar dengan Tuhan, kita dah rasa hebat. Ini dah berdosa dengan Tuhan tapi kita tak sedar, kita dah tak takut dengan Tuhan.

Sedangkan itu kesalahan besar, dosa besar. Jadi kalau ilmu kita tak seni, makin buat baik jadi makin tak baik. Kan pelik didengar, kalau orang tak pernah dengar ilmu macam ni, tentulah dia fikir ajaran sesat ke ni? Yang sebenarnya dosa-dosa besar ada 2 bahagian:
       1.dosa-dosa yang lahir
       2.dosa-dosa yang batin

Ramai orang yang nak beragama, yang nak juga pada Islam kalau ilmunya tak seni, tak halus, ilmu yang tersirat tak tercungkil, dia tak terjebaklah dengan dosa-dosa besar lahir (yang nampak oleh mata lahir). Sebab dia nak beragama juga, yang lahir ini mudah dikesan. Tapi orang ini akan terjebak dengan dosa-dosa besar yang batin

Bagi yang jenis tak fikir agama, dosa-dosa besar yang lahir pun dia tak ambil kisah apa lagi yang batin.

Bagi orang yang agak nak beragama insyaAllah dosa-dosa lahir dia tak buat seperti zina, mencuri, minum arak, judi, menipu, rasuah...itu semua dosa-dosa besar dia tak buat. Dia tak akan berzina, melacur. Nah disitu dia tipu diri "Aku tak buat dosa besar, bersih aku ni!" Terasa baik dia. Makin baik lahirnya yang dalam makin jahat. Makin cantik di luar makin burruk di dalam. Makin bercahaya lahir, yang dalam makin gelap.

Sebab itu para sahabat salafusoleh dan orang-orang yang bertaqwa dia bukan takutkan dosa-dosa besar yang lahir tapi yang takutkan ialah dosa-dosa besar yang batin terutama syirik. Dikalangan salafusoleh para sahabat pernah berkata kalau aku mati di bilik aku ini mati sebagai orang beriman, sedangkan kalau aku pergi ke tangga rumah ini mati syahid, itu besarlah. Tak apa, saya nak mati di bilik, kenapa? Padahal jarak bilik dengan tangga itu 2-3 depa sahaja, dia takut jalan dari bilik ke tangga dia jadi syirik. Apa maksud tu?

Begitulah orang bertaqwa bimbangnya dengan syirik, bimbang dengan Tuhan. Dengan jarak 2-3 depa dia tak yakin dirinya selamat dari syirik walaupun di tangga dijanjikan mati syahid. Tak apalah yang penting aku dapat mati beriman cukuplah. Kalau masuk neraka tak kekal, daripada mengharapkan mati syahid tapi dapat mati kafir. Begitulah hati orang beriman, adakah hati kita macam itu? Hati orang mukmin bergolak, tak tahu nasib aku macam mana. Dari saat ke saat dia takut, tak tahu bagaimana nasibnya.

Bagi orang yang nak beragama juga, memang dia tak buat dosa-dosa besar yang lahir. Kalau ilmu dia tak halus, di situ dia rosak, dia buat dosa besar yang batin. Bila orang puji berbunga hati, itu dosa besar. Terfikirkah itu dosa besar? Itu yang saya maksudkan dia tipu kita, disebabkan kita tak buat dosa besar yang lahir tu jadi dia tipu kita.

Dalam pengalaman kita orang yang beribadah kuat, kalau kita tegur ''Saya tak buat salah. Tak, tak saya tak buat!'' Kenapa? Soalnya dia tak nampak di dalam, di luar ok. Tengok. Kebaikan yang diluar menipu diri. Kebaikan yang diluar merosakkan batinnya. Cahaya yang terang di luar menggelapkan dalam. Bila kita berjaya dalam ibadah ke, terasa luar biasa, ujub itu dosa besar, terfikirkah itu dosa besar? Tak! dia berlalu begitu sahaja padahal kita dah lakukan dosa besar.
                              
Contoh lain, terlintas dalam fikiran ''Kalau aku berjuang/berdakwah nanti, macam mana nak makan, anak ramai, isteri ramai? Dosa ini lebih besar daripada contoh yang awal tadi sebab ini dah masuk kawasan syirik, merosakkan akidah. Terfikir ke kita yang fikiran macam itu sudah merosakkan akidah? Sebab itu dosa batin, yang susah nak dikesan oleh orang biasa.

Bagi orang yang nak ikut Tuhan, dosa lahir itu macam dengar bunyi gajah. Dari jauh dah dengar gedebuk-gedebuk bunyi gajah jadi senang dia nak elak, larilah.
Tapi dosa batin macam bunyi semut, tak terdengar, tak ada. Bila tak ada maka tak rasa bahaya. Bila gajah berjalan, semut berjalan berbunyi, sama. Tapi gajah senang dikesan kesak kesuk kesak kesuk, kalau semut jalan di tepi telinga pun tak dengar. Kita dah buat dosa besar tapi kerana kita tak faham, jadi kita kata kita tak buat.

Jadi ramai orang yang buat dosa besar batin. Untuk orang yang nak beragama tapi ilmunya tak ada, tak halus maka dia akan banyak buat dosa besar batin. Macam orang lain dapat kesenangan, terdetik hati kita rasa tak senang, itu dosa....mana kita terfikir itu dosa?
Kalau orang dapat kesusahan, kita tak rasa susah, itu dosa...terfikir ke kita itu dosa?
Mana boleh orang susah kita tak rasa susah, mana perikemanusiaan kita? Itu tanda hatinya sudah bankrup, tak susah dengan kesusahan orang.
Pernahkah kita menungkan,''Eh, aku ni banyak dosa sebab aku tak terasa susah dengan kesusahan orang lain.'' Tapi kalau minum arak ''Astaghfirullah hal 'azim aku telah minum arak''. Setahun dia boleh ingat. Atau kalau berzina setahun dia boleh ingat. Main diotak, tak tenang.
Tapi tak rasa susah dengan kesusahan orang, ada bermain-main di otak?...Tak! Dia berada dalam keadaan selesa tak berasa berdosa dengan Tuhan. Nampak tak ilmunya? Sebab itu kalau ilmu tak halus, tak seni, banyak ilmu tersirat kita tak tahu maka banyak dosa-dosa batin kita buat tanpa disedari.

Ilmu-ilmu tersirat, ilmu-ilmu seni itulah ilmu tasawuf, itulah ilmu rohani. Banyak dosa-dosa batin yang kita buat tak tahu. Lebih-lebih lagi sembahyang banyak, ibadah banyak, wirid zikir banyak, kerja-kerja umrah/haji dah banyak tetapi dah takut dengan Tuhan, sebab ditutup oleh kebaikan lahir tadi. Itu satu kejahatan paling besar. Sebab ianya telah mencabut rasa kehambaan. Rasa kehambaan itulah yang Tuhan nak. Bila dicabut rasa kehambaan dia tak nampak dosa besar. Bila rasa kehambaan tercabut datanglah rasa ketuanan, dah besar, bila dibiarkan dia akan datang rasa ke Tuhanan. Musnah dia punya akidah, tak bahaya ke ?

Kadang-kadang orang yang lalai dengan Islam, sekejap sembahyang sekejap tidak sembahyang, sekejap puasa sekejap tidak puasa, tapi dia rasa bersalah. Dia sedar dia salah. Itu lebih selamat daripada orang yang jaga yang lahir, ibadah yang banyak dalam hati buat jahat, tak terasa takut lagi. Yang tadi masih rasa takut lagi, dalam buat jahat dia rasa takut, rasa kehambaan masih kekal. Yang ini dia banyak buat secara luaran tak terasa takut. Sebab di sisi Tuhan orang yang buat dosa terasa berdosa itu yang selamat. Orang berdosa rasa tak berdosa, itu yang rosak! Rasa berdosa, rasa bersalah, rasa kehambaan itulah yang Tuhan nak.

Kalau kita ambil yang lahir sahaja mungkin banyak ibadah yang makin rosak sebab dia tak nampak kesalahan dirinya. Sebab itu orang dulu, kalau ada orang nak tanya tentang hukum hakam kalau nak jaga hati kalau aku terus jawab mungkin nanti ada megah. Kamu pergilah tanya si Ahmad, bila sampai si Ahmad tanyalah si Yusuf, kerana nak jaga hatilah tu. Dari Yusuf suruh pergi ke Mahmud juga. Akhirnya pusing sampai baliklah kerana tak dapat elak dia pun jawab.

