Pada masanya, Fudhail bin ‘Iyadh adalah seorang yang paling ‘abid, zuhud, wara’, serta paling mengenal Allah SWT.
Sebelumnya, beliau adalah seorang penyamun. Sebab-sebab taubatnya ialah karena pada suatu hari ia tertarik oleh seorang wanita yang sangat cantik. Ketika beliau sedang memanjat tembok rumah wanita itu untuk melepaskan keinginannya terhadap wanita itu, tiba-tiba terdengar olehnya suara orang yang sedang membaca Al-Qur’an yang artinya:
“Belumlah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (Al-Hadid, 16).
Ayat tersebut menembus hati sanubarinya dan sangat mempengaruhinya, sehingga ia menjadi sedar akan dirinya yang telah terpesong selama ini. Lalu ia berkata,“Oh Tuhan, telah tiba sekarang waktunya.” Ia pun bertaubat dengan setulus-tulusnya.
Lalu ia hendak pulang ke rumahnya. Tetapi karena hari telah larut malam, ia pun pergi ke suatu pondok. Tiba-tiba ternampak olehnya serombongan musafir. Sebahagian dari mereka berkata,“Ayo kita berangkat.”
Yang lain menjawab,“Jangan, lebih baik tunggu sampai pagi. Sebab, pada malam-malam seperti inilah Fudhail menjalankan aksinya.”
Mendengar percakapan mereka itu, Fudhail lalu menunjukkan dirinya sambil berkata,“Akulah Fudhail. Tetapi sekarang, aku telah bertaubat dan tidak akan menyamun lagi.”
Banyak ulama memulai tulisannya dengan menceritakan hikayat orang-orang seperti Fudhail ini. Misalnya, Imam Qusyairi. Hal itu disebabkan oleh perbuatan mereka yang semula kurang baik kemudian mereka bertaubat dan menjadi orang yang paling baik. Imam Qusyairi memulai pengajarannya dengan hikayat orang-orang seperti Fudhail ini, dengan harapan semoga murid-muridnya yang dahulunya banyak melakukan dosa tidak menjadi putus asa. Kalau saja ia memulai dengan hikayat orang-orang yang sejak mudanya telah tekun berbuat ibadah, seperti al-Junaid dan Sahal bin Abdullah, maka tentu akan ada yang berkata,“Siapa yang akan dapat menandingi mereka yang tidak pernah melakukan perbuatan dosa?” Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan agar tidak mudah berputus asa dari rahmat Allah dan agar berbaik sangka kepada-Nya, sambil mengharapkan taufiq dan hidayah-Ny untuk berbuat taat dan melepaskan diri dari belenggu nafsu syahwat dan kelalaian, sehingga termasuk kedalam golongan orang-orang arif.
"Ilmu umpama air yang mengalir dari lembah ke muara, tadahlah ia dengan hati yang merendah pada Allah S.W.T"
No comments:
Post a Comment