Monday, June 28, 2010

Aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah

ALLAH YANG KEKAL

Akidah para ahli sunnah terhadap Zat Allah Taala yang Maha Suci ialah Allah itu Tuhan yang Esa, tiada sekutu bagiNya. Dia Qadim, tiada awal bagi wujudNya, dan wujudNya pula terus-menerus tiada akhir bagiNya. Dia Kekal, tidak luput sama sekali. Dia masih bersifat keagungan dan sifat keagungan ini berterusan, tidak akan musnah ataupun terputus dengan terluputnya pelbagai abad, atau berlalunya bermacam-macam waktu. Bahkan Dialah Allah yang Awal dan yang Akhir, yang Zahir dan yang Batin. Dan Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

ALLAH BUKAN JISIM

Tuhan Allah bukanlah semacam jisim yang dapat digambarkan. Dia tidak menyamai apapun yang maujud. Begitu juga yang maujud tidak boleh menyerupaiNya.

ALLAH TIDAK BERTEMPAT

Dia tidak dilingkari (dipengaruhi)/ terpengaruh) oleh seluruh penjuru dan arah. Dia tidak pula bertetap setempat (tidak bertempat), sama ada dalam lapisan-lapisan bumi ataupun langit, malah dia beristawa di atas Arasy dalam keadaan yang Dia firmankan atau dengan makna yang Dia kehendaki.

Dia berada di atas Arasy dan langit, malah di atas segala sesuatu hingga ke batasan bumi. KetinggianNya tidak menjadikanNya lebih dekat kepada Arasy dan langit, sebagaimana semua itu juga tidak menjauhkanNya dari bumi dan tanah.

Bahkan Allah tetap Maha Tinggi darjatNya dari Arasy dan langit, sebagimana Dia juga Maha Tinggi darjatNya dari bumi dan tanah.

ALLAH TIDAK TERPISAH DARIPADA MAKHLUK

Walau bagaimanapun Dia tetap dekat kepada yang maujud, dan lebih dekat kepada hambaNya daripada urat leher hamba itu sendiri. DekatNya kepada hambaNya tidak serupa dengan dekatnya jisim kepada manusia. Begitu juga dengan ZatNya yang tidak sama dengan zat jisim manusia.

ALLAH TIDAK BERSEKUTU DENGAN MAKHLUK

Dia tidak bertempat pada sesuatu benda (tidak bersekutu dengan mana-mana makluk). Demikian pula benda tidak bertempat (tidak bersekutu) pada ZatNya. Maha Suci Allah dari dilingkari oleh sesuatu tempat (mustahil Allah bertempat). Bahkan Dia telah sedia Ada sebelum terciptanya masa dan tempat. Dan Dia sekarang Ada dalam keadaan seperti dulu juga (sebelum masa dan tempat dicipta, tidak pernah berubah).

ALLAH BOLEH DILIHAT DI SYURGA

Di dalam ZatNya, kewujudanNya dibuktikan oleh akal fikiran. Dan ZatNya dapat dilihat oleh pandangan pada hari kemudian (alam akhirat) di tempat tinggal yang abadi (syurga). Hal itu adalah satu nikmat dari Allah dan belas kasihNya untuk orang-orang yang berbakti kepadaNya, dan sebagai penyempurnaan kenikmatan daripadaNya iaitu kurniaNya untuk melihat wajahNya yang Maha Mulia.

ALLAH TIDAK PERNAH LEMAH

Dan Allah Taala itu Maha Hidup, Maha Berkuasa, Maha Tinggi dan Maha Memaksa. Tidak didatangi kecuaian ataupun kelemahan, Tidak dihinggapi kelalaian ataupun ketiduran dan tidak terkena kehancuran ataupun kematian.

ALLAH PENCIPTA SEBENAR

Dialah satu-satunya yang menjadikan dan menciptakan, satu-satunya yang mengadakan dan membentuk.

ALLAH TAHU SEGALA SESUATU

Dialah Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang telah diketahui. Ilmunya meliputi segala apa saja yang berlaku di dalam dasar bumi hingga ke atas langit. Tiada sesuatu pun yang terlepas dari ilmuNya sekalipun seberat atom sama ada di dalam bumi ataupun di puncak langit. Bahkan Dia mengetahui gerak-geri seekor semut hitam di atas batu licin pada malam hari yang gelap gelita. Dia juga Mengetahui gerakan sebutir debu di tengah-tengah cakerawala ini. Dia mengetahui yang rahsia dan yang tersembunyi. Dia dapat menyingkap perkara-perkara yang terlintas dalam diri dan gerak-geri hati, dan segala rahsia yang disembunyikan; iaitu dengan ilmuNya yang Qadim Azali yang Dia masih bersifat dengannya di dalam Azalil-Azali.

ALLAH YANG MENGATUR SEGALA GERAK DAN KEJADIAN

Dan Allah Taala itu Maha Maha Menghendaki ke atas semua yang dijadikanNya, dan Maha Pengatur terhadap segala yang diciptakanNya. Suatu apa pun tidak boleh berlaku dalam kerajaan dan kekuasaanNya melainkan dengan ketentuan dan kudratNya, dengan hikmat dan kemahuanNya. Apa yang Dia kehendaki (pasti) akan berlaku, dan apa yang Dia tidak kehendaki (pasti) tidak akan berlaku. Tidak ada yang dapat menentang perintahNya, dan tidak akan ada sesiapa yang menyalahkan hukumNya.

ALLAH MENDENGAR DAN MELIHAT SEGALA SESUATU

Dan Allah Taala itu Maha Mendengar dan Maha Melihat. Tidak ada suatu apa pun yang boleh didengar, terhalang dari pendengaranNya sekalipun amat halus. Dan tidak ada suatu apa pun yang boleh dilihat, tertabir (terselindung/ terhijab) dari pemandanganNya sekalipun amat kecil. PendengaranNya tidak akan tertutup kerana jauh, dan penglihatanNya tidak akan tertolak kerana gelap. Pendengaran dan pemandanganNya tidak menyerupai pendengaran dan pemandangan makhlukNya, sebagaimana ZatNya juga tidak serupa dengan zat makhlukNya.

AL-QURAN BUKAN MAKHLUK

Dan bahawasanya Allah Taala itu Maha Berkata-kata, Maha Memerintah, Maha Melarang, Maha Mengingatkan dan Mengancam. Dan al-Quran, Taurat, Injil dan Zabur itu adalah kitab-kitabNya yang diturunkan kepada para RasulNYa alaihimussalam yang membawa percakapanNYa, yang merupakan sifat bagi ZatNya dan buknalah sifat bagi makhlukNYa. Dan sesungguhnya al-Quran itu adalah Kalamullah yang bukan makhluk (bukan diciptakan) sehingga ia boleh binasa, dan bukan pula sifat bagi makhlukNYa sehingga ia boleh punah.

SEMUA SELAIN ALLAH ADALAH BAHARU

Dan Allah Taala itu Maha Esa. Tidak ada suatu apa pun selainNya melainkan bersifat hadis (baharu), yang terjadi dengan perbuatanNYa, yang menerima dari keadilanNYa dalam rupa yang paling sempurna, paling lengkap dan paling adil.

Dan Allah Taala itu Maha Bijaksana dalam segala perbuatanNya, Maha Adil dalam segala keputusanNya. Dan segala sesuatu selain Allah dari bangsa manusia, jin, malaikat, langit, bumi, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda padat yang dapat dlihat ataupun dapat dirasakan, semuanya itu adalah baharu, yang dicipta oleh Tuhan dengan kekuasaanNya, daripada tidak ada menjadi ada. Dan dijadikanNya pula dalam bentuk yang paling sempurna, yang pada asalnya tidak ada, sebab yang ada di dalam azal itu hanyalah Zat Allah Subhanahu wa Taala, dan selain itu tidak ada bersamaNya.