Sebab itu orang dulu, kalau nak sangat berdakwah, dia tak berdakwah. Waktu dia seronok sangat nak bersyarah tu, dia tahan diri, sebab dia fikir jangan-jangan dorongan ini hanya untuk nak megah, untuk kepentingan diri. Syeikh Abdul Kadir Jailani selepas 30 tahun beribadah, buat itu buat ini, dia berdakwah. Sebab sebelum itu dia tak berdakwah. Kadang orang tanya mengapa tuan tak berdakwah, kadang-kadang dia tak jawab sebab dia tahu mengapa dia tak berdakwah. Setelah 30 tahun baru dia berdakwah, dia dah jadi orang baik...mungkin mula dari 30 tahun jadi sekarang dah 60 tahun. Orang terkejutlah. Dia kata '' Saya dah dapat arahan'', nbaru dakwah, ada arahan dari Tuhan, ada bisikan dari pihak Tuhan baru dia berdakwah. Dia berhati-hati. Sebab itu sekali sahaja dia berdakwah, yang dah nak baik terus jadi baik, yang dapat hidayah mendadak baik, yang jahat-jahat bergolak hati. Itu kesanya.
Hari ini orang kerja dakwah tapi tak ada kesan, mengapa? Sebab hati nak sangat berdakwah, masuk surat khabar lagi seronok, sehingga dakwah tak dapat memberi kesan.

Sheikh Abu Yazid Bustami lepas berdakwah ramai orang sedar, kerajaan tak senang, maka dibuang.7 tahun dibuang, 7 tahun negara bergolak. Ladang tak jadi, makan susah, kemarau, kemudian baru orang perasan mengadu ke Gabenor,''Tuanku, sejak kita buang Yazid tu keadaan jadi begini, dah teruk ni, coba bawa balik Yazid''. Dia balik masalah selasai. Kesan rasa hati mereka, bergolak negara. Mana ada orang macam ini sekarang. Masing-masing nak berdakwah, tak ada seorang pun masuk Islam, semua orang Islam tak  berubah, dirinya pun tak berubah. Sebab dia berjuang tapi membawa dosa besar batin, bawa kejahatan batin, diluar bercahaya dalamnya gelap. Kerana ilmunya tak seni, ilmu rohaninya tak menyuluh batin, dia buat jahat tak sedar, dia berdosa pun tak perasan.

Ini semua faktor ilmulah. Kalau ilmu kita tak banyak, tak global, tak seni, makin kita baiki diri yang luar, makin terjun ke Neraka, makin terjun ke maksiat. Makin kita buat kejahatan tanpa kita sedar. Kena berhati-hatilah jangan sampai sembahyang, puasa, wirid kita menipu kita. Jangan ibadah kita merusakkan hati kita. Patutnya makin banyak kita baiki diri makin rasa bersalah, rasa berdosa, makin rasa tak berguna, makin rasa jauh dengan Tuhan. Itulah yang akan menyelamatkan kita.

Sekian, ampun maaf.

Sunday, December 20, 2009

Durarul Quran: Al An'am

[32] Dan tidak (dinamakan) kehidupan dunia melainkan permainan yang sia-sia dan hiburan yang melalaikan: dan demi sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Oleh itu, tidakkah kamu mahu berfikir?

[44-45] Kemudian apabila mereka melupakan apa yang telah diperingatkan mereka dengannya, Kami bukakan kepada mereka pintu-pintu segala kemewahan dan kesenangan, sehingga apabila mereka bergembira dan bersukaria dengan segala nikmat yang diberikan kepada mereka, Kami timpakan mereka secara mengejut (dengan bala bencana yang membinasakan), maka mereka pun berputus asa (dari mendapat sebarang pertolongan). Lalu kaum yang zalim itu dibinasakan sehingga terputus keturunannya. Dan (dengan itu bersyukurlah kerana musnahnya kezaliman, dengan menyebut): “Segala puji tertentu bagi Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian Alam”.

[52-54] Dan janganlah engkau usir orang-orang yang beribadat dan berdoa kepada Tuhan mereka pagi dan petang, sedang mereka menghendaki keredaanNya semata-mata. Tiadalah engkau bertanggungjawab sesuatu pun mengenai hitungan amal mereka, dan mereka juga tidak bertanggungjawab sesuatu pun mengenai hitungan amalmu. Maka (sekiranya) engkau usir mereka, nescaya menjadilah engkau dari orang-orang yang zalim. Dan demikianlah Kami uji sebahagian dari mereka (yang kaya raya) dengan sebahagian yang lain (yang fakir miskin); lalu orang-orang yang kaya itu berkata (kepada orang-orang fakir miskin yang beriman): “Inikah orang-orangnya yang telah dikurniakan nikmat oleh Allah kepada mereka di antara kami? ” (Allah berfirman): “Bukankah Allah lebih mengetahui akan orang-orang yang bersyukur?” Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat keterangan Kami itu datang kepadamu (dengan tujuan hendak bertaubat dari dosa-dosa mereka), maka katakanlah: “Mudah-mudahan kamu beroleh selamat! Tuhan kamu telah menetapkan bagi diriNya untuk memberi rahmat (yang melimpah-limpah): bahawasanya sesiapa di antara kamu yang melakukan kejahatan dengan sebab kejahilannya, kemudian ia bertaubat sesudah itu, dan berusaha memperbaiki (amalannya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”.

[68-69] Dan apabila engkau melihat orang-orang yang memperkatakan dengan cara mencaci atau mengejek-ejek ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka memperkatakan soal yang lain; dan jika engkau dilupakan oleh Syaitan (lalu engkau duduk bersama mereka), maka janganlah engkau duduk lagi bersama-sama kaum yang zalim itu, sesudah engkau mengingati (akan larangan itu). Dan tidaklah ada tanggungjawab sedikitpun atas orang-orang yang bertaqwa mengenai dosa orang-orang (kafir yang mengejek-ejek) itu, akan tetapi (kewajipan orang-orang Islam) ialah mengingati (larangan Allah itu) supaya mereka bertaqwa.

[82] Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.

[120] Dan tinggalkanlah kamu dosa yang nyata dan yang tersembunyi. Kerana sesungguhnya orang-orang yang berusaha melakukan dosa, mereka akan dibalas dengan apa yang mereka telah lakukan.

[125-127] Maka sesiapa yang Allah kehendaki untuk memberi hidayah petunjuk kepadanya nescaya Ia melapangkan dadanya (membuka hatinya) untuk menerima Islam; dan sesiapa yang Allah kehendaki untuk menyesatkannya, nescaya Ia menjadikan dadanya sesak sempit sesempit-sempitnya, seolah-olah ia sedang mendaki naik ke langit (dengan susah payahnya). Demikianlah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman. Dan inilah jalan Tuhanmu (ugama Islam) yang betul lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat keterangan (Kami) satu persatu, bagi kaum yang mahu beringat - insaf. Bagi merekalah Syurga Darus-Salaam (tempat tinggal yang aman sejahtera) di sisi Tuhan mereka, dan Dia lah Penolong mereka, disebabkan amal-amal (yang baik) yang mereka telah kerjakan.

[151-153] Katakanlah: “Marilah, supaya aku bacakan apa yang telah diharamkan oleh Tuhan kamu kepada kamu, iaitu janganlah kamu sekutukan dengan Allah sesuatupun; dan hendaklah (kamu) membuat baik kepada ibu bapa; dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kerana kepapaan, (sebenarnya) Kamilah yang memberi rezeki kepada kamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu hampiri kejahatan-kejahatan (zina) - yang terang daripadanya dan yang tersembunyi; dan janganlah kamu membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan jalan yang hak (yang dibenarkan oleh Syarak). Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kamu, supaya kamu memahaminya. “Dan janganlah kamu hampiri harta anak yatim melainkan dengan cara yang baik (untuk mengawal dan mengembangkannya), sehingga ia baligh (dewasa, serta layak mengurus hartanya dengan sendiri); dan sempurnakanlah segala sukatan dan timbangan dengan adil”. - Kami tidak memberatkan seseorang dengan kewajipan melainkan sekadar kesanggupannya - “dan apabila kamu mengatakan sesuatu (semasa membuat apa-apa keterangan) maka hendaklah kamu berlaku adil, sekalipun orang itu ada hubungan kerabat (dengan kamu); dan perjanjian (perintah-perintah) Allah hendaklah kamu sempurnakan. Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kamu, supaya kamu beringat (mematuhiNya)”. Dan bahawa sesungguhnya inilah jalanKu (ugama Islam) yang betul lurus, maka hendaklah kamu menurutnya; dan janganlah kamu menurut menurut jalan-jalan (yang lain dari Islam), kerana jalan-jalan (yang lain itu) mencerai-beraikan kamu dari jalan Allah, Dengan yang demikian itulah Allah perintahkan kamu, supaya kamu bertaqwa.

[160] Sesiapa yang membawa amal kebaikan (pada hari kiamat), maka baginya (balasan) sepuluh kali ganda (dari kebaikan) yang sama dengannya; dan sesiapa yang membawa amal kejahatan, maka ia tidak dibalas melainkan (kejahatan) yang sama dengannya; sedang mereka tidak dianiaya (sedikitpun).

