Thursday, February 17, 2011

Cinta Sejati Tsauban Terhadap Nabi

Seorang hamba sahaya bernama Tsauban amat menyayangi dan merindui Nabi Muhammad saw. Sehari tidak berjumpa Nabi, dia rasakan seperti setahun. Kalau boleh dia hendak bersama Nabi setiap masa. Jika tidak bertemu Rasulullah, dia amat berasa sedih, murung dan seringkali menangis. Rasulullah juga demikian terhadap Tsauban. Baginda mengetahui betapa hebatnya kasihsayang Tsauban terhadap dirinya.

Suatu hari Tsauban berjumpa Rasulullah saw. Katanya "Ya Rasulullah, saya sebenarnya tidak sakit, tapi saya sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun sekejap. Jika dapat bertemu, barulah hatiku tenang dan bergembira sekali. Apabila memikirkan akhirat, hati saya bertambah cemas, takut-takut tidak dapat bersama denganmu. Kedudukanmu sudah tentu di syurga yang tinggi, manakala saya belum tentu kemungkinan di syurga paling bawah atau paling membimbangkan tidak dimasukkan ke dalam syurga langsung. Ketika itu saya tentu tidak bersua muka denganmu lagi."

Mendengar kata Tsauban, baginda amat terharu. Namun baginda tidak dapat berbuat apa-apa kerana itu urusan Allah. Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah saw, bermaksud "Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya, maka mereka itu nanti akan bersama mereka yang diberi nikmat oleh Allah iaitu para nabi, syuhada, orang-orang soleh dan mereka yang sebaik-baik teman." (An-Nisaa': 69) Mendengarkan jaminan Allah ini, Tsauban menjadi gembira semula.

"Wahai manusia, dengarkan dan pahamilah; ketauhilah bahwa Allah memiliki para hamba yang mereka itu bukan para nabi ataupun syuhada. Para nabi dan syuhada ingin seperti mereka, padahal mereka memiliki kedekatan dan kedudukan di sisi Allah."
Seseorang Badui berkata, "Wahai Rasulullah tolong sifatkan mereka kepada kami." Rasulullah lantas tersenyum mendengar ucapan lelaki badui tersebut , dan bersabda, "Mereka adalah orang- orang yang tidak dikenal dan asing, mereka tidak memiliki tali kekerabatan satu sama lain, mereka saling mencintai karena Allah dan menjadi satu barisan. Allah menyediakan mimbar-mimbar dari cahaya, untuk mereka sebagai tempat duduk mereka dan menjadikan wajah dan pakaian mereka bercahaya. Pada hari kiamat manusia diliputi rasa takut namun mereka tidak, mereka adalah wali-wali Allah, mereka tidak merasa takut dan bersedih." (Riwayat Ahmad, di-shahih-kan Al-Albani dalam Shahihut Targhib 3027)

Dari Anas, dia berkata, "Seorang lelaki mendatangi Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, bilakah datangnya kiamat?' Beliau menjawab, "Apa yang telah kamu persiapkan untuk menghadapinya?" Dia menjawab, "Cinta pada Allah dan Rasul-Nya." Lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.'"
Anas berkata, "Sungguh kami tidak merasakan setelah Islam kegembiraan yang lebih hebat dari ucapan Rasulullah, "Sesungguhnya kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.""
Anas berkata, "Sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta Abu Bakar dan Umar. Aku berharap bisa berkumpul dengan mereka meski aku belum beramal seperti mereka." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Juga sabda Rasulullah,
"Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum melainkan dia akan dikumpulkan bersama mereka. ('Riwayat At-Tabrani dan di-shahih-kan Al-Albani dalam At-Targhib 3037).

Bahkan, bersama keturunannya yang mengikuti keimanan, akan digabung oleh Allah  kelak di surga. Allah berfirman,
"Dan orang-orang yang beriman dan diikuti keturunannya dalam keimanan, akan kami susulkan keturunan tersebut kepada mereka (di surga)." (At-Thur: 21)

Rasulullah  bersabda,
"Sesungguhnya di surga terdapa pilar-pilar dari yakut, di atasnya ada kamar-kamar dan zamrud. Kamar-kamar ini memiliki pintu yang terbuka dan bersinar seumpama mutiara." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah penghuninya?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang saling mencintai karena Allah, orang-orang yang duduk bersama karena Allah dan orang-orang yang bersua karena Allah." (Riwayat Al-Bazzar, dilemahkan oleh Al-Albani dalam At-Targhib dan di-hasan-kan oleh para pen-tahqiq At-Targhib).

Moral & Iktibar

- Cinta kepada Rasulullah adalah cinta sejati yang berlandaskan keimanan yang tulen
- Mencintai Rasul bermakna mencintai Allah
- Kita bersama siapa yang kita sayangi. Jika di dunia sayangkan nabi, insyallah kita bersama nabi di akhirat nanti
- Hati yang dalam kecintaan terhadap seseorang akan merasa rindu yang teramat sangat jika tidak bertemu
- Pasangan sahabat yang berjumpa dan berpisah kerana Allah semata-mata akan mendapat naungan Arasy di hari akhirat kelak
- Rasulullah amat mengetahui mana-mana umatnya yang mencintai baginda, meskipun baginda sudah wafat.
- Rasulullah memberi syafaat kepada sesiapa di antara umatnya yang mengasihi baginda
- Sebaik-baik sahabat ialah mereka yang berkawan di atas landasan keagamaan dan semata-mata kerana Allah.

2 comments:

  1. ya allah..syukran jumpakan aku dengan blog ini :) teruskan menaip yeeah tuan belogg~

    ReplyDelete
  2. Salaam. Afwan. Semoga blog cahaya mukmin memberi manfaat kepada penbaca2 dlm mencari redha Allah s.w.t.

    ReplyDelete