Allah telah menjadikan makhluk selepas itu sebagai tanda kekuasaanNya dan untuk merealisasikan apa yang terdahulu dari kemahuanNya dan apa yang ditentukan di dalam azal dari kalimatNya, bukan kerana Dia berhajat atau memerlukan penciptaan itu.

Sumber:
Ajaran Hujjatul Islam Imam al-Ghazali ini dipetik dari kitab Bimbingan Mukmin, iaitu ringkasan kitab Ihya’ Ulumiddin.

Thursday, June 24, 2010

Menghidupkan Hati Nurani

Manusia memiliki kesempatan untuk ma'rifatullah (kesanggupan mengenal Allah). Kesanggupan ini Allah karuniakan kepada manusia karena mereka memiliki akal dan hati nurani. Inilah karunia Allah yang sangat besar bagi manusia. Orang-orang yang hatinya hidup akan bisa mengenal dirinya, dan pada akhirnya akan berhasil pula mengenal Tuhannya. Tidak ada kekayaan termahal dalam hidup ini kecuali keberhasilan mengenal diri dan Tuhannya.

Siapapun yang tidak bersungguh-sungguh menghidupkan hati nuraninya, dia akan jahil, baik dalam mengenal diri, terlebih lagi dalam mengenal Tuhannya.

Orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah mampu mengenal dirinya dengan baik, tidak akan pernah tahu harus bagaimana menyikapi hidup ini, apalagi merasakan indahnya hidup. Karena itu, hampir dapat dipastikan bahwa yang dikenalnya hanyalah dunia belaka.

Akibatnya, semua kalkulasi perbuatan yang ia lakukan, tidak bisa tidak, hanya akan diukur oleh aksesoris dunia belaka. Dia menghargai orang semata-mata karena orang tersebut berpangkat, kaya raya, dan terkenal. Demikian pula dirinya sendiri merasa berharga di mata orang itu, karena ia merasa memiliki kelebihan duniawi dibandingkan dengan orang lain.

Ada pun dalam hal mencari harta, gelar, pangkat, dan jabatan, dia tidak akan memperdulikan dari mana datangnya dan ke mana perginya. Sebagian orang ternyata tidak mempunyai cukup waktu dan ketangguhan untuk bisa mengenal hati nuraninya sendiri. Akibatnya menjadi tidak sabar menghadapi kehidupan duniawi yang serba singkat ini. Karena itu, hendaknya kita menyadari bahwa hati inilah pusat segala kesejukan dan keindahan dalam hidup ini.

Lihatlah seorang ibu yang berjuang membesarkan anaknya, mulai dari saat mengandung yang melelahkan, kemudian saat melahirkan antara hidup dan mati, setelah melahirkan ia harus menjaga bayinya siang malam. Ketika tiba saatnya si buah hati berjalan, ibu pun dengan seksama membimbing dan menjaganya.

Proses itu berjalan terus hingga dewasa. Pendek kata, ketika kecil menjadi beban, sudah besar pun tak kurang pula menyusahkannya. Begitu panjangnya rentang waktu yang harus dijalani orang tua dalam menanggung beban. Mengapa orang tua bisa bertahan dan berkorban terus-menerus demi anaknya? Jawabnya karena mereka mempunyai hati nurani yang dari dalamnya terpancar kasih sayang yang tulus dan suci.

Walau tidak ada imbalan lansung dari sang anak, namun nurani yang penuh kasih sayang inilah yang membuatnya tahan terhadap segala kesulitan dan penderitaan. Bahkan, sesuatu yang menyengsarakan pun terasa tidak menjadi beban. Oleh karena itu, beruntunglah orang yang ditakdirkan memiliki kekayaan berupa harta kekayaan yang banyak. Akan tetapi, hal terpenting yang harus selalu kita jaga dan kita rawat adalah kekayaan batin kita berupa hati nurani ini.

Hati nurani yang penuh dengan cahaya kebenaran akan membuat pemiliknya merasakan indah dan lezatnya hidup ini karena selalu akan merasakan kedekatan dengan Allah SWT. Sebaliknya, waspadalah bila cahaya nurani mulai redup. Hal itu akan membuat pemiliknya selalu merasakan kesengsaraan lahir batin karena senantiasa merasa terjauhkan dari rahmat dan pertolongan-Nya.

Tuhan kita menciptakan dunia beserta segala isinya dari unsur tanah, dan itu berarti senyawa dengan tubuh kita karena sama-sama terbuat dari tanah. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita tidaklah cukup dengan berzikir, tetapi harus dipenuhi dengan aneka perangkat dan makanan yang sumbernya dari tanah pula.

Bila perut terasa lapar, maka kita santap beraneka makanan yang sumbernya ternyata dari tanah. Bila tubuh kedinginan, kita pun mengenakan pakaian yang bila ditelusuri ternyata unsur-unsurnya bersumber dari tanah. Demikian pula bila suatu ketika kita sakit, maka carilah obat-obatan yang juga diolah dari komponen yang berasal dari tanah pula. Pendek kata, untuk segala macam keperluan tubuh, kita mencarikan jawabannya dari tanah.

Akan tetapi, qalbu ini ternyata tidak satu senyawa dengan unsur-unsur tanah, sehingga ia akan terpuaskan laparnya, dahaganya, sakitnya, serta kebersihannya semata-mata dengan mengingat Allah. "Alaa bi dzikrillahi tathma'innul quluub". Camkan selalu, hatimu hanya akan tenteram jika selalu ingat pada Allah. (QS. Ar-Ra'du: 28)

Kita memiliki banyak kebutuhan untuk fisik kita, tapi kita pun memiliki kebutuhan untuk qalbu kita. Oleh karena itu, marilah kita mengarungi dunia ini sambil memenuhi kebutuhan fisik dengan unsur dunia, tapi hati nurani dan unsur kejiwaan kita harus tetap tertambat kepada Dzat Pemilik dunia dan segala isinya.

Dengan kata lain, tubuh kita sibuk dengan urusan dunia, tapi hati kita harus sibuk dengan Allah. Inilah tugas kita sebenarnya. Sekali saja kita salah dalam mengelola hati - tubuh dan hati sama-sama sibuk dengan urusan duniawi - kita akan dibuat stres dan ketidaktenteraman yang berkepanjangan. Hari-hari akan selalu diliputi kecemasan.

Kita takut ada yang menghalangi, takut tidak kebagian, takut terjegal, dan sebagainya. Ini semua diakibatkan sibuknya seluruh jasmani dan ruhani kita dengan urusan duniawi semata. Hal ini sangat berpotensi meredupkan hati nurani kita. Bahkan, lebih jauh memungkinkan hati kita menjadi mati. Na'udzubillah. Kita perlu meningkatkan kewaspadaan agar jangan sampai mengalami musibah semacam ini.

Tapi, bagaimana caranya agar kita mampu senantiasa membuat hati nurani tetap hidup dan bercahaya?
Secara umum solusinya adalah seperti yang telah disebutkan di atas. Kita harus berjuang semaksimal mungkin agar hati ini jangan sampai terlalaikan dari mengingat Allah. Mulailah dengan mengenali apa yang ada pada diri kita.

Mudah-mudahan ikhtiar ini manjadi jalan bagi kita untuk dapat lebih mengenal Allah, Dzat yang telah menciptakan dan mengurus diri dan alam semesta ini. Dia adalah Dzat pembolak-balik hati, yang tidak akan sulit membalikan hati yang redup dan kusam menjadi hati yang terang dan hidup dengan cahaya-Nya.

Wallahu a'lam bish-shawab.


Saturday, June 19, 2010

1 Doa dari 3 Doa Rasulullah.

`Amir bin Said dari bapanya berkata bahwa: "Satu hari Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam telah datang dari daerah berbukit. Apabila Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam sampai di masjid Bani Mu`awiyah lalu beliau masuk ke dalam masjid dan menunaikan solat dua rakaat. Maka kami pun turut solat bersama dengan Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam.