Saturday, December 19, 2009

Jawahirul Quran: Al An'am

[1-3] Segala puji tertentu bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang; dalam pada itu, orang-orang kafir menyamakan (sesuatu yang lain) dengan tuhan mereka. Dia lah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Ia tentukan ajal (kematian kamu) dan satu ajal lagi yang tertentu di sisiNya (iaitu masa yang telah ditetapkan untuk dibangkitkan kamu semula pada hari kiamat); dalam pada itu, kamu masih ragu-ragu (tentang hari pembalasan). Dan Dia lah Allah (yang disembah dan diakui kekuasaanNya) di langit dan di bumi; Ia mengetahui apa yang kamu rahsiakan dan apa yang kamu lahirkan, dan Ia juga mengetahui apa yang kamu usahakan.

[13-18] Dan bagi Allah jualah apa yang ada pada waktu malam dan siang; dan Dia lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. Katakanlah (wahai Muhammad): “Patutkah aku mengambil (memilih) pelindung yang lain dari Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Ia pula yang memberi makan dan bukan Ia yang diberi makan?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri kepada Allah (Islam), dan (aku diperintahkan dengan firmanNya): `Jangan sekali-kali engkau menjadi dari golongan orang-orang musyrik itu. ‘ ” Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut jika aku derhaka kepada Tuhanku, (akan dikenakan) azab hari yang besar (hari kiamat)”. Sesiapa yang dijauhkan azab daripadanya pada hari itu, maka sesugguhnya Allah telah memberi rahmat kepadanya; dan itulah kejayaan yang jelas nyata. Dan jika Allah mengenakan (menimpakan) engkau dengan bahaya bencana, maka tidak ada sesiapa pun yang dapat menghapuskannya melainkan Dia sendiri; dan jika Ia mengenakan (melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka Ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. Dan Dia lah yang Berkuasa atas sekalian hambaNya (dangan tadbir dan takdir); dan Dia lah Yang Maha Bijaksana serta Amat Mendalam PengetahuanNya.

[38] Dan tidak seekor pun binatang yang melata di bumi, dan tidak seekor pun burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan mereka umat-umat seperti kamu. Tiada Kami tinggalkan sesuatu pun di dalam kitab Al-Quran ini; kemudian mereka semuanya akan dihimpunkan kepada Tuhan mereka (untuk dihisab dan menerima balasan).

[46-47] Katakanlah (wahai Muhammad): “Bagaimana fikiran kamu, jika Allah melenyapkan pendengaran serta penglihatan kamu, dan Ia pula memeteraikan atas hati kamu? Siapakah Tuhan selain Allah yang berkuasa mengembalikannya kepada kamu?” Lihatlah bagaimana Kami berulang-ulang menerangkan tanda-tanda kebesaran Kami (dengan berbagai cara), dalam pada itu, mereka tetap juga berpaling - ingkar. Katakanlah:” Bagaimana fikiran kamu, jika datang kepada kamu azab Allah dengan tiba-tiba, atau dengan terang-terang (setelah diperlihatkan tanda-tanda yang menunjukkan kedatangannya), siapakah yang akan binasa, selain dari kaum yang zalim?”.

[59-65] Dan pada sisi Allah jualah anak kunci perbendaharaan segala yang ghaib, tiada sesiapa yang mengetahuinya melainkan Dia lah sahaja; dan Ia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut; dan tidak gugur sehelai daun pun melainkan Ia mengetahuinya, dan tidak gugur sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak gugur yang basah dan yang kering, melainkan (semuanya) ada tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz) yang terang nyata. Dan Dia lah yang menidurkan kamu pada waktu malam, dan mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari; kemudian Ia bangunkan kamu (dari tidur) padanya, untuk disempurnakan ajal (masa umur kamu) yang telah ditetapkan. Kemudian kepadaNyalah tempat kamu kembali, kemudian Ia menyatakan kepada kamu apa yang kamu lakukan. Dan Dia lah yang berkuasa atas sekalian hambaNya; dan Ia mengutuskan kepada kamu pengawal-pengawal (malaikat yang menjaga dan menulis segala yang kamu lakukan), sehingga apabila sampai ajal maut kepada salah seorang di antara kamu, lalu diambil (nyawanya) oleh utusan-utusan Kami (malaikat); sedang mereka pula (malaikat itu) tidak cuai (dalam menjalankan tugasnya). Kemudian mereka (yang diambil nyawanya itu) dikembalikan kepada Allah Pengawas mereka yang sebenar (yang akan membalas dengan adil). Ketahuilah, bagi Allah jua lah kuasa menetapkan hukum (pada hari kiamat itu), dan Dia lah secepat-cepat Pengira - Penghitung. Katakanlah: “Siapakah yang menyelamatkan kamu dari bencana-bencana di darat dan di laut? (Ketika) kamu berdoa merayu kepadaNya dengan merendah diri (secara terbuka) dan secara bersembunyi, (dengan berkata): “Demi sesungguhnya jika Allah selamatkan kami dari bencana ini nescaya menjadilah kami dari orang-orang yang bersyukur”. Katakanlah: “Allah jualah yang menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala jenis kesusahan; dalam pada itu, kamu (masih) mempersekutukan (Allah dengan sesuatu yang lain)”. Katakanlah: “Dia lah yang berkuasa menghantar kepada kamu azab seksa (bala bencana), dari sebelah atas kamu, atau dari bawah kaki kamu, atau Ia menjadikan kamu bertentangan dan berpecah-belah - berpuak-puak, dan Ia merasakan sebahagian daripada kamu akan perbuatan ganas dan kejam sebahagian yang lain”. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan (yang menunjukkan kebesaran Kami) dengan berbagai cara, supaya mereka memahaminya.

[73-79] Dan Dia lah yang menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, dan (Dia lah juga) pada masa (hendak menjadikan sesuatu) berfirman: “Jadilah”, lalu terjadilah ia. FirmanNya itu adalah benar. Dan bagiNyalah kuasa pemerintahan pada hari ditiupkan sangkakala. Ia yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, dan Dia lah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam pengetahuanNya. Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berkata kepada bapanya Aazar: “Patutkah ayah menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi, dan supaya menjadilah ia dari orang-orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin. Maka ketika ia berada pada waktu malam yang gelap, ia melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: “Inikah Tuhanku?” Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: “Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang”. Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata: “Inikah Tuhanku?” Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia: “Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang sesat”. Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia: “Inikah Tuhanku? Ini lebih besar”. Setelah matahari terbenam, dia berkata pula: ` Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya). “Sesungguhnya aku hadapkan muka dan diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi, sedang aku tetap di atas dasar tauhid dan bukanlah aku dari orang-orang yang menyekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain)”.

[95-104] Sesungguhnya Allah jualah yang membelah (menumbuhkan) butir (tumbuh-tumbuhan) dan biji (buah-buahan). Ia mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Yang sedemikian itu kekuasaannya ialah Allah. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan dari menyembahNya (oleh benda-benda yang kamu jadikan sekutuNya)? Allah jualah Yang membelah cahaya subuh (yang menyingsingkan fajar), dan yang menjadikan malam untuk tinggal berehat, dan menjadikan matahari dan bulan untuk mengira waktu (menurut peredarannya). Yang demikian itu adalah kuasa penentuan Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengetahui. Dan Dia lah yang menjadikan bintang-bintang bagi kamu supaya kamu berpedoman kepadanya dalam kegelapan (malam) di darat dan di laut. Sesungguhnya kami telah jelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) satu persatu bagi orang-orang yang mengetahui. Dan Dia lah yang mencipta kamu dari diri yang satu (Adam), maka (bagi kamu) disediakan tempat tetap (dalam tulang sulbi bapa kamu atau di bumi), dan tempat simpanan (dalam rahim ibu atau dalam kubur). Sesungguhnya Kami telah jelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) satu persatu bagi orang-orang yang mengerti (secara mendalam). Dan Dia lah yang menurunkan hujan dari langit lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu segala jenis tumbuh-tumbuhan, kemudian Kami keluarkan daripadanya tanaman yang menghijau, Kami keluarkan pula dari tanaman itu butir-butir (buah) yang bergugus-gugus; dan dari pohon-pohon tamar (kurma), dari mayang-mayangnya (Kami keluarkan) tandan-tandan buah yang mudah dicapai dan dipetik; dan (Kami jadikan) kebun-kebun dari anggur dan zaiton serta buah delima, yang bersamaan (bentuk, rupa dan rasanya) dan yang tidak bersamaan. Perhatikanlah kamu kepada buahnya apabila ia berbuah, dan ketika masaknya. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda (yang menunjukkan kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang beriman. Dan mereka menjadikan jin sekutu bagi Allah, padahal Allah jualah yang mencipta jin-jin itu; dan mereka berdusta terhadap Allah dengan mengada-adakan bagiNya anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan, dengan tidak berdasarkan sebarang pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah Ia dari apa yang mereka sifatkan! (Dia lah) yang menciptakan langit dan bumi. Bagaimanakah Ia mempunyai anak sedang Ia tidak mempunyai isteri? Ia pula yang menciptakan tiap-tiap sesuatu, dan Dia lah Yang Maha Mengetahui akan segala-galanya. Yang demikian (sifat-sifatNya dan kekuasaanNya) ialah Allah Tuhan kamu, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menciptakan tiap-tiap sesuatu, maka beribadatlah kamu kepadaNya. Dan (ingatlah) Dia lah yang mentadbirkan segala-galanya. Ia tidak dapat dilihat dan diliputi oleh penglihatan mata, sedang Ia dapat melihat (dan mengetahui hakikat) segala penglihatan (mata), dan Dia lah Yang Maha Halus (melayan hamba-hambaNya dengan belas kasihan), lagi Maha Mendalam pengetahuanNya. (Katakanlah wahai Muhammad): “Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan-keterangan (dalil-dalil dan bukti) dari Tuhan kamu; oleh itu sesiapa melihat (kebenaran itu serta menerimanya) maka faedahnya terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa buta (dan enggan menerimanya) maka bahayanya tertimpalah ke atas dirinya sendiri. Dan tiadalah aku berkewajipan menjaga dan mengawasi kamu”.

