Saturday, February 26, 2011

'Ikhwan' - Umat Yang Dirindui Oleh Rasulullah s.a.w

Rasulullah kami umatmuwalau tak pernah melihat wajahmukami cuba mengingatimudan kami cuba mengamal sunnahmu"

Pada suatu hari, berlaku perbualan di antara Nabi saw. dengan Saidina Abu Bakar Siddiq serta para sahabat lain. “Wahai Abu Bakar, aku begitu rindu hendak bertemu dengan saudara-saudaraku( ikhwanku ),” berkata Nabi saw. “Wahai Rasulullah, bukankah kami ini teman-teman engkau?” jawab Abu Bakar. “Bukan,” jawab Nabi saw. “Kamu adalah sahabat-sahabatku”.

Para sahabat menjadi keliru dan hairan siapakah yang dimaksudkan dengan ikhwan yang Nabi rindukan itu. Setahu mereka yang paling rapat dengan Nabi ialah para sahabat sendiri. Melihatkan Abu Bakar dan sahabat-sahabat lain kebingungan, Nabi segera menjelaskan; “Ikhwan ialah mereka yang belum pernah melihat aku, tetapi mereka beriman dengan aku sebagai Rasulullah dan mereka mencintaiku lebih daripada kecintaannya kepada anak dan orang-orang tua mereka”. Para sahabat masih belum berpuas hati dan bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah kami ini ikhwan( saudara) engkau?”. “Kamu semua adalah sahabat-sahabatku!” sekali lagi Nabi menjelaskan.

“Wahai Abu Bakar, tidakkah engkau juga merindui ikhwanku itu, kerana mereka juga mencintai engkau lantaran engkau adalah sahabatku?” Persoalan ikhwan menjadi teka-teki kepada para sahabat. Kemudian Nabi memberitahu bahawa mereka ialah umat Nabi sesudah wafatnya baginda. Walaupun mereka tidak berjumpa dengan baginda namun tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka membaca al-Quran dan al-Hadis serta mencintai Nabi-Nya sebagai Rasulullah yang penghabisan. Mereka juga mencintai sahabat-sahabat Nabi yang berjuang menegakkan Islam”.

Alhamdulillah yang dimaksudkan oleh Nabi sebagai ikhwan itu ialah umat terkemudian termasuk diri kita. Jika kita mengikut ajaran Nabi serta mencintai baginda, Nabi saw. amat menyanjungi serta merindui kita kerana menurut baginda meskipun kita tidak berpeluang berjumpa dengannya, namun kita tetap beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Golongan ikhwan ini pernah Nabi katakan sebagai makhluk yang paling ajaib imannya kerana beriman tanpa bertemu dengan Nabi sendiri. “Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman dengan aku. Dan berbahagialah 70 kali ganda orang-orang yang beriman dengan aku, meskipun tidak pernah berjumpa dengan aku!” jelas Nabi lagi. Semoga kita termasuk dalam golongan umat yang diberi gelaran sebagai ‘ikhwan’ – umat yang dirindui Nabi saw.

Berangkat dari riwayat di atas, saya belajar memaknai iman sebagai sebuah tantangan. Semakin tinggi tingkat tantangan, semakin tinggi pula tingkat iman kita. Semakin sulit kita menjalankan sebuah keyakinan (iman), semakin tinggi pula nilai iman kita di sisi Allah.

Ilustrasi berikut mungkin bisa menyederhanakan persoalan: Seorang waliyullah tidak diragukan lagi telah melihat berbagai "keajaiban" dan "rahasia" Allah. Dia sudah menyaksikan dan merasakan getaran cinta ilahi. Kalau Allah mengangkat derajatnya, tentu saja kita tak akan hairan. Yang membuat kita takjub adalah, seorang usahawab yang sangat sibuk dan telah menyaksikan bahwa
"time is money", namun tetap berusaha menunaikan shalat lima waktu di sela-sela kesibukannya. Begitu juga dengan seorang kuli bangunan yang lebih banyak menggunakan potensi otot dibanding potensi otaknya, namun tetap berpuasa di bulan Ramadhan meskipun dia harus kerja di tengah terik mentari.

Bagi saya, usahawan dan kuli bangunan tersebut memiliki iman yang paling menakjubkan.

Kita bukanlah sahabat Nabi yang menyaksikan secara langsung betapa mulianya akhlak junjungan kita itu; kita juga bukan malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu; kita juga bukan waliyullah yang telah merasakan manisnya kasih sayang Allah. Kita adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan.

Dalam kelemahan itulah kita masih beriman kepada Allah. Dalam ketidak hebatan kita itulah kita selalu berusaha mendekati Allah. Di tengah kesibukan dan beban ekonomi yang semakin meningkat, kita tetap keluarkan zakat dan sedekah. Tak sedikitpun kita akan gadaikan iman kita.

Di tengah dunia yang semakin mencabar, kita masih sempatkan untuk shalat. Di tengah godaan duniawi yang luar biasa, kita tahan nafsu kita di bulan Ramadhan. Di tengah kumpulan manusia yang selalu dalam kesibukan ini, kita masih bisa mensyukuri sejumput ni'mat yang diberikan Allah.

Nabi Muhammad menghibur kita, "Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku," Nabi ucapkan kalimat ini satu kali.

"Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku." Nabi ucapkan kalimat terakhir ini tujuh kali.

Wallahu’alam.

5 comments:

  1. assalamualaikum w.b.t....saya mohon share ke facebook saya ye.....terima kasih

    ReplyDelete
  2. Wa'alaikumussalam w.b.t.
    Silakan share artikel2 di blog cahayamukmin di facebook anda. Semoga bermanfaat.

    ReplyDelete
  3. Salam. Silakan share artikel artikel2 di blog cahayamukmin. Semoga bermanfaat.

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum...
    Mohon share di Facebook saya, terima kasih.

    ReplyDelete