Kemudian Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam berdoa dengan doa yang agak panjang kepada Allah subhanahu wa ta`ala:

Setelah selesai beliau berdoa maka Rasulullah sollallahu `alaihi wasallam pun berpaling kepada kami lalu bersabda yang bermaksud: "Aku telah bermohon kepada Allah subhanahu wa ta`ala tiga perkara, dalam tiga perkara itu cuma Dia memperkenankan dua perkara saja dan satu lagi ditolak.

1. Aku telah bermohon kepada Allah subhanahu wa ta`ala supaya Dia tidak membinasakan umatku dengan musim susah yang berpanjangan. Permohonanku ini diperkenankan oleh Allah subhanahu wa ta`ala.

2. Aku telah bermohon kepada Allah subhanahu wa ta`ala supaya umatku ini jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti banjir besar yang telah melanda umat Nabi Nuh `alaihi salaam). Permohonanku ini telah diperkenankan oleh Allah subhanahu wa ta`ala.

3. Aku telah bermohon kepada Allah subhanahu wa ta`ala supaya umatku tidak dibinasakan kerana pergaduhan sesama mereka (peperangan, pergaduhan antara sesama Islam). Tetapi permohonanku telah tidak diperkenankan (telah ditolak).

Apa yang kita lihat hari ini ialah negara-negara Islam sendiri bergaduh antara satu sama lain, hari ini orang Islam bergaduh sesama sendiri, orang kafir menepuk tangan dari belakang, apakah ini cantik kita melihatnya?

Thursday, June 17, 2010

Hakikat Syukur

"Tidaklah mudah untuk menerima sesuatu kurnia dari Allah, dan tidaklah payah pada orang yang selalu bersyukur"

Ketahui olehmu wahai sahabatku, Bermula lafaz 'KURNIA' itu adalah sesuatu yang menunjukkan pemberian atau anugerah yang diberikan oleh pemberi kepada seseorang. Kurnia juga dikaitkan dengan sesuatu yang membawa makna 'nikmat' kerana lazimnya orang yang mendapat pemberian anugerah daripada seseorang akan merasai bahawa itu adalah satu nikmat. Tidak hairanlah kerana kecenderungan untuk mendapat sesuatu nikmat memang dari sifat fitrah makhluk manusia. Biasanya ia akan disusuli dengan ucapan/perbuatan terima kasih atau bersyukur sebagai respon kepada kurnia yang diperolehinya.

Kurnia digunapakaikan mengikut tiga pengertian berdasarkan tingkat kefahaman/keimanan seseorang iaitu;

1. Pengertian mengikut kebanyakan orang

Mereka mentafsirkan Kurnia berdasarkan kepada kebendaan semata-mata. Bila mendapat rezeki harta benda yang banyak, kejayaan dalam usaha, peningkatan dalam status kehidupan seperti pangkat, berupaya memiliki apa yang dihajati mereka akan menyambutnya dengan gembira dan ceria sekali hinggakan ada yang menzohirkan kesyukurannya dengan majlis kenduri, parti dan sebagainya. Sebaliknya bila rezeki kurang, gagal dalam usaha, kehidupan dunia merosot mereka akan menganggap sebagai tiada kurnia dari Allah lagi. Mereka akan rasa sedih, resah dan ada yang menterjemahkannya sebagai satu bala atau musibah.

Golongan ini memahami kurnia mengikut apa yang diburu oleh kebanyakan orang[ahli dunia]. Mereka akan merasa susah dan penat untuk mendapat sesuatu kurnia kerana terikat dengan keinginan nafsu mereka yang sentiasa mendapatkan sesuatu yang lebih. Mereka banyak bergantung kepada syahwat mereka.

Firman Allah telah menegaskan kepadanya :

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS Al An’aam : 44)

Mereka membaca sesuatu mengikut apa yang tersurat.

2. Pengertian mengikut sebilangan orang

Mereka akan merasa senang dan bertuah bila dapat merasai manis dalam ibadat. Sebaliknya bila timbul rasa segan dan pahit dalam ibadat mereka, mereka bersedih dan menyesali di atas kesalahan dan taksir mereka.

Golongan ini memahami kurnia dengan menilik kepada apa yang dikurniakan tetapi tidak melihat kepada Yang Mengurniakan. Ini adalah kerana mereka suka pada 'makhluk' [sesuatu selain dari Allah] dengan melupakan Yang Haq. Mereka ini pun akan merasa susah dan perit untuk mendapat sesuatu kurnia dari Allah kerana merasakan banyak pantang larang yang perlu dijaga untuk menjaga ibadat mereka. Mereka masih lagi bergantung dengan amalan mereka(makhluk} sendiri dengan melupakan Allah Yang Maha Pemberi.

Mereka ini pun tergolong dalam golongan orang-orang yang membaca sesuatu mengikut apa yang tersurat.

Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus : 58)

3. Pengertian mengikut beberapa orang.

Golongan ini melihat dan mentafsir sesuatu itu mengikut maksud dan makna yang tersirat. Mereka memandang sesuatu itu dengan pandangan 'Ainul Basyirah' atas jalan "Tafakur" yang seterusnya menterjemahkannya dengan 'Muraqobah'[mengintai-intai perbuatan,sifat,asma Allah] yang hasil daripada gabungan tersebut.

Mereka melihat dan memahami kurnia itu adalah semata-mata dari Allah. Umpama seorang petani yang dhoif yang mendapat satu hadiah daripada seorang Raja yang mulia. Hadiah itu bukanlah menjadi nikmat kepadanya tetapi Ingatan Raja itu kepadaNya. Betapa bererti padanya ingatan raja kepadanya.

Pandangan hatinya jelas melihat dan kadang-kadang menyaksikan betapa Allah sentiasa mengurniakannya Nur Makrifat untuk membolehkan dia sentiasa memandang dan melihat betapa hukum Allah sentiasa diluluskan ke atasnya. Sama pandangannya sama ada puji manusia, kutukan manusia,bala, taat, sakit, gembira, takut dan sebagainya semuanya datang dari Kehendak dan Kuasa Allah melalui Tajali(penzhohiran) sifat KurniaNya yang jelas tertancap pada mata hatinya.

Golongan ini melihat atau menyaksikan kurnia Allah dalam bentuk-bentuk penzhohiranNya yang Mutlak. Tidak lepas sesuatu melainkan Allah meliputi tiap-tiap sesuatu. Mereka melihat Allah dalam tiap-tiap sesuatu dan mereka telah sampai kepada hakikat Syukur kerana hakikat Syukur itu ialah melihat kepada yang memberi bukan kepada apa yang diberi.

Katakanlah: "Allah, kemudian biarkanlah mereka berlarut-larut dalam kesesatan mereka." (QS Al An’aam: 91)
“Wahai Daud. katakanlah kepada orang-orang yang jujur : Hendaklah mereka bergembira dengan-Ku, hendaklah mereka merasakan nikmat dengan mengingatku. (Jami’, Nafahat hlm 336)”

Oleh kerana itu tidaklah payah[malahan mudah] untuk mendapatkan kurnia Allah pada orang-orang yang selalu bersyukur bahkan mereka sentiasa tenggelam dalam lautan kurnia Allah Yang Maha Pemberi.

Tiga macam gambaran tingkatan As-Siddiqin yang dapat kita fahami dari contoh 3 orang lelaki yang datang kepada Raja dan bagi setiap orang dari tiga orang itu, Raja memberikan mereka seekor kuda dan sebilah pedang.

Lelaki pertama: Aku sangat senang mendapatkan kuda ini. Aku dapat naik kuda ke mana saja untuk kepentingan-kepentingan. Dengan kuda serta pedang ini pula aku dapat memerangi musuh. Orang ini senang dengan kudanya dan juga dengan pedangnya, kerana maksudnya-maksudnya dapat tercapai dengannya. Tetapi tidak ada di dalam hatinya rasa cinta kepada yang memberikan kuda itu.