[115] Dan telah sempurnalah Kalimah Tuhanmu (Al-Quran, meliputi hukum-hukum dan janji-janjiNya) dengan benar dan adil; tiada sesiapa yang dapat mengubah sesuatupun dari Kalimah-kalimahNya; dan Dia lah yang sentiasa Mendengar, lagi sentiasa Mengetahui.

[133] Dan Tuhanmu Maha Kaya, lagi Melimpah-limpah rahmatNya. Jika Ia kehendaki, nescaya Ia binasakan kamu dan menggantikan sesudah (binasanya) kamu dengan sesiapa yang dikehendakiNya, sebagaimana Ia telah menjadikan kamu dari keturunan kaum yang lain.

[141-142] Dan Dia lah (Allah) yang menjadikan (untuk kamu) kebun-kebun yang menjalar tanamannya dan yang tidak menjalar; dan pohon-pohon tamar (kurma) dan tanaman-tanaman yang berlainan (bentuk, rupa dan) rasanya; dan buah zaiton dan delima, yang bersamaan (warnanya atau daunnya) dan tidak bersamaan (rasanya). Makanlah dari buahnya ketika ia berbuah, dan keluarkanlah haknya (zakatnya) pada hari memetik atau menuainya; dan janganlah kamu melampau (pada apa-apa jua yang kamu makan atau belanjakan); sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampau. Dan di antara binatang-binatang ternak itu, ada yang dijadikan untuk pengangkutan, dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari apa yang telah dikurniakan oleh Allah kepada kamu, dan janganlah kamu menurut jejak langkah Syaitan; kerana sesungguhnya Syaitan itu musuh bagi kamu yang terang nyata.

[162-165] Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam. Tiada sekutu bagiNya, dan dengan yang demikian sahaja aku diperintahkan, dan aku (di antara seluruh umatku) adalah orang Islam yang awal pertama - (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi perintahNya)”. Katakanlah: “(Sesudah aku mentauhidkan Allah dan berserah diri kepadaNya) patutkah aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia lah Tuhan bagi tiap-tiap sesuatu? Dan tiadalah (kejahatan) yang diusahakan oleh tiap-tiap seorang melainkan orang itulah sahaja yang menanggung dosanya; dan seseorang yang boleh memikul tidak akan memikul dosa perbuatan orang lain (bahkan dosa usahanya sahaja); kemudian kepada Tuhan kamulah tempat kamu kembali, lalu Ia menerangkan kepada kamu akan apa yang kamu berselisihan padanya. Dan Dia lah yang menjadikan kamu khalifah di bumi dan meninggikan setengah kamu atas setengahnya yang lain beberapa darjat, kerana Ia hendak menguji kamu pada apa yang telah dikurniakanNya kepada kamu. Sesungguhnya Tuhanmu amatlah cepat azab seksaNya, dan sesungguhnya Ia Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

Wednesday, December 16, 2009

Akhlak Ibrahim bin Adham

Ketika sedang berjalan, Ibrahim bin Adham bertemu dengan seorang lelaki yang tidak dikenalnya. Lelaki itu bertanya kepadanya letak perkampungan terdekat.

Ibrahim segera saja mengarahkan jari telunjuknya ke pemakaman yang ada di dekat situ sambil berkata, "Itulah perkampungan yang sebenarnya, sebuah perkampungan hakiki". Lelaki itu mundur sedikit lalu dengan perasaan kurang senang berkata, "Aku menanyakan letak perkampungan, mengapa kamu menunjukkan pekuburan kepadaku? Apa kamu hendak mengolok-olok aku?".

Dengan penuh kemarahan, lelaki itu memukul kepala Ibrahim dengan tongkatnya sehingga darah bercucuran dari kepala Ibrahim. "Pukullah kepala yang telah lama berbuat dosa kepada Allah ini", gumam Ibrahim bin Adham sambil berusaha menghentikan aliran darah dari kepalanya.

Lelaki itu kemudian pergi. Kejadian ini di ketahui oleh orang yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat itu. Ia lalu menghampiri pendatang tadi dan berkata, "Hai lelaki, tahukah kamu maksiat yang telah kamu lakukan hari ini? Kamu baru saja memukul kepala orang yang paling banyak beribadah di zamannya. Kamu baru saja memukul Ibrahim bin Adham, seorang zahid yang terkenal".

Mendengar ini, lelaki itu segera kembali mendatangi Ibrahim lalu meminta maaf. "Aku telah memaafkanmu dan mendoakanmu masuk surga", kata Ibrahim. "Bagaimana mungkin?", seru lelaki itu dengan perasaan lega bercampur heran. "Karena, ketika kamu memukul kepalaku, aku bersabar, dan balasan bagi orang yang sabar tidak lain adalah surga. Jadi, tidaklah pantas jika aku masuk surga karena kamu, tetapi kemudian aku mendoakanmu masuk neraka. Ini juga bukanlah sikap yang bijaksana“, jelas Ibrahim bin Adham

Begitulah sifat mukmin sejati. Akhlaknya mulia walaupun dihina dan disakiti oleh orang lain, dan di dalam hatinya, tidak terdetik untuk membalas dendam, sebaliknya mendoakan kesejahteraan terhadap orang yang menganiyainya.

Tuesday, December 15, 2009

Abu Darda zuhud, tak terpengaruh kemewahan dunia

BELIAU seorang yang bijaksana berjiwa lurus dan berhati mulia. Semua kesenangan harta benda dunia yang sangat diingini dan didambakan tidak dipeduli. Dengan sifat ini, bererti ia bukan lari daripada kebahagiaan, malah sebaliknya. Maka kebahagiaan sejati baginya, ialah menguasai dunia, bukan dikuasai dunia. Apabila manusia hidup dalam batas bersahaja dan sederhana, dan mereka menggunakan hakikat dunia hanya sebagai jambatan yang tetap dan abadi, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan sejati iaitu kebahagiaan sempurna dan lebih agung.

Beliau berkata: “Kebaikan bukanlah kerana banyak harta dan anak tetapi kebaikan yang sesungguhnya ialah apabila semakin besar rasa santun-Mu, semakin bertambah banyak ilmu-Mu, dan kamu berpacu menandingi manusia dalam mengabdi kepada Allah Taala.”

Pada masa Khalifah Uthman Muawiyah menjadi gabenor di Syria dan Abu Darda menjawat hakim atas kehendak Khalifah.

Di sanalah, di Syria beliau menjadi tonggak mengingatkan orang terhadap ditempuh Rasulullah dalam hidupnya, zuhudnya dan jalan hidup pelopor Islam yang pertama dari golongan syuhada dan shiddiqin.

Syria ketika itu negeri makmur penuh dengan nikmat dan kemewahan hidup. Penduduk yang mabuk dengan kesenangan dunia dan tenggelam dalam kemewahan ini, seolah-olah dibatasi dengan peringatan dan nasihat Abu Darda. Abu Darda mengumpulkan mereka dan berdiri berpidato di hadapan mereka:

“Ayuh, siapa yang mahu membeli harta peninggalan kaum ‘Ad daripada aku dengan harga dua dirham?”

Seorang pemuda yang berwibawa, anggun dan menyinar cahaya, hikmatnya meyakinkan, sikap tingkah warak, logiknya benar dan cerdas. Ibadat menurut Abu Darda bukan sekadar formaliti dan ikut-ikutan sebenarnya adalah suatu ikhtiar mencari kebaikan dan mengerahkan segala daya upaya untuk mendapatkan rahmat dan reda Allah, sentiasa rendah hati, dan mengingatkan manusia akan kelemahannya serta kelebihan Tuhan atasnya. Dia pun berkata:

“Carilah kebaikan sepanjang hidupmu, dan majulah mencari hembusan kurnia Allah, sebab sesungguhnya Allah mempunyai tiupan rahmat yang dapat mengenai siapa yang dikehendaki- Nya di antara hamba-hamba- Nya.”

“Mohonlah kepada Allah agar Ia menutupi malu atau cela dan kejahatanmu serta menghilangkan rasa ketidak tenteramanmu.”

Ahli hikmat ini, matanya selalu terbuka meneliti dan meneropong ibadat imitasi diingatkan setiap orang akan kepalsuannya. Kepalsuannya inilah yang banyak menimpa sebahagian besar orang yang berwatak lemah dalam iman mereka, mereka wujud atau membanggakan diri dengan ibadat, lalu mereka berasa dirinya lebih dari orang lain dan menyombong.

Seorang sahabat, Abu Qalabah bercerita sebagai berikut: “Suatu hari Abu Darda melihat orang sedang mencaci-maki seseorang yang terperosok pada perbuatan dosa, beliau berkata: “Bagaimana pendapat kalian bila menemukannya terperosok ke dalam lubang? Bukankah seharusnya kalian berusaha menolong mengeluarkannya dari lubang itu?”

Ilmu baginya adalah pengertian daripada hasil penelitian, jalan dalam mencapai tujuan, makrifah untuk membuka tabir hakikat, landasan dalam berbuat dan bertindak, daya fikir dalam mencari kebenaran dan kehidupan yang disinari iman, dalam melaksanakan amal bakti kepada Allah ar-Rahman.

Dalam mengkuduskan ilmu seorang budiman menganggap: “Pendidik dan penuntut ilmu sama mempunyai kedudukan yang mulia, masing-masing mempunyai kelebihan dan pahala.”

Beliau selalu memuliakan ulama yang mengamalkan ilmunya, menghormati mereka dengan penghormatan besar, bahkan beliau berdoa kepada Tuhannya dengan katanya: “Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari kutukan hati ulama.” Lalu ia ditanyai: “Bagaimana dapat hati mereka mengutuk anda?” Jawabnya RA; “Dibencinya aku!”

Hikmah Abu Darda mengajarkan berbuat baik dalam persaudaraan dan membina hubungan manusia dengan manusia atas dasar kejadian tabiat manusia itu sendiri, maka berkatalah ia: “Cacian daripada seorang saudara, lebih baik daripada kehilangannya. Siapakah mereka bagimu, kalau bukan saudara atau teman? Berilah saudaramu dan berlunak lembutlah kepadanya!

Dan jangan engkau ikut-ikutan mendengki saudaramu, nanti engkau akan seperti orang itu pula! Esok engkau akan dijelang maut, maka cukuplah bagi engkau kehilangannya. Bagaimana anda akan menangisi sesudah mati, sedang selagi hidup tak pernah anda memenuhi haknya?”

Abu Darda selalu memberi peringatan keras terhadap masyarakat yang fikiran keliru yang menyangka kaum lemah mudah saja mereka pelaku sewenang-wenang dengan menyalahgunakan kekuasaan dan kekuatan.

Katanya, di dalam kelemahan orang itu, ada kekuatan yang ampuh, yakni jeritan hati dan memohon kepada Allah kerana kelemahan mereka, lalu menyerahkan nasib mereka ke hadapan-Nya atas perlakuan orang yang menindas.

Nah inilah dia Abu Darda yang budiman itu! Inilah dia Abu Darda yang zuhud, ahli ibadah dan selalu merindukan kembali hendak bertemu dengan Tuhannya. Inilah dia Abu Darda, yang bila orang terpesona oleh ketakwaannya, lalu mereka meminta doa restunya, dijawabnya dengan kerendahan hati yang tegah, katanya: “Aku bukan ahli berenang hingga aku takut tenggelam.”

Demikianlah Abu Darda, benarlah beliau tak pandai berenang? Tetapi apa pula yang akan dihairankan, kerana bukankah beliau hasil tempaan Rasulullah SAW, murid al-Quran, putera Islam yang pertama, dan teman sejawat Abu Bakar dan Umar, serta tokoh utama lainnya.

Thursday, December 10, 2009

Tertib Dalam Amalan : Syariat, Tarikat, Hakikat, Makrifat

Kalau Tuhan tidak 'wujud' di dalam ibadah, lama kelamaan,  Tuhan akan bertambah jauh dan bertambah jauh. Lebih-lebih lagilah kalau tujuan dan niat ibadah itu adalah untuk dipuji, untuk disanjung, dan kerana sebab-sebab  lain yang berbentuk duniawi. Sudah tentulah ia tidak akan ada nilai apa-apa. Malahan ibadah seperti ini akan Allah lemparkan semula ke muka pengamalnya beserta dengan laknat-Nya sekali. Lagi banyak dia beribadah, lagi dia rasa sombong, angkuh, riyak, ujub, rasa diri mulia, rasa diri baik dan sebagainya. Lagi banyak dia beribadah, lagi dia pandang orang lain hina, jahat dan tidak berguna.

Beramal dalam Islam ada tertibnya. Ada “progression”nya dari satu tahap ke tahap yang lebih tinggi. Ia bermula dengan Syariat, kemudian dengan Tariqat, diikuti pula dengan Hakikat dan diakhiri dengan Makrifat.

1. Syariat.

Ini adalah ilmu. Ia melibatkan ilmu tentang peraturan, hukum-hakam, halal haram, sah batal dan sebagainya. Ilmu perlu dalam beramal. Tanpa ilmu, kita tidak tahu macam mana hendak beramal mengikut cara yang Tuhan mahu. Kalaupun kita sudah cinta dan takut dengan Tuhan dan kita terdorong untuk menyembah-Nya, kita tidak boleh berbuat demikian ikut sesuka hati kita atau ikut cara yang kita cipta sendiri. Tuhan tidak terima, kita mesti ikut cara yang ditetapkan oleh Islam dan kita mesti belajar. Amalan tanpa ilmu itu tertolak. Ilmu atau syariat ini ibarat biji benih.

2. Tariqat.

Ini adalah peringkat menghidupkan ilmu menjadi amalan secara istiqamah dan bersungguh-sungguh, difahami, dihayati. Ilmu [syariat] yang ada perlu dilaksanakan. Pengamalan ilmu ini dinamakan juga tariqat wajib dan ia tidak sama maksudnya dengan tariqat sunat yang mengandungi wirid-wirid dan zikir-zikir yang menjadi amalan setengah pengamal-pengamal sufi. Tariqat ini ibarat kita menanam biji benih tadi [syariat] hingga ia bercambah, tumbuh dan menjadi sebatang pokok yang bercabang dan berdaun.

3.Hakikat.

Hakikat adalah buah. Selepas kita ada syariat, kemudian kita amalkan syariat itu hingga ia naik ke peringkat tariqat, yakni ia menjadi sebatang pokok yang bercabang dan berdaun, maka kalau cukup syarat-syaratnya maka pokok itu akan menghasilkan buah.

Buah tariqat adalah akhlak dan peningkatan peringkat nafsu atau pencapaian maqam-maqam mahmudah. Boleh jadi ia menghasilkan maqam sabar, maqam redha, maqam tawakkal, maqam tawadhuk, maqam syukur dan berbagai-bagai maqam lagi. Boleh jadi hanya terhasil satu maqam sahaja [sebiji buah sahaja] atau boleh jadi akan terhasil beberapa maqam berbeza dari satu pokok yang sama.

Hakikat juga adalah satu perubahan jiwa atau perubahan peringkat nafsu hasil dari syariat dan tariqat yang dibuat dengan bersungguh-sungguh, istiqamah, faham dan dihayati.

4. Makrifat.

Ini adalah hasil dari hakikat, iaitu hal-hal hakikat yang dapat dirasai secara istiqamah. Ia adalah satu tahap kemajuan rohaniah yang tertinggi hingga dapat benar-benar mengenal Allah dan rahsia-rahsia-Nya. Orang yang sudah sampai ke tahap ini digelar Al Arifbillah.

Kalau kita lihat dengan teliti, tertib dalam amalan ini bermula dari yang lahir dan berakhir dengan yang batin.

Syariat dan tariqat itu terletak dalam kawasan lahir.

Hakikat dan makrifat pula menjangkau ke alam batin iaitu ke dalam hati dan rohani.

Kita juga dapat lihat bahawa peringkat syariat dan tariqat adalah peringkat-peringkat yang agak mudah untuk dicapai kerana ia hanya melibatkan usaha lahir. Tetapi untuk mencapai peringkat hakikat dan makrifat, ia agak lebih sukar dan lebih rumit.