Lelaki kedua: Dengan kuda dan pedang ini dapat aku memanfaatkan untuk berkhidmat kepada Raja. Aku dapat ziarah kepadanya dan aku dapat berjuang untuk menghadapi musuh. Dia bergembira dengan kuda dan pedang itu kerana dengannya dia dapat membantu keperluan, hajat dan cita-cita Raja. Dan tidak tergambar sedikit pun di dalam hatinya kepentingan-kepentingan dirinya.

Lelaki ketiga: Setelah menerima kuda dan pedeng dari Raja, hatinya berkata. Raja cinta kepadaku dan menghormati daku, sehingga dia memberi padaku hadiah-hadiah ini. Ini semua adalah perhatian dari Raja terhadapku supaya hatiku sentiasa mengingatkan dan tidak lupa kepadanya. Inilah kegembiraanku dan kesenanganku yang luar biasa. Tidak ada kegembiraan dan kesenangan bagiku yang dapat menyamai kegembiraan dan kesenangan ini. Maka kegembiraan lelaki ketiga ini menunjukkan bagaimana kecintaannya, penghormatannya dan kekagumannya kepada Raja. Sehingga bila-bila saja dan di mana saja, hatinya sentiasa tidak dapat terpisahkan lagi dari Raja yang dicintai dan kagumi itu.

Sahabatku, dengan itu jelaslah pada anda betapa susahnya untuk menerima satu kurnia yang besar(Nur Makrifat) dari Allah tetapi sekali kita dapat bersyukur(mengikut hakikat bersyukur) mudahlah bagi kita menerima kurniaNya yang seterusnya


----------------------------------------

“Anakku, menurut ahli kebenaran, syukur merupakan kesadaran akan nikmat dengan jalan tunduk berserah diri. Allah memberi nama pada dirinya dengan Syukur yang berarti bahwa Allah membalas mereka yang bersyukur kepada-Nya.

Adapun hakekat syukur menurut Imam Al Qusyairi adalah : “pujian bagi yang berbuat baik dengan menyebut kebaikannya.”

Maka Allah swt adalah Maha Syukur berarti pujian-Nya atas hamba-Nya yang tidak terhitung. Melimpahkan syukur itu adalah sifat-Nya dan Dia-lah pemberi pahala yang tidak terhitung, sekalipun ketaatan hamba-Nya tidak seberapa memadai.

Para arif mengomentari : “Hanya sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang bersyukur” (QS Saba’ [34] : 13) yang berarti “sedikit sekali orang yang dapat menyaksikan bahwa nikmat itu datang dari Allah; hakikat syukur itu adalah keghaiban dari menyaksikan nikmat karena penyaksian kepada Sang Maha Pemberi Nikmat.

Anakku, manusia biasanya baru bersyukur ketika ia menerima atau berhadapan denngan kenikmatan yang dirasa istimewa. Tetapi ia melupakan kenikmatan-kenikmatan yang biasa ia terima sehari-hari.Ketahuilah bahwa manusia di dalam menghadapi datangnya kenikmatan terbagi menjadi tiga golongan

Golongan pertama adalah orang yang bergembira dengan nikmat-nikmat itu. Apa yang mereka perhatikan hanyalah kenikmatan-kenikmatan tersebut, dengan tidak mengindahkan pada Sang Pemberi / sumber Kenikmatan (Allah). Mereka kuat dalam ranah indrawi, tetapi padam penglihatan batinnya. mereka melihat bahwa seluruh nikmat yang ada padanya berasal dari hasil usahanya sendiri atau dari orang lain, dan sama sekali tidak memandang bahwa nikmat yang ada padanya berasal dari Allah. Jika keyakinannya seperti demikian, maka ia telah menyekutukan Allah secara terang-terangan. Orang yang demikian termasuk orang yang lalai. Firman Allah telah menegaskan kepadanya :

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS Al An’aam : 44)

Golongan kedua adalah orang yang bergembira dengan kenikmatan karena ia melihat kenikmatan-kenikmatan tersebut telah diberikan kepada mereka oleh Allah yang memiliki posisi istimewa.  Allah telah memberikan kenikmatan kepada mereka sebagai rahmat dari-Nya. Orang-orang ini telah berhasil meniadakan mahluk, dan mampu menyaksikan sebab dari segala sebab musabab dengan melampaui sebab-akibat. Ia adalah seorang hamba yang bertatap muka dengan hakikat. Allah menyebut orang ini sebagai :

Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus : 58)

Golongan ke tiga adalah orang yang bergembira dengan Allah. Bukan karena kesenangan lahiriah dari kenikmatan itu dan bukan pula karena karunia-karunia batiniah yang measyikkan dirinya, melainkan karena penglihatannya kepada Allah, konsentrasinya kepada-Nya, dan berpalingnya ia dari segala yang selain-Nya, sehingga ia hanya menyaksikan diri-Nya. Orang ini tidak lagi bergembira dengan pemberian, dan tidak lagi gembira karena diberi kenikmatan oleh dzat yang agung, melainkan, ia bergembira karena ia telah bercengkrama dengan Sang Pemberi kenikmatan. Allah menyebutnya dengan firmannya :

“Wahai Daud. katakanlah kepada orang-orang yang jujur : Hendaklah mereka bergembira dengan-Ku, hendaklah mereka merasakan nikmat dengan mengingatku. (Jami’, Nafahat hlm 336)”

Anakku, ketika engkau bersyukur, maka kebaikanmu sebagai hamba adalah kepatuhanmu kepada Allah, sedangkan kebaikan Allah kepadamu adalah memberikan rahmat kepadamu, dengan menjadikannya mampu bersyukur kepada-Nya. Bersyukur atas kemampuan-untuk-bersyukur adalah lebih lengkap daripada bersyukur saja. Inilah nikmat besar. Bukankah banyak orang yang berlimpah kenikmatan tetapi tidak mampu bersyukur ? Mungkin satu hari nanti engkau akan sampai di satu tahap, di mana engkau bersyukur atas kesyukuranmu, dan kemudian engkau bersyukur terhadap kesyukuran atas kesyukuranmu sampai tak terhingga.

Sebagaimana doa Nabi Daud as. “Ilahi, bagaimana aku dapat bersyukur kepada-Mu, sedangkan rasa syukurku itu sendiri adalah nikmat dari-Mu ?” Maka Allah menjawab doanya, “Sekarang, engkau benar-benar telah bersyukur kepada-Ku !”

Anakku, engkau akan lebih bersyukur, jika engkau tidak memandang bahwa dirimu layak mendapatkan nikmat tersebut. Syukur adalah menyibukkan diri dalam memuji-Nya, karena Dia telah memberimu apa yang engkau tidak pantas menerimanya. Coba kita telisik, seberapa besar kebaikanmu kepada Allah sehingga engkau berhak mendapatkan nikmat tersebut ? Memadaikah ? Sebandingkah ? Apakah dengan merogoh receh barang sekeping untuk bersedekah, maka engkau berhak menerima semua kenikmatan yang pernah kau dapatkan dari Allah ? Ah… Abi kira nikmat Allah yang tak terhitung, tak akan sanggup kau beli (sebanding) dengan seluruh ibadahmu.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nahl:18.)

Seperti pada munajat Al Hasan bin Ali kepada Allah sambil bertelakan pada sebuah tiang (saking beratnya munajat ini) : “Tuhanku, Engkau telah memberi nikmat aku, namun tidak Engkau dapati aku bersyukur. Engkau telah mengujiku, namun tidak Engkau dapati aku bersabar. Namun Engkau tidak mencabut nikmat karena aku tidak bersyukur, dan tidak melanggengkan bencanamu padaku ketika kutinggalkan kesabaran. Tuhanku, tidak ada yang datang dari Yang Maha Pemurah, kecuali kemurahan.”

Nah anakku, benarlah apa yang dikatakan Asy-Syibli bahwa : “Syukur adalah kesadaran akan Sang Pemberi Nikmat, bukan memandang nikmat itu sendiri.”