Kesukaran ini ialah kerana pertama, ia memerlukan istiqamah dalam beramal dan kedua kerana ia memerlukan juga amalan batin atau amalan hati atau apa yang dinamakan hikmah. Amalan yang berhikmah ialah amalan yang dihayati dan dijiwai, yang mempunyai roh dan rasa-rasa. Tanpa kedua-dua perkara ini iaitu istiqamah dan hikmah, tariqat tidak akan dapat melonjak ke peringkat hakikat dan seterusnya ke peringkat makrifat.

Itu sebabnya ramai orang yang berjaya sampai ke peringkat tariqat iaitu boleh berilmu dan beramal tetapi tersekat di situ sampai ke tua tanpa dapat meningkat ke peringkat hakikat. Sudah beramal selama 50 hingga 60 tahun tetapi tidak juga lahir akhlak dan tidak juga dapat mencapai maqam-maqam mahmudah. Dalam ertikata yang lain, mereka sudah beribadah berpuluh-puluh tahun tetapi ibadah mereka belum menghasilkan buah iaitu akhlak.

Istiqamah. 

Ini adalah salah satu syarat atau tuntutan untuk mencapai hakikat. Istiqamah ialah tetap dalam beramal. Amalan pula adalah amalan lahir dan ada amalan batin atau hati. Istiqamah itu perlu dalam amalan lahir mahupun amalan batin. Malahan istiqamah dalam amalan batin lebih dituntut.

Istiqamah dalam amalan lahir agak mudah. Ramai orang yang istiqamah dalam sembahyang, dalam berpuasa, dalam berzakat dan sebagainya. Ramai yang tak tinggal sembahyang, tak tinggal puasa. Tetapi istiqamah dalam amalan batin adalah lebih sukar dan rumit. Istiqamah dalam amalan batin ini ramai yang tidak mampu melakukannya walaupun sudah istiqamah dalam amalan lahir.

Ramai orang cuba sabar tapi tidak istiqamah dalam sabar. Duit hilang boleh sabar. Sakit dan demam boleh sabar. Tapi bila orang kata nista dan menghina, tidak sabar. Bila isteri buat hal, tidak sabar.

Ramai orang boleh bersyukur. Dapat duit bersyukur, dapat pangkat bersyukur, dapat anak pun bersyukur tapi tidak mampu bersyukur bila dapat berbuat ibadah dan kebaikan, dan bila terhindar dari berbuat maksiat dan kejahatan.

Ramai orang boleh jadi pemaaf kalau yang meminta maaf itu kawannya, isterinya atau anaknya. Tapi kalau yang meminta maaf itu musuh atau seterunya, susah dia hendak maafkan.

Ramai orang boleh berbuat baik kepada kawannya, sanak-saudaranya, ibu dan ayahnya yang selalu berbuat baik padanya tetapi tidak sanggup berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat padanya.

Ramai orang boleh bertegur sapa dan bermesra dengan kawan-kawannya tetapi tidak boleh bertegur sapa dan bermesra dengan orang yang dibencinya. Begitulah seterusnya.

Sangat susah dan payah untuk kita beristiqamah dalam amalan hati. Justeru itu ia tidak dapat dijadikan pakaian atau ia tidak dapat mendarah mendaging. Itu sebab istiqamah itu, terutamanya istiqamah batiniah sangat dipandang besar. Ia dianggap satu keramat.

Ada hadis yang maksudnya lebih kurang ;
"janganlah kamu meminta jadi wali, tapi mintalah istiqamah"

Amalan yang tidak istiqamah tidak akan ada kesan apa-apa pada hati. Amalan yang istiqamah, walaupun sedikit akan tetap ada kesan pada hati.

Ibarat air yang menitik ke atas batu, lama kelamaan batu itu akan terlekuk jua. Tetapi air banjir yang besar yang melanda batu sekali sekala tidak akan memberi apa-apa kesan kepada batu.

Istiqamah adalah tanda ikhlas. Kalau sesuatu amalan itu tidak ikhlas, ia sukar untuk diistiqamahkan.

Seperti kata para hukama [ahli hikmah] ;
"Hidupnya [kekalnya] amal kerana ikhlas."

Dalam pada itu, istiqamah batiniah lebih memberi kesan kepada hati daripada istiqamah lahiriah. Itu sebabnya istiqamah batiniah lebih dituntut dan lebih utama. Ia adalah amalan hati dan kerana itu ia mempunyai kesan yang langsung dan terus kepada hati.

Hikmah.

Ia adalah syarat atau tuntutan kedua untuk mencapai hakikat. Hikmah di sini bukan bermaksud bijaksana. Kalau bijaksana, orang Arab akan sebut "Abqoriah". Hikmah di sini bukan bermaksud ilmu atau setakat faham ilmu sahaja. Hikmah ialah ilmu dalam ilmu. Hikmah adalah rasa dan penghayatan. Ia adalah rasa yang Allah campakkan ke dalam hati.

Untuk mendapat ilmu, kita boleh belajar. Tetapi untuk mendapat hikmah, ilmu mesti diamal. Baru ilmu itu bukan setakat di akal tetapi jatuh ke hati. Ilmu hati ini sahaja yang boleh mengubah dan menginsafkan orang.

Kalau ilmu lahir itu dikendalikan oleh akal, hikmah pula ialah ilmu yang dikendalikan oleh roh atau hati.

Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis ;
Maksudnya ; "Kalau kamu amal ilmu yang kamu tahu, Allah akan ajar kamu ilmu [hikmah] yang kamu tidak tahu."

Untuk menjadi ulama itu senang. Tetapi untuk menjadi ahli hikmah sangat susah. Ilmu adalah apa yang kita belajar tetapi hikmah adalah apa yang Tuhan ajar kita
seperti dalam firman Allah ;
Maksudnya ; "Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah, Allah akan ajar kamu ilmu [hikmah]. Sesungguhnya Allah Mengetahui segala sesuatu." [Al Baqarah : Ayat 282]

Orang yang mendapat ilmu hikmah, dia mendekati nabi. Inilah dua perkara yang perlu dititik beratkan kalau sekiranya amalan hendak ditingkatkan dari peringkat tariqat kepada hakikat dan seterusnya kepada makrifat.

Ia memerlukan penglibatan hati dan rohani dalam ibadah dalam bentuk penjiwaan dan istiqamah terutamanya istiqamah batiniah di samping amalan lahiriah yang baik dan rapi.

Kalau hati dan rohani tidak turut sama beribadah, agak mustahil perkara ini boleh tercapai.

Untuk mendapat buah dari ibadah iaitu akhlak dan untuk mencapai maqam-maqam mahmudah, ibadah mesti ada roh, mesti ada rasa-rasa, mesti ada penjiwaan dan mesti ada penghayatan. Salahlah orang yang menafikan amalan hati dan amalan rohani dalam ibadah.

Kalau amalan lahir sahaja dititikberatkan maka ia mungkin memadai di peringkat syariat dan tariqat iaitu pada peringkat ilmu dan amal. Memang itu kerja lahir. Tetapi untuk mendapat hasil dari ilmu dan amal tersebut dan supaya ibadah boleh mendidik hati, amalan lahir semata-mata tidak memadai. Dalam ertikata yang lain, untuk mencapai maqam hakikat dalam ibadah dan amalan, itu bukan lagi kerja lahir. Itu adalah kerja hati.

Tuesday, December 8, 2009

Doa itu Ibadat

Doa tidak termakbul disimpan untuk akhirat

BERDOA adalah suatu ibadat. Insan dianggap melakukan kebaktian dan ibadat ketika berdoa kepada Tuhannya. Sama ada sesuatu doa dimakbul atau tidak, pahalanya sentiasa ada di sisi Allah. Justeru, Rasulullah bersabda yang bermaksud: "Doa adalah ibadat." Setiap doa pula dimakbulkan dari tiga segi, iaitu:

Doa yang dimakbulkan segera di dunia. Inilah yang biasanya menjadi harapan setiap orang yang berdoa. Ramai di kalangan insan yang memperoleh kurniaan hasil kesungguhan mereka berdoa. Kadangkala dengan begitu pantas dan kadangkala lewat disebabkan hikmah yang hanya Allah Maha Mengetahui. Tidak mustahil Allah menerima doa seseorang yang sama sekali dianggap mustahil oleh manusia.

Doa yang tidak dimakbulkan di dunia, tetapi disimpan untuk balasan kebaikan di akhirat di atas hikmah yang hanya dikehendaki Allah. Jika ia berlaku, hendaklah difahami bahawa ia adalah pilihan terbaik daripada Allah untuk hamba-Nya. Akhirat adalah kehidupan yang hakiki, kebaikan di sana tidak ada tukar ganti dengan  dunia yang sementara.