Nah anakku, Orang yang bersyukur adalah orang yang beryukur atas apa yang ada (diberi), sedangkan orang yang sangat bersyukur adalah orang yang bersyukur atas apa yang tidak ada (tidak diberi). Pujian hanya bagi Allah terhadap apa yang diberikannya, dan syukur atas apa yang diperbuat oleh-Nya.

Anakku, jadilah engkau abdan syakuro (hamba yang pandai bersyukur) karena “Jika engkau bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat-Ku) padamu” (QS Ibrahim : 7)

Ingat baik-baik kalimat ini anakku, “Siapa tidak mensyukuri nikmat berarti menginginkan hilangnya, dan siapa mensyukurinya berarti telah secara kuat mengikatnya.” Dan bagi mereka yang sungguh mengenal bahwa Allah adalah al-Syakur, hendaknya bersungguh-sungguh dalam bersyukur kepada-Nya; tidak pernah berhenti sesaatpun untuk memuji-Nya.

Anakku mengangguk pelan, kantuk telah mulai menyerangnya.

“Tapi abi, aku belum mengerti apa yang dimaksud dengan “Seorang hamba yang telah berhasil melewati sebab-akibat” ?

Belum sempat kujawab, anakku sudah tertidur lelap dalam damai. Ah, biarlah, Allah menidurkannya,  mungkin saat ini bukanlah waktu yang tepat baginya untuk menerima ilmu itu. Mungkin lain waktu, mungkin sesi lain, mungkin pada tulisan lain.

Ah anakku, semoga sebelum engkau tidur, ia sempat bersyukur atas nikmat yang kau terima hari


Berkata penyair;
Betapakah gambaran bersyukur kepadaNya 
   sedangkan syukur itu satu nikmat
meskipun zaman berturut dan umur bersambung

Berkata penyair lain;
Bagimu Tuhan kami segala puji atas setiap nikmat
Sebahagian nikmat-nikmat itu, kataku puja dan puji untukMu
Tidak ada puji selain Engkau kurniai nikmat
Maha Suci Engkau, tidaklah kuat hamba atas memujinya

Rasulullah s.a.w  pernah berdoa sebagai suatu pengakuan dari baginda akan tidak upayaannya hendak menunaikan sepenuh kesyukuran kepada Allah Ta'ala:
"Ya Allah, aku berlindung dengan keredhaanMu daripada kemurkaanMu, dengan kemaafanMu daripada siksaanMu, dan aku berlindung denganMu daripada tidak mampu memujiMu seperti Engkau memuji diriMu sendiri."

Tuesday, June 15, 2010

Ilmu Seperti Air Hujan

Dari Abu Musa Al-Asy'ari r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bandingan apa yang Allah utuskan aku membawanya dari hidayat petunjuk dan ilmu pengetahuan,  adalah sama seperti hujan lebat yang menimpa bumi, maka terdapat sebahagian dari bumi itu tanah yang subur, yang menerima dan menyedut air hujan itu, lalu menumbuhkan rumput dan tumbuh-tumbuhan yang banyak dan terdapat sebahagian daripadanya tanah-tanah yang keras yang hanya menampung air (tidak menyedutnya), maka Allah menjadikan dia bermanfaat kepada manusia,  lalu mereka minum dan memberi minum serta mereka menanam (dan menjirus tanaman mereka); dan terdapat pula sebahagian daripadanya tanah-tanah yang lain, yang keadaannya hanyalah tanah-tanah rata yang keras yang tidak lekat air (sedikit pun), dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikianlah orang yang mempunyai fahaman yang teliti dalam hukum-hukum agama Allah dan (bandingan orang) yang beroleh manfaat dari apa yang Allah utuskan aku membawanya, lalu ia mengetahuinya dan mengajarkannya kepada orang lain dan juga bandingan orang yang tidak hiraukan langsung (ilmu yang aku sampaikan) itu dan tidak mahu pula menerima pertunjuk Allah yang aku diutuskan membawanya." (Riwayat Bukhari, Muslim dan Nasai')

Hadis yang kedua puluh lima ini menerangkan:

Kelebihan orang yang mengambil dan memberi manfaat dengan ilmu agama dan orang yang sebaliknya.

Rasulullah s.a.w. diutuskan untuk membawa jalan pimpinan dan pertunjuk serta ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Apa yang dibawa oleh Baginda itu bukan semua orang menerimanya dan bukan semua menolaknya. Untuk menjelaskan hal yang demikian Baginda membuat perbandingan yang bermaksud:

Hati manusia dengan ilmu pengetahuan adalah ibarat bumi dengan air. Ada sebahagian dari bumi yang tanahnya apabila ditimpa hujan ia menyedutnya dan menumbuhkan tanaman yang berguna kepada makhluk-makhluk yang hidup. Demikian juga halnya hati manusia,  ada di antaranya yang menerima ilmu dan menghafaznya serta ia menerima kesan dan pengaruh ilmu itu, yang menjadikan dia beramal dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain. Hati manusia yang sedemikian ini adalah sebaik-baik hati yang berhak dipuji dan dihormati.

Ada pula sebahagian dari bumi yang tanahnya apabila ditimpa hujan ia akan menampung airnya dan memeliharanya dari meresap hilang dan dengan itu dapat digunakan oleh makhluk-makhluk yang lain, tetapi tanah itu sendiri tidak mendapat manfaat daripadanya dan tidak menumbuhkan tanaman;  ia hanya dapat menumpang air untuk faedah makhluk-makhluk yang memerlukannya. Demikian juga halnya hati manusia, ada di antaranya yang menerima ilmu pengetahuan dan menghafaznya dan dapat pula mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ia sendiri tidak mendapat faedah beramal dengannya. Manusia yang hatinya demikian kalau ia telah berbuat baik dari segi menghafaz dan menyampaikannya kepada orang lain, tetapi ia telah melakukan perkara yang buruk,  kerana ia tidak beramal dengannya, sedang tujuan beroleh ilmu ialah untuk beramal menurutnya.

Di antaranya ada pula bumi yang tanahnya tidak beroleh faedah dari air dan tidak dapat menahannya serta tidak dapat menumbuhkan sebarang tanaman.  Demikianlah pula hati manusia ada di antaranya yang tidak dapat menerima ilmu pengetahuan dan dengan itu tidak dapat beramal dengannya. Hati manusia yang demikian keadaannya adalah sejahat-jahat hati dan seburuk-buruknya, kerana ia tidak mempunyai bahagian langsung dalam kebaikan,  sama ada ilmu pengetahuan atau amal perbuatan,  bahkan ia seperti haiwan,  bahkan haiwan pun lebih baik lagi, kerana haiwan itu tidak akan mendapat balasan seperti yang akan didapati oleh manusia yang demikian keadaannya.

Kesimpulannya, hati manusialah yang wajib dibaiki supaya senang menerima apa yang telah dibawa oleh Rasulullah s.a.w. demi untuk mencapai kebahagiaan.