Allah tidak memakbulkan sesuatu doa secara  mutlak di dunia kerana Allah Maha Mengetahui segala rahsia kehidupan alam, baik atau buruk di sebalik sesuatu perkara yang dimohon. Akal manusia  kadangkala tidak mampu menjangkau hakikat sesuatu. Doa diganti dengan keselamatan diri daripada keburukan yang akan menimpa. Insan terselamat daripada betapa banyak keburukan bukan kerana kehebatannya atau kebijaksanaannya tetapi kerana rahmat Allah yang barangkali berpunca daripada pelbagai doa kepada Allah.

Sesungguhnya, setiap Muslim wajar berdoa kepadaNya dan jangan berputus asa untuk mendapatkan rahmatnya, selagi ia untuk kebaikan diri kita dan sesama insan serta meminta perlindungan daripadaNya.

Sucikanlah 4 hal dengan 4 perkara :
"Wajahmu dengan linangan air mata keinsafan,
Lidahmu basah dengan berzikir kepada Penciptamu,
Hatimu takut dan gementar kepada kehebatan Rabbmu,
..dan dosa-dosa yang silam di sulami dengan 
taubat kepada Dzat yang Memiliki mu."

Sunday, December 6, 2009

Durarul Quran: Al-Maidah

[2-3] Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ingat halal membuat sesuka hati mengenai syiar-syiar ugama Allah, dan mengenai bulan-bulan yang dihormati, dan mengenai binatang-binatang yang dihadiahkan (ke Makkah untuk korban), dan mengenai kalong-kalong binatang hadiah itu, dan mengenai orang-orang yang menuju ke Baitullah Al-Haraam, yang bertujuan mencari limpah kurnia dari Tuhan mereka (dengan jalan perniagaan) dan mencari keredaanNya (dengan mengerjakan ibadat Haji di Tanah Suci); dan apabila kamu telah selesai dari ihram maka bolehlah kamu berburu. Dan jangan sekali-kali kebencian kamu kepada suatu kaum kerana mereka pernah menghalangi kamu dari masjid Al-Haraam itu - mendorong kamu menceroboh. Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan untuk membuat kebajikan dan bertaqwa, dan janganlah kamu bertolong-tolongan pada melakukan dosa (maksiat) dan pencerobohan. Dan bertaqwalah kepada Allah, kerana sesungguhnya Allah Maha Berat azab seksaNya (bagi sesiapa yang melanggar perintahNya). Diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai (binatang yang tidak disembelih), dan darah (yang keluar mengalir), dan daging babi (termasuk semuanya), dan binatang-binatang yang disembelih kerana yang lain dari Allah, dan yang mati tercekik, dan yang mati dipukul, dan yang mati jatuh dari tempat yang tinggi, dan yang mati ditanduk, dan yang mati dimakan binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih (sebelum habis nyawanya), dan yang disembelih atas nama berhala; dan (diharamkan juga) kamu merenung nasib dengan undi batang-batang anak panah. Yang demikian itu adalah perbuatan fasik. Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa (daripada memesongkan kamu) dari ugama kamu (setelah mereka melihat perkembangan Islam dan umatnya). Sebab itu janganlah kamu takut dan gentar kepada mereka, sebaliknya hendaklah kamu takut dan gentar kepadaKu. Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu ugama kamu, dan Aku telah cukupkan nikmatKu kepada kamu, dan Aku telah redakan Islam itu menjadi ugama untuk kamu. Maka sesiapa yang terpaksa kerana kelaparan (memakan benda-benda yang diharamkan) sedang ia tidak cenderung hendak melakukan dosa (maka bolehlah ia memakannya), kerana sesungguhnya Allah maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

[8-9 ] Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu semua sentiasa menjadi orang-orang yang menegakkan keadilan kerana Allah, lagi menerangkan kebenaran; dan jangan sekali-kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum itu mendorong kamu kepada tidak melakukan keadilan. Hendaklah kamu berlaku adil (kepada sesiapa jua) kerana sikap adil itu lebih hampir kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan mendalam akan apa yang kamu lakukan. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka akan beroleh keampunan dan pahala yang besar.

[35] Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan carilah yang boleh menyampaikan kepadaNya (dengan mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya); dan berjuanglah pada jalan Allah (untuk menegakkan Islam) supaya kamu beroleh kejayaan.

[49-50] Dan hendaklah engkau menjalankan hukum di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka, dan berjaga-jagalah supaya mereka tidak memesongkanmu dari sesuatu hukum yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu. Kemudian jika mereka berpaling (enggan menerima hukum Allah itu), maka ketahuilah, hanyasanya Allah mahu menyeksa mereka dengan sebab setengah dari dosa-dosa mereka; dan sesungguhnya kebanyakan dari umat manusia itu adalah orang-orang yang fasik. Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah? Padahal - kepada orang-orang yang penuh keyakinan - tidak ada sesiapa yang boleh membuat hukum yang lebih pada daripada Allah.

[83-85] Dan apabila mereka mendengar Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah (Muhammad, s.a.w), engkau melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan apa yang mereka ketahui (melalui Kitab mereka) dari kebenaran (Al-Quran), sambil mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, kami beriman (kepada Nabi Muhammad dan Kitab Suci Al-Quran), oleh itu tetapkanlah kami bersama-sama orang-orang yang menjadi saksi (yang mengakui kebenaran Nabi Muhammad s.a.w). “Dan tidak ada sebab bagi kami tidak beriman kepada Allah dan kepada kebenaran (Al-Quran) yang sampai kepada kami, padahal kami ingin (dengan sepenuh-penuh harapan), supaya Tuhan kami memasukkan kami (ke dalam Syurga) bersama-sama orang-orang yang soleh. Lalu Allah memberikan pahala kepada mereka disebabkan (pengakuan iman yang ikhlas) yang telah mereka ucapkan, (iaitu mereka dibalas dengan) Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai; mereka pula tetap kekal di dalamnya. Dan yang demikian itu, adalah balasan orang-orang yang berusaha berbuat kebaikan.

[93] Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang soleh pada apa yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertaqwa dan beriman serta mengerjakan amal yang soleh, kemudian mereka tetap bertaqwa dan beriman, kemudian mereka tetap bertaqwa dan berbuat kebajikan; kerana Allah mengasihi orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.

[105] Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah sahaja diri kamu (dari melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah). Orang-orang yang sesat tidak akan mendatangkan mudarat kepada kamu apabila kamu sendiri telah mendapat hidayah petunjuk (taat mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan laranganNya). Kepada Allah jualah tempat kembali kamu semuanya, kemudian Ia akan menerangkan kepada kamu (balasan) apa yang kamu telah lakukan.

Saturday, December 5, 2009

Jawahirul Quran: Al Maidah

[17] Demi sesungguhnya, kafirlah orang-orang yang berkata: “Bahawasanya Allah ialah Al-Masih Ibni Maryam) katakanlah (wahai Muhammad): “(Dakwaan itu tidak benar) kerana siapakah yang dapat menahan (seksa) dari Allah sedikit jua pun kalau Ia mahu membinasakan Al-Masih Ibni Maryam beserta ibunya dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya?” Dan (ingatlah) bagi Allah jualah kuasa pemerintahan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya. Ia menciptakan apa jua yang dikehendakiNya. Dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

[40] Tidakkah engkau mengetahui bahawa Allah menguasai pemerintahan langit dan bumi? Ia menyeksakan sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan dan hukum SyariatNya), dan mengampunkan sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan dan hukum SyariatNya). Dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

[97-99] Allah menjadikan Kaabah, rumah yang mulia itu, sebagai tempat tumpuan manusia (untuk menjalankan ibadat dan hal-hal hidup), demikian juga bulan-bulan yang mulia, dan binatang-binatang korban, dan kalong-kalong binatang korban itu. Yang demikian itu, supaya kamu ketahui bahawa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bahawa sesungguhnya Allah Maha mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. Ketahuilah oleh kamu, bahawasanya Allah Maha berat azab seksaNya (kepada orang yang kufur dan derhaka), dan bahawasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani (bagi orang yang mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya). Tidak ada kewajipan yang ditugaskan kepada Rasulullah selain daripada menyampaikan (perintah-perintah Allah) sahaja; dan Allah sentiasa mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.