Saturday, June 12, 2010

Hadith tentang Dajjal

Dari Rib'iy bin Hirasy, katanya: "Saya berangkat dengan Abu Mas'ud al-Anshari ke tempat Hudzaifah al-Yaman radhiallahu 'anhum, lalu Abu Mas'ud berkata kepadanya: "Beritahukanlah kepadaku apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w. perihal Dajjal." Hudzaifah lalu berkata:
"Nabi s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya Dajjal itu keluar dan sesungguhnya beserta Dajjal itu ada air dan api. Adapun yang dilihat oleh para manusia sebagai air, maka sebenarnya itu adalah api yang membakar, sedang apa yang dilihat oleh para manusia sebagai api, maka sebenarnya itu adalah air yang dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang menemui Dajjal di antara engkau semua, hendaklah masuk dalam benda yang dilihatnya sebagai api, karena sesungguhnya ini adalah air tawar dan nyaman sekali." Setelah itu Abu Mas'ud berkata: "Sayapun benar-benar pernah mendengar yang seperti itu." (Riwayat Bukhari & Muslim)

 Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dajjal itu akan keluar kepada ummatku kemudian menetap sealam empat puluh lamanya; tetapi saya tidak mengerti apakah itu empat puluh hari atau empat puluh bulan atau empatpuluh tahun. Kemudian Allah mengutus Isa putera Maryam a.s. lalu ia mencari Dajjal kemudian merusakkannya - yakni membunuhnya. Kemudian para manusia itu menetap selama tujuh tahun di saat itu tidak ada permusuhan samasekali antara dua orang manusiapun. Selanjutnya Allah 'Azzawajalla mengutus angin yang dingin dari arah Syam (Palestina). Maka tidak ada seorangpun yang menetap di atas permukaan bumi yang dalam hati orang itu ada timbangan seberat semut kecil dari kebaikan atau keimanan, melainkan pasti akan dicabut nyawanya sehingga andaikata salah seorang dari engkau semua ada yang masuk di dalam perut gunung, juga pasti akan dimasuki oleh angin tadi, sampai dapat tercabut nyawanya. Akhirnya yang ketinggalan adalah manusia-manusia yang buruk kelakuannya yang suka cepat-cepat melakukan keburukan dan kezaliman sampai dapat diumpamakan sebagai keringanan burung yang sedang terbang atau anganangan binatang buas yang hendak memangsa. Orang-orang tersebut tidak mengerti apa-apa yang baik dan tidak mengingkari apa-apa yang buruk - yakni kemungkaran dibiarkan belaka. Seterusnya lalu muncullah syaitan yang menjelma sebagai manusia lalu berkata: "Alangkah baiknya kalau engkau semua suka mengikuti perintahku?" Orang-orang sama berkata: "Apakah yang engkau perintahkan kepada kita?" Kemudian syaitan tersebut mengajak mereka menyembah berhala-berhala. Keadaan para manusia di saat itu adalah sangat luas rezekinya, senang hidupnya. Selanjutnya ditiupkanlah dalam sangkakala, maka tiada seorangpun yang mendengarnya melainkan ia menurunkan lehernya yang sebelah dan mengangkat yang sebelah lainnya. Pertamatama orang yang mendengarnya itu ialah seseorang yang sedang memperbaiki pelur kolam untanya, lalu ia tidak sadarkan diri dan semua manusia di sekitarnyapun tidak sadarkan diri - terus mati. Kemudian Allah mengirimkan atau sabdanya: Menurunkan hujan bagaikan rintik-rintik atau bagaikan bayangan, lalu dari air itu tumbuhlah seluruh tubuh para manusia, terus ditiupkanlah pula sekali lagi sangkakala tersebut tiba-tiba orang-orang itu sama berdiri bangun sambil memperhatikan keadaan di waktu itu, kemudian ada yang mengucapkan: "Hai sekalian manusia, marilah sama mendekat di hadapan Tuhanmu semua," dan kepada semua malaikat diperintahkan: "Hentikan dulu orang-orang itu, sebab sesungguhnya mereka akan ditanya lebih dulu." Kemudian dikatakan pula: "Keluarkan olehmu semua orang-orang itu perlu dikirim ke neraka." Selanjutnya ditanyakan: "Dari berapa?" Lalu dijawab: "Dari setiaptiap seribu sebanyak sembilanratussembilanpuluh sembilan orang." Sabdanya: "Itulah hari yang dapat membuat anak-anak kecil menjadi beruban dan itulah hari dibukanya betis manusia, karena amat kebingungan sekali." (Riwayat Muslim)
(Alliitu ialah batang leher, artinya ialah merendahkan lehernya yang sebelah dan mengangkat sebelah yang lainnya.)

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada suatu negeripun melainkan akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorong-pun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemu-dian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir - di luar Madinah - lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap orang kafir dan munafik." (Riwayat Muslim)

Dari Anas r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yang mengikuti Dajjal dari golongan kaum Yahudi Ashbihan itu ada sebanyak tujuhpuluh ribu orang. Mereka itu mengenakan pakaian kependetaan." (Riwayat Muslim)

Dari Ummu Syarik radhiallahu 'anha bahwasanya ia men-dengar Nabi s.a.w. bersabda: "Niscayalah sekalian manusia itu sama melarikan diri dari gangguan Dajjal yaitu ke gunung-gunung." (Riwayat Muslim)

Dari Imran bin Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada suatu peris-tiwapun antara jarak waktu semenjak Allah menciptakan Adam sampai datangnya hari kiamat nanti, yang lebih besar daripada perkara Dajjal." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:"Dajjal keluar lalu ada seseorang dari golongan kaum mu'minin, ia ditemui oleh beberapa orang penyelidik yakni para penyelidik dari Dajjal. Mereka berkata kepada orang itu: "Ke mana engkau bersengaja pergi?" la menjawab: "Saya sengaja akan pergi ke tempat orang yang keluar - yakni yang baru muncul dan yang dimaksudkan ialah Dajjal." Mereka berkata: "Adakah engkau tidak beriman dengan Tuhan kita." la menjawab: "Tuhan kita tidak samar-samar lagi sifat-sifat keagungannya - sedangkan Dajjal itu tampaknya saja menunjukkan kedustaannya." Orang-orang itu sama berkata: "Bunuhlah ia." Sebagian orang berkata kepada yang lainnya: "Bukankah engkau semua telah dilarang oleh Tuhanmu kalau membunuh seseorang tanpa memperoleh persetujuannya." Merekapun pergilah dengan membawa orang itu ke Dajjal. Setelah Dajjal dilihat oleh orang mu'min itu, lalu orang mu'min tadi berkata: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya inilah Dajjal yang disebut-sebutkan oleh Rasulullah s.a.w. Dajjal memerintah pengikut-pengikutnya menangkap orang mu'min itu lalu ia ditelentangkan pada perutnya. Dajjal berkata: "Ambillah ia lalu lukailah - kepala dan mukanya." Seterusnya ia diberi pukulan bertubi-tubi pada punggung serta perutnya. Dajjal berkata: "Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?" Orang mu'min itu berkata: "Engkau adalah al-Masih maha pendusta." la diperintah menghadap kemu-dian digergajilah ia dengan gergaji dari pertengahan tubuhnya, yaitu antara kedua kakinya - maksudnya dibelah dua. Dajjal lalu berjalan antara dua potongan tubuh itu, kemudian berkata: "Ber-dirilah." Orang mu'min tadi terus berdiri lurus-lurus, kemudian Dajjal berkata padanya. "Adakah engkau tidak suka beriman ke-padaku." la berkata: "Saya tidak bertambah melainkan kewas-padaan dalam menilai siapa sebenarnya engkau itu." Selanjutnya orang mu'min itu berkata: "Hai sekalian manusia, janganlah ia sampai dapat berbuat sedemikian tadi kepada seseorangpun dari para manusia, setelah saya sendiri mengalaminya." la diambil lagi oleh Dajjal untuk disembelih. Kemudian Allah membuat tabir tembaga yang terletak antara leher sampai ke tengkuknya, maka tidak ada jalan bagi Dajjal untuk dapat membunuhnya. Seterusnya Dajjal lalu mengambil orang tadi, yaitu kedua tangan serta kedua kakinya, lalu melemparkannya. Orangorang sama mengira bahwa hanyasanya orang itu dilemparkan olehnya ke neraka, tetapi se-benarnya ia dimasukkan dalam syurga." Setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang itulah sebesar-besar para manusia dalam hal kesyahidannya - yakni kematian syahidnya - di sisi Allah yang menguasai semesta alam ini."

(Diriwayatkan oleh Imam Muslim. Imam Bukhari juga meriwayat-kan sebagiannya dengan uraian yang semakna dengan di atas itu.)
(Almasalihu yaitu para pengintai atau penyelidik.)

Dari al-Mughirah bin Syu'bah r.a., katanya: "Tiada seorangpun yang lebih banyak pertanyaannya mengenai hal Dajjal daripada saya sendiri. Sesungguhnya Dajjal itu tidak akan membahayakan dirimu." Saya berkata: "Orang-orang sama berkata bahwa Dajjal itu mempunyai segunung tumpukan roti dan sungai air." Beliau s.a.w. bersabda: "Hal itu adalah lebih mudah bagi Allah daripada yang dapat dilakukan oleh Dajjal." (Riwayat Bukhari & Muslim)

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan ia benar-benar memberikan peringatan kepada ummatnya tentang makhluk yang buta sebelah matanya serta maha pendusta. Ingatlah sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya Tuhanmu 'Azzawajalla semua itu tidaklah buta sebelah mata seperti Dajjal. Di antara kedua matanya itu tertulislah huruf-huruf kaf, fa', ra' - yakni kafir." (Muttafaq 'alaih)

Dari Buraidah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau semua suka saya beritahu perihal Dajjal,yaitu yang belum pernah diberitahukan oleh seseorang Nabipun kepada kaumnya. Sesungguhnya Dajjal itu buta sebelah matanya dan sesungguhnya ia datang dengan sesuatu sebagai perumpamaan syurga dan neraka. Maka yang ia katakan bahwa itu adalah syurga, sebenarnya adalah neraka." (Riwayat Bukhari & Muslim)

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. menyebut-nyebutkan Dajjal di hadapan orang banyak, lalu berkata: "Sesungguhnya Allah itu tidak buta sebelah matanya. Ingatlah bahwa sesungguhnya al-Masih Dajjal itu buta sebelah matanya yang sebagian kanan, seolah-olah matanya itu adalah sebuah biji anggur yang menonjol." (Riwayat Bukhari & Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah akan terjadi hari kiamat, sehingga kaum Muslimin sama memerangi kaum Yahudi dan sehingga kaum Yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata: "Hai orang Islam, inilah orang Yahudi ada di belakang saya. Ke marilah, lalu bunuhlah ia," kecuali pohon gharqad - semacam pohon yang berduri dan tumbuh di Baitul- Maqdis, karena sesung-guhnya pohon ini adalah dari pohon kaum Yahudi -dan oleh sebab itu suka melindunginya." (Riwayat Bukhari & Muslim)

"Bersegeralah engkau sekalian melakukan amalan-amalan -yang baik - sebelum datangnya tujuh macam perkara. Apakah engkau sekalian menantikan - enggan melakukan dulu, melainkan setelah tibanya kefakiran yang melalaikan, atau tibanya kekayaan yang menyebabkan kecurangan, atau tibanya kesakitan yang merusakkan, atau tibanya usia tua yang menyebabkan ucapan-ucapan yang tidak keruan lagi, atau tibanya kematian yang mempercepatkan - lenyapnya segala hal, atau tibanya Dajjal, maka ia adalah seburuk-buruk makhluk ghaib yang ditunggu, atau tibanya hari kiamat, maka hari kiamat itu adalah lebih besar bencananya serta lebih pahit penanggunggannya." (Diriwayatkan oleh ImamTermidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.)

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua sedang mempercakapkan perihal haji wada' - haji Nabi s.a.w. yang terakhir dan sebagai mohon diri, sedang Nabi s.a.w. ada di hadapan kita. Kita semua tidak mengetahui apa yang sebenarnya disebut haji wada' itu sehingga Rasulullah s.a.w. bertahmid kepada Allah serta memujiNya, kemudian menyebutkan perihal al-Masih Dajjal. Beliau s.a.w. memperpanjang sekali dalam menguraikan tentang dajjal itu dan bersabda:
"Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan Nabi itu tentu menakutnakuti ummatnya tentang tibanya Dajjal. Nuh dan semua Nabi yang datang sesudahnya sama menakut-nakuti -ummatnya - tentang Dajjal tersebut. Bahwasanya Dajjal itu akan keluar di kalangan engkau semua, maka tidak akan tersamarkan perihal keadaannya itu atasmu semua dan persoalan dirinyapun tidak samar-samar pula bagimu. Sesungguhnya Tuhanmu tidaklah buta matanya sebelah, padahal sesungguhnya Dajjal itu adalah buta matanya sebelah kanan, seolah-olah matanya itu sebagai sebuah buah anggur yang menonjol kemuka. Ingatlah, sesungguhnya Allah mengharamkan atasmu semua darah-darahmu - untuk dialirkan - serta harta-hartamu - untuk dirampas, sebagaimana kesuciannya harimu ini dalam negeri sucimu ini -yakni negeri Makkah, Ingatlah, bukankah saya telah menyampaikan? Para sahabat berkata: "Benar." Beliau s.a.w. bersabda: "Ya Allah, saksikanlah," sampai tiga kali. "Celaka untukmu semua," atau "Bencana untukmu semua," lihatlah - perhatikanlah, janganlah engkau semua kembali menjadi orang-orang kafir sepeninggalku nanti, yang sebagian memukul leher sebagian yang lain - yakni bunuhmembunuh tanpa dasar kebenaran." (Riwayat Bukhari) (Imam Muslim juga meriwayatkan sebagiannya.)

Sumber:
Kitab Riyadhus Shalihin
Imam Nawawi

Tuesday, June 8, 2010

Perbezaan Alimbillah Dengan Arifbillah

Ia mempercayai ALLAH berdasarkan hujah ilmu dan akal
Atas dasar ilmu ia tidak boleh menolak adanya Tuhan
Tapi percaya secara ilmu itu, tidak ada rasa berTuhan
Takut dan cintanya dengan ALLAH tidak dapat dirasakan

Berlainan sekali Al Arifbillah
Orang yang mengenal ALLAH dengan makrifat yang mendalam
Ilmunya memberitahu
Dikuatkan dengan perasaan hati yang sentiasa sedar rasa berTuhan

Al Alimbillah suka berbahas, suka berforum, suka bermujadalah
Tapi apa yang dibincangkan tidak pun dihayati
Dan tidak diperbincangkan dengan amalan

Al Arifbillah, cinta dan takutnya dengan Tuhan amat mendalam
Perasaan itu payah hendak diungkaikan
Rasa kehambaan dapat dilihat di dalam kehidupan

Al Arifbilah bercakap berdasarkan pengalaman
Al Alimbilah bercakap di atas dasar ilmu pengetahuan
Al Arifbillah kerana rasa kehambaan mendalam
Sifat-sifat mahmudahnya nampak terserlah di dalam kehidupan

Al Alimbillah sifat-sifat mazmumahnya yang terserlah
Terutama sifat-sifat ego, riak dan megah
Gila nama dan glamour
Ingin dipuji dan dikenang jasanya

Al Arifbillah , sanjungan dan pujian itulah yang menyeksa hatinya
Itulah yang dibenci dan sangat tidak disukainya
Al Alimbilah belum menyelamatkan seseorang
Al Arifbillah baru ada jaminan dari Tuhan

Wednesday, June 2, 2010

Khutbah Rasulullah Tentang Dajjal

Dari Abi Umamah Al-Bahiliy, beliau berkata: “Rasululah s.a.w telah berkhutbah di hadapan kami. Dalam khutbahnya itu Baginda banyak menyentuh masalah Dajjal"

Baginda telah bersabda: “Sesungguhnya tidak ada fitnah (kerosakan) di muka bumi yang paling hebat selain daripada fitnah yang dibawa oleh Dajjal. Setiap Nabi yang diutus oleh Allah SWT ada mengingatkan kaumnya tentang Dajjal. Aku adalah nabi yang terakhir sedangkan kamu adalah umat yang terakhir Dajjal itu tidak mustahil datang pada generasi (angkatan) kamu. Seandainya dia datang sedangkan aku masih ada di tengah-tengah kamu, maka aku adalah sebagai pembela bagi setiap mukmin. Kalau dia datang sesudah kematianku, maka setiap orang menjaga dirinya.Dan sebenarnya Allah SWT akan menjaga orang-orang mukmin.

“Dajjal itu akan datang nanti dari satu tempat antara Syam dan Irak. Dan mempengaruhi manusia dengan begitu cepat sekali. Wahai hamba Allah, wahai manusia, tetaplah kamu. Di sini akan saya terangkan kepada kamu ciri-ciri Dajjal, yang belum diterangkan oleh nabi-nabi sebelumku kepada umatnya.?” Pada mulanya nanti Dajjal itu mengaku dirinya sebagai nabi. Ingatlah, tidak ada lagi nabi sesudah aku. Setelah itu nanti dia mengaku sebagai Tuhan. Ingatlah bahawa Tuhan yang benar tidak mungkin kamu lihat sebelum kamu mati. Dajjal itu cacat matanya sedangkan Allah SWT tidak cacat, bahkan tidak sama dengan baharu. Dan juga di antara dua mata Dajjal itu tertulis KAFIR, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin yang pandai membaca atau buta huruf.

“Di antara fitnah Dajjal itu juga dia membawa syurga dan neraka. Nerakanya itu sebenarnya syurganya sedangkan syurganya itu neraka, yakni panas. Sesiapa di antara kamu yang disiksanya dengan nerakanya, hendaklah dia meminta pertolongan kepada Allah dan hendaklah dia membaca pangkal surah Al-Kahfi, maka nerakanya itu akan sejuk sebagaimana api yang membakar Nabi Ibrahim itu menjadi sejuk.

“Di antara tipu dayanya itu juga dia berkata kepada orang Arab: "Seandainya aku sanggup menghidupkan ayah atau ibumu yang sudah lama meninggal dunia itu, apakah engkau mengaku aku sebagai Tuhanmu?” Orang Arab itu akan berkata: “Tentu.” Maka syaitan pun datang menyamar seperti ayah atau ibunya. Rupanya sama, sifat-sifatnya sama dan suaranya pun sama. Ibu bapanya berkata kepadanya: “Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dialah Tuhanmu.”

“Di antara tipu dayanya juga dia tipu seseorang, yakni dia bunuh dan dia belah dua. Setelah itu dia katakan kepada orang ramai: “Lihatlah apa yang akan kulakukan terhadap hambaku ini, sekarang akan ku hidupkan dia semula. Dengan izin Allah orang mati tadi hidup semula. Kemudian Laknatullah Alaih itu bertanya: “Siapa Tuhanmu?” Orang yang dia bunuh itu, yang kebetulan orang beriman, menjawab: “Tuhanku adalah Allah, sedangkan engkau adalah musuh Allah.” Orang itu bererti lulus dalam ujian Allah dan dia termasuk orang yang paling tinggi darjatnya di syurga.”

Kata Rasulullah s.a.w lagi: “Di antara tipu dayanya juga dia suruh langit supaya menurunkan hujan tiba-tiba hujan pun turun. Dia suruh bumi supaya mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya tiba-tiba tumbuh. Dan termasuk ujian yang paling berat bagi manusia, Dajjal itu datang ke perkampungan orang-orang baik dan mereka tidak mengakunya sebagai Tuhan, maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman dan ternakan mereka tidak menjadi.

“Dajjal itu datang ke tempat orang-orang yang percaya kepadanya dan penduduk kampung itu mengakunya sebagai Tuhan. Disebabkan yang demikian hujan turun di tempat mereka dan tanam-tanaman mereka pun menjadi. “Tidak ada kampung atau daerah di dunia ini yang tidak didatangi Dajjal kecuali Makkah dan Madinah. Kedua-dua kota itu tidak dapat ditembusi oleh Dajjal kerana dikawal oleh Malaikat. Dia hanya berani menginjak pinggiran Makkah dan Madinah. Namun demikian ketika Dajjal datang ke pergunungan di luar kota Madinah, kota Madinah bergoncang seperti gempa bumi.. Ketika itu orang-orang munafik kepanasan seperti cacing dan tidak tahan lagi tinggal di Madinah. Mereka keluar dan pergi bergabung dengan orang-orang yang sudah menjadi pengikut Dajjal. Inilah yang dikatakan hari pembersihan kota Madinah.

Dalam hadis yang lain, “di antara fitnah atau tipu daya yang dibawanya itu,Dajjal itu lalu di satu tempat kemudian mereka mendustakannya (tidak beriman kepadanya), maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman mereka tidak menjadi dan hujan pun tidak turun di daerah mereka. Kemudian dia lalu di satu tempat mengajak mereka supaya beriman kepadanya. Mereka pun beriman kepadanya. Maka disebabkan yang demikian itu Dajjal menyuruh langit supaya menurunkan hujannya dan menyuruh bumi supaya menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya. Maka mereka mudah mendapatkan air dan tanam-tanaman mereka subur.”

Dari Anas bin Malik, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: “Menjelang turunnya Dajjal ada tahun-tahun tipu daya, iaitu tahun orang-orang pendusta dipercayai orang dan orang jujur tidak dipercayai. Orang yang tidak amanah dipercayai dan orang amanah tidak dipercayai.”

Dari Jabir bin Abdullah, katanya Rasulullah s.a.w ada bersabda: “Bumi yang paling baik adalah Madinah. Pada waktu datangnya Dajjal nanti ia dikawal oleh malaikat. Dajjal tidak sanggup memasuki Madinah. Pada waktu datangnya Dajjal (di luar Madinah), kota Madinah bergegar tiga kali. Orang-orang munafik yang ada di Madinah (lelaki atau perempuan) bagaikan cacing kepanasan kemudian mereka keluar meninggalkan Madinah. Kaum wanita adalah yang paling banyak lari ketika itu. Itulah yang dikatakan hari pembersihan. Madinah membersihkan kotorannya seperti tukang besi membersihkan karat-karat besi.”

Diriwayatkan oleh Ahmad, hadis yang diterima dari Aisyah r.a. mengatakan:” Pernah satu hari Rasulullah s.a.w masuk ke rumahku ketika aku sedang menangis. Melihat saya menangis beliau bertanya: “Mengapa menangis?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, engkau telah menceritakan Dajjal, maka saya takut mendengarnya. ” Rasulullah s.a.w berkata: “Seandainya Dajjal datang pada waktu aku masih hidup, maka aku akan menjaga kamu dari gangguannya. Kalau dia datang setelah kematianku, maka Tuhan kamu tidak buta dan cacat.”

Dari Jabir bin Abdullah, katanya Rasulullah s.a.w bersabda: “Dajjal muncul pada waktu orang tidak berpegang kepada agama dan jahil tentang agama. Pada zaman Dajjal ada empat puluh hari, yang mana satu hari terasa bagaikan setahun, ada satu hari yang terasa bagaikan sebulan, ada satu hari yang terasa satu minggu, kemudian hari-hari berikutnya seperti hari biasa.”

Ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tentang hari yang terasa satu tahun itu, apakah boleh kami solat lima waktu juga?” Rasulullah s.a.w menjawab: “Ukurlah berapa jarak solat yang lima waktu itu.” Menurut riwayat Dajjal itu nanti akan berkata: “Akulah Tuhan sekalian alam, dan matahari ini berjalan dengan izinku. Apakah kamu bermaksud menahannya?” Katanya sambil ditahannya matahari itu, sehingga satu hari lamanya menjadi satu minggu atau satu bulan.

Setelah dia tunjukkan kehebatannya menahan matahari itu, dia berkata kepada manusia:”Sekarang apakah kamu ingin supaya matahari itu berjalan?” Mereka semua menjawab:”Ya, kami ingin.” Maka dia tunjukkan lagi kehebatannya dengan menjadikan satu hari begitu cepat berjalan.

Menurut riwayat Muslim, Rasulullah s.a.w bersabda: “Akan keluarlah Dajjal kepada umatku dan dia akan hidup di tengah-tengah mereka selama empat puluh. Saya sendiri pun tidak pasti apakah empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun. Kemudian Allah SWT mengutus Isa bin Maryam yang rupanya seolah-olah Urwah bin Mas’ud dan kemudian membunuh Dajjal itu.”