[116-120] Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Wahai Isa ibni Maryam! Engkaukah yang berkata kepada manusia: `Jadikanlah daku dan ibuku dua tuhan selain dari Allah? ‘ ” Nabi `Isa menjawab: “Maha Suci Engkau (wahai Tuhan)! Tidaklah layak bagiku mengatakan sesuatu yang aku tidak berhak (mengatakannya). Jika aku ada mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku, sedang aku tidak mengetahui apa yang ada pada diriMu; kerana sesungguhnya Engkau jualah Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib. “Aku tidak mengatakan kepada mereka melainkan apa yang Engkau perintahkan kepadaku mengatakannya, iaitu: `Sembahlah kamu akan Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu ‘ dan adalah aku menjadi pengawas terhadap mereka (dengan membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah) selama aku berada dalam kalangan mereka; kemudian apabila Engkau sempurnakan tempohku, menjadilah Engkau sendiri yang mengawasi keadaan mereka, dan Engkau jualah yang menjadi Saksi atas tiap-tiap sesuatu. “Jika Engkau menyeksa mereka, (maka tidak ada yang menghalanginya) kerana sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu; dan jika Engkau mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkaulah sahaja yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana”. Allah berfirman: “Inilah hari (kiamat) yang (padanya) orang-orang yang benar (pada tutur kata dan amal perbuatan) mendapat manfaat dari kebenaran mereka; mereka beroleh Syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah reda akan mereka dan mereka pula reda akan Dia. Itulah kejayaan yang amat besar”. Allah jualah yang menguasai alam langit dan bumi serta segala yang ada padanya; dan Dia lah jua yang Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Wednesday, December 2, 2009

Kalimah Berfikir

Dan tidak (dinamakan) kehidupan dunia melainkan permainan yang sia-sia dan hiburan yang melalaikan dan demi sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh itu, tidakkah kamu mahu berfikir? (Al-An'aam:32)

Sesungguhnya bandingan kehidupan dunia hanyalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu (tumbuhlah dengan suburnya) tanaman-tanaman di bumi dari jenis-jenis yang dimakan oleh manusia dan binatang bercampur-aduk dan berpaut-pautan (pokok-pokok dan pohonnya) dengan sebab air itu hingga apabila bumi itu lengkap sempurna dengan keindahannya dan berhias (dengan bunga-bungaan yang berwarna-warni) dan penduduknya pun menyangka bahawa mereka dapat berbagai-bagai tanaman serta menguasainya (mengambil hasilnya) datanglah perintah Kami menimpakannya dengan bencana pada waktu malam atau pada siang hari lalu Kami jadikan ia hancur-lebur, seolah-olah ia tidak ada sebelum itu. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan Kami satu persatu bagi kaum yang mahu berfikir (dan mengambil iktibar daripadanya). (Yunus:24)

Allah jualah yang menjadikan langit terangkat tinggi dengan tiada bertiang sebagaimana yang kamu melihatnya, kemudian Ia bersemayam di atas Arasy; dan Ia memudahkan matahari dan bulan (untuk faedah makhluk-makhlukNya) tiaptiap satu dari keduanya beredar untuk suatu masa yang telah ditetapkan. Allah jualah yang mentadbirkan segala urusan; Ia menerangkan tanda-tanda kekuasaanNya satu-persatu, supaya kamu yakin kepada pertemuan Tuhan kamu (untuk menerima balasan). (Ar-Ra'd:2)

Dan Dialah yang menjadikan bumi terbentang luas dan menjadikan padanya gunung-ganang (terdiri kukuh) serta sungai-sungai (yang mengalir) dan dari tiap-tiap jenis buah-buahan, Dia jadikan padanya pasangan: Dua-dua. Dia juga melindungi siang dengan malam silih berganti. Sesungguhnya semuanya itu mengandungi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang (mahu) berfikir. (Ar-Ra'd:3)

Dan di bumi ada beberapa potong tanah yang berdekatan (tetapi berlainan keadaannya); dan padanya ada kebun-kebun anggur dan jenis-jenis tanaman serta pohon-pohon tamar (kurma) yang berumpun dan yang tidak berumpun; semuanya disiram dengan air yang sama dan Kami lebihkan buah setengahnya dari setengahnya yang lain (pada bentuk, rasa dan baunya). Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang (mahu) berfikir serta memahaminya. (Ar-Ra'd:4)

Dan demi sesungguhnya! Kami telah berulang-ulang kali menyebarkan hujah-hujah di antara manusia melalui Al-Quran supaya mereka berfikir (mengenalku serta bersyukur); dalam pada itu kebanyakan manusia tidak mahu melainkan berlaku kufur. (Al-Furqaan:50)

Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Dia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir. (Ar-Ruum:21)

Tidakkah engkau memerhatikan bahawasanya kapal-kapal belayar di laut dengan nikmat kurnia Allah, untuk diperlihatkan kepada kamu sebahagian dari tanda-tanda kemurahanNya? Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan dan bukti (untuk berfikir) bagi tiap-tiap (mukmin) yang tetap teguh pendiriannya, lagi sentiasa bersyukur. (Luqman:31)

Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi dan (pada) pertukaran malam dan siang dan (pada) kapal-kapal yang belayar di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfaat kepada manusia; demikian juga (pada) air hujan yang Allah turunkan dari langit lalu Allah hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta Dia biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang; demikian juga (pada) peredaran angin dan awan yang tunduk (kepada kuasa Allah) terapung-apung di antara langit dengan bumi; sesungguhnya (pada semuanya itu) ada tanda-tanda (yang membuktikan keesaan Allah kekuasaanNya, kebijaksanaanNya dan keluasan rahmatNya) bagi kaum yang (mahu) menggunakan akal fikiran. (Al- Baqarah:164)

Dan juga penduduk Madyan; dan Nabi Musa juga telah didustakan; maka Aku memberi tempoh kepada orang-orang kafir itu, kemudian Aku menimpakan mereka dengan azab seksa. Dengan yang demikian perhatikanlah bagaimana buruknya kesan kemurkaanKu.
Maka bukan sedikit negeri-negeri yang Kami binasakan dengan sebab kezaliman penduduknya, lalu runtuh ranaplah bangunan-bangunannya; dan bukan sedikit pula telaga yang telah terbiar, dan istana yang tersergam (telah kosong, ditinggalkan).
Oleh itu, bukankah ada baiknya mereka mengembara di muka bumi supaya - dengan melihat kesan-kesan yang tersebut - mereka menjadi orang-orang yang ada hati yang dengannya mereka dapat memahami, atau ada telinga yang dengannya mereka dapat mendengar? (Tetapi kalaulah mereka mengembara pun tidak juga berguna) kerana keadaan yang sebenarnya bukanlah mata kepala yang buta, tetapi yang buta itu ialah mata hati yang ada di dalam dada.
Dan mereka meminta kepadamu (wahai Muhammad) menyegerakan kedatangan azab, padahal Allah tidak sekali-kali akan memungkiri janjiNya; dan (katakanlah kepada mereka): sesungguhnya satu hari dari hari-hari azab di sisi Tuhanmu adalah menyamai seribu tahun dari yang kamu hitung. (Al-Hajj: 44-47)

Katakanlah: "Bagaimana fikiran kamu jika Allah menjadikan malam kepada kamu tetap selama-lamanya hingga ke hari kiamat; tuhan yang manakah yang lain dari Allah, yang dapat membawakan cahaya yang menerangi kepada kamu? Maka mengapa kamu tidak mahu mendengar (secara memahami dan menerima kebenaran)? (Al-Qasas:71)

Dia lah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari (setitis) air benih, kemudian dari sebuku darah beku, kemudian dari seketul daging; kemudian Ia mengeluarkan kamu berupa kanak-kanak; kemudian kamu (dipelihara) hingga sampai ke peringkat umur dewasa; kemudian kamu (dipanjangkan umur) hingga sampai menjadi tua. Dan (dalam pada itu) ada di antara kamu yang dimatikan  sebelum itu. (Allah melakukan kejadian yang demikian) supaya kamu sampai ke
masa yang ditentukan (untuk menerima balasan); dan supaya kamu memahami (hikmat-hikmat kejadian itu dan kekuasaan Tuhan). (Ghaffir : 67)

Dan bagi Allah jualah kuasa pemerintah langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan, dan keluasan rahmat Allah)
bagi orang-orang yang berakal;
(Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): "Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka. (A-li 'Imraan: 189-191).

Dia lah yang telah mengaturkan kejadian tujuh petala langit yang berlapis-lapis; engkau tidak dapat melihat pada ciptaan Allah Yang Maha Pemurah itu sebarang keadaan yang tidak seimbang dan tidak munasabah; (jika engkau ragu-ragu) maka ulangilah pandangan - (mu) - dapatkah engkau melihat sebarang kecacatan? Kemudian ulangilah pandangan (mu) berkali-kali, nescaya pandanganmu itu akan berbalik kepadamu dengan hampa (daripada melihat sebarang kecacatan), sedang ia pula berkeadaan lemah lesu (kerana habis tenaga dengan sia-sia). (Al-Mulk: 3-4)

Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini ke atas sebuah gunung, nescaya engkau melihat gunung itu khusyuk serta pecah belah kerana takut kepada Allah. Dan (ingatlah), misal-misal perbandingan ini Kami kemukakan kepada umat manusia, supaya mereka memikirkannya. (Al-Hasyr:21)

Dan bagi Allah jualah kuasa pemerintah langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan, dan keluasan rahmat Allah)
bagi orang-orang yang berakal;
(Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): "Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka. (A-li 'Imraan: 189